28. LDK Tentara

1.1K 150 38
                                    

Guys, di luar konteks bentak membentak di acara ospek yang lagi viral akhir-akhir ini, aku harap kalian cukup bijak membedakan ya.

Di dua part ceritaku ini emang banyak acara bentak-bentaknya, tapi itu bukan dasar senioritas, atau balas dendam semata. Bukan kekerasan verbal tanpa dasar. Tentu kalian paham pendidikan lingkungan tentara dan resimen mahasiswa memang keras. Pengujian mentalnya juga beda. Ambil positif, buang yang jeleknya

Apa yang aku ceritakan di dua part ini murni pengalamanku ikut LDK waktu SMK dan Kampusku dulu. Kalau ada perbedaan kondisi pada kalian yang juga punya pengalaman yang sama, mohon dimaafkan ya, hehe...
Kritik dan saran silakan disampaikan

Selamat menikmati momen sama Suha di sini. Semoga kalian suka.

Mohon maaf kalau garing.

Happy reading 🥰

*****

"Jangan balik badan."

Suara bisikan itu terdengar berat dan dalam di telinga kiri Vega. Ia menelan ludah, tiba-tiba juga jadi deg-degan parah, padahal tadinya enggak.

Barisan tentara sudah sepenuhnya berada di lapangan hijau. Sebagian di depan barisan maba dan sisanya di barisan belakang.

Vega semakin deg-degan karena banyak tentara yang baris menghadap ke arahnya. Bukan menatap Vega si sebenarnya, tapi kepada pimpinan mereka yang sekonyong-konyong berdiri di sebelah Vega.

Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Iya podiumnya kan sempit guys kalau dipake berdiri dua orang. Mana Suha badanya gedhe, dan Vega juga sebal sendiri karena jadi keliatan super duper pendek.

Vega melirik-lirik ke kiri, ingin melihat wajah cowok di sebelanya itu. Tapi sayang guys, Vega kan kalah jauh tingginya. Ngelirik doang cuma kelihatan bet namanya.

Suha R.S. Ngga salah lagi. Emang paling seneng membekukan lawan. Kenapa juga prajurit tentara itu dibariskan menghadapnya. Kan Vega jadi kikuk sendiri.

"Ehem," Suha berdeham pelan. Diam-diam cowok itu menahan senyumnya tanpa dilihat Vega. Si doi juga tau tangan Vega mengepal saking geroginya. Tapi Suha biarkan, harus stay cool dong.

Vega semakin berdiri tidak tenang. Bingung harus berekspresi seperti apa. Kenapa juga harus lama-lama si mereka barisnya. Rasanya lama buat Vega, meski aslinya mah belum nyampe 1 menit.

Dengan gerakan tangan Suha langsung memberi aba-aba pada pasukannya untuk berpencar, memulai perannya masing-masing. Ia kembali mendekat ke telinga Vega, membisikan sesuatu di sana.

"Mana yang tadi ngaku pawangnya cogan?"

Vega kembali menelan salivanya lalu memejamkan mata beberapa detik. Ingin sekali balik badan terus lari, tapi kenapa kakinya lengket banget sama lantai podium. Sejak kapan coba Suha dah di sini sampai denger ucapannya tadi.

Vega terkesiap ketika sebuah tangan menyambar microfon di depan wajahnya.

"Biasa aja ngga usah kaget gitu. Nih cogan udah di samping lo. Ngga usah cari-cari lagi," ucap Suha pelan. Microfon di depan Vega sudah berada di tangannya.

Oh My God ternyata Suha sadar tadi Vega nyari-nyari si doi. Ngga ngerti lagi deh kaya apa warna muka Vega sekarang. Pengin mindahin muka aja kalau bisa.

Vega langsung menoleh cepat, "PD banget."

Suha terkekeh pelan, lalu mencekal tangan Vega yang mau pergi. "Sini aja."

ACTWYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang