31. Terakhir Kali

1.2K 155 13
                                    

Tok tok tok

"Deon."

"Siap Bang."

Deon lagi leyeh-leyeh di sofa ruang tengah saat suara ketukan pintu terdengar. Tak perlu panjang lebar, cukup dipanggil namanya aja si doi dah paham kok maksud seruan Ravin.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," pintu kos terbuka. "Eh Bang Nuha, masuk bang."

Dengan sigap Deon menggelar kembali tikarnya lalu mempersilakan Nuha untuk duduk lesehan dengannya.

"Mau minum apa bang?" tawar Deon sopan.

"Ngga usah repot-repot. Gue ke sini cuma sebentar. Yang lain mana?" tanya Nuha melihat rumah yang sepi.

"Bentar, Bang. Gue panggilin yang lain dulu." Deon beranjak dari duduknya. Menuju kamar duo mules di lantai 1, berlanjut ke lantai dua di mana Adia dan Ravin berada. Setelahnya Deon ke dapur, mengambilkan air minum untuk Nuha.

Hanya butuh beberapa detik, rakyat Madesu sudah berkumpul di ruang tengah. Nuha langsung membuka forum. Ya forum santai aja si sebenarnya, tapi tetap harus diawali salam dan basmalah biar berkah.

"Jadi gue mau melanjutkan tawaran gue buat menjadikan kos ini asrama mahasiswa," ujar Nuha. "Selain nanti semua yang kos di sini gratis, kalian juga harus mau dibina. Nggak muluk-muluk kaya pesantren, minimal shalat selalu berjamaah di masjid, tilawahnya rutin, dan nanti ada hafalan Al Quran juga. Gimana?"

Samuel dan Charles menatap ketiga abangnya yang masih diam. Ekspresi mereka tak terbaca sama sekali.

"Apa... Bang Arkan udah setuju Bang?" tanya Deon.

Nuha tersenyum sambil mengangguk antusias, "Justru dia yang minta gue cepet-cepet."

"Serius Bang?" Adia dan Deon bertanya bersamaan. Untung mata mereka ngga lepas dari sarangnya.

Ravin mah stay cool pokoknya. Kalau duo maba masih mlongo aja, ngga mudeng apa-apa. Kasihan banget.

"Iya," jawab Nuha santai.

"Gimana ceritanya?" tanya Adia.

Nuha akhirnya menceritakan pertemuannya dengan Arkan dan Vega beberapa hari yang lalu. Mulai dari pertemuan di cafe, wisuda akbar, sampai akhir percakapannya dengan Arkan.

Mendengar cerita Nuha, mereka tertegun, tak menyangka abang sepuhnya punya hati hello kitty, meski badannya sangar kaya security. Persis pesannya pada Ravin, btw.

Deon, Adia, dan Ravin mengangguk kecil, paham dan mengerti. Sebenarnya Adia masih agak ragu, mengingat dirinya masih punya hubungan sama Xavier. Ah entahlah bagaimana nanti, pikir keri (pikir nanti).

"Peresmiannya besok aja nunggu Bang Arkan balik, gimana?" usul Deon.

"Iya, gue juga maunya gitu," Nuha menerima usulan Deon.

"Jadi lo nanti tidurnya sekamar sama Bang Arkan ya, Bang," seru Ravin.

"Siap," Nuha beralih pada dua maba yang belum sempat kenalan.

"Lo berdua maba?"

Samless mengangguk.

"Saya Samuel, Bang," ucap Samuel menjabat tangan Nuha. Diikuti Charles, "Saya Charles."

Nuha terkekeh, "Ngga usah formal gitu. Gue santai kok."

Duo maba cuma 'hehe' aja.

"Kalian muslim kan?" tanya Nuha yang dijawab anggukan.

Ravin, Adia, dan Deon langsung menatap duo adik bungsunya. Mereka lupa belum jelasin terkait ini, pantesan dari tadi mlompong kaya sapi ompong.

Nuha terkekeh lagi, "Kalian pasti ngga paham ya gue tadi ngomongim apa?"

ACTWYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang