Kasih tanggapan kalian dong buat part ini...
HeheHappy reading 🥰
*****
“Suha ya?”
Vega cengengesan, “Iya.”
Nuha diam, hanya mengangguk paham.
Vega yang melihat perubahan raut wajah Nuha lantas bertanya, “Cemburu?”
Nuha terkesiap, “Hah? Engga. Gimana kabar?”
“Gue? Baik. Kan daritadi juga gue sama lo.” Jawab Vega.
Nuha terkekeh, “Bukan lo, Ve,” ujarnya lalu menunjuk ponsel Vega dengan dagu. “Itu Suha.”
Vega cengengesan lagi, “Oh, hehe. Baik. Dia dinas di Semarang juga.”
Nuha hanya ber’oh saja. Sampai akhirnya ia membeku di tempat ketika Vega berkata, “LDK besok Suha yang jadi komandannya loh. Ngga nyangka gue, ternyata dunia emang selebar daun kelor ya. Kemarin ketemu Suha, sekarang ketemu lo. Ketemunya kalian lagi kalian lagi.”
Nuha hanya terkekeh kecil.
“Coba aja dulu gue lolos tentara ya Nuha, mungkin gue udah jadi ibu kowad. Atau bahkan jadi danton kaya Suha,” ujar Vega sambil menatap ke kaca di depannya yang menembus ke langit malam.
Nuha menoleh. Ia melihat wajah Vega yang tampak sendu. Terlihat sekali cewek itu begitu kecewa dengan masa lalunya. “Lo harusnya bersyukur.”
Vega menoleh dengan pelan ke arah Nuha.
“Kalau lo jadi tentara, mungkin lo udah ngga berhijab lagi. Pendidikan tentara kan ngga boleh pakai jilbab,” ujar Nuha dengan tenang.
“Tapi kan kalau udah selesai pendidikan bisa pakai jilbab lagi,” sanggah Vega.
“Apa lo yakin di saat itu niatan berhijab lo masih ada?” tanya Nuha.
Vega diam, mencerna maksud perkataan Nuha. Lebih tepatnya menyetujuinya.
“Daaann.. Apa lo yakin dengan lo jadi tentara lebih bermanfaat daripada jadi dosen?” tanya Nuha.
“Kalau itu si jelas lah. Kan melindungi bangsa dan negara, Nuha. Bayangkan ada berapa juta nyawa yang bisa gue jaga,” ujar Vega.
“Kalau jadi tentara, lo cuma bisa jaga. Kalau jadi pendidik lo bisa menjaga sekaligus membentuk manusia biar bisa jadi orang. Manusia yang bermanfaat, manusia yang bermartabat. Bahkan mengantarkan mereka jadi seperti apa yang lo ngga bisa capai, salah satunya jadi tentara itu misal,” ujar Nuha.
Vega masih diam menatap wajah Nuha dengan ekspresi datar. Tapi di sisi lain ia sangat memikirkan ucapan Nuha.
“Gue ngga bilang tentara ngga bisa mendidik ya. Kalau masalah pendidikan karakter, mental, dan sebagainya. Itu ngga bisa gue bantah. Maksud gue adalah lo sebagai cewek, sebagai perempuan, sebagai seorang ibu nantinya,” tambah Nuha.
“Dan lagi, lo juga harus lebih bersyukur lagi. Seorang ibu itu madrasah pertama, pendidikan utama bagi anak-anaknya. Dan lo udah terlatih dari sekarang,” ujar Nuha lagi. “Kurang baik apa si Tuhan sama lo.”
Di saat suasana lagi hening dan hikmat karena ceramah Nuha, tiba-tiba perut Nuha berbunyi. Tentu saja hal itu membuat Vega tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya.
“Tuh kan, gue ngoceh sampai laper. Ya udah yok. Gue harus check in dulu,” ajak Nuha pada Vega lalu turun dari mobil Vega.
Vega cengengesan sambil geleng-geleng setelah Nuha sudah tidak lagi ada di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACTWY
Teen FictionMasa lalu tidak mengubah kita di masa depan. Tapi masa kini yang belajar dari masa lalu, mampu mempersiapkan dirimu di masa depan. Sederhana, Ini hanya teori, sampai kamu tau cara praktiknya, ini semua adalah realita. So, I will act, count, and thin...