06. Makrab/Tentara

1.6K 184 31
                                    

Guys, by the way, author baru sadar dari part 1 sampai part 5 itu masih di latar waktu pada hari yang sama, wkwkwk,,,

Mohon maaf kalau terlalu panjang. Nikmati dulu jalan ceritanya ya, nanti kalau udah ending lah baru author revisi,, hehe

Dan lagi-lagi tangan Auhtor gatel pengin publish.
Maafkan kalau gaje 🙏🙏🙏

****

Keesokan hari

Pagi hari, setelah meladeni pesan dari orang ter’menyebalkan’ yang pernah singgah di hati, Vega kemudian mengemudikan mobilnya menuju ke kampus. Jalanan di kota Semarang cukup ramai. Apalagi jalan menuju kampus Universitas Nusantara, agak siangan dikit pasti kena macet.

Setelah 25 menit perjalanan, Vega sampai di kampus. Ia memarkirkan mobilnya di area parkir dosen lalu melangkah masuk ke ruangannya. Hari ini ia mengajar di kampus FEB, bukan di kampus vokasi seperti kemarin.

Hal rutin yang selalu dilakukan Vega ketika sampai di kampus adalah menaruh tasnya di ruangan lalu melaksanakan shalat dhuha di mushola fakultas sebelum mulai mengajar.

Vega tidak pernah merasa canggung untuk shalat di mushola fakultas bersama para mahasiswanya. Beda dengan sebagian besar dosen-dosen senior yang memilih shalat di ruangannya karena enggan berdesakan, dirinya cukup menikmati saat-saat harus mengantri wudhu dan sesekali ikut dalam ghibahan mahasiswinya di ruang wudhu, seperti ini misalnya;

“Tahun ini jadinya makrab mau dimana, Lin?” tanya seorang mahasiswi entah siapa namanya kepada mahasiswi lain di sampingnya.

Makrab, malam keakraban. Acara penyambutan yang diadakan oleh HMJ untuk mahasiswa baru. Acara ini menjadi kegiatan awal para maba setelah menyelesaikan serangkaian kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB), mulai dari Latikan Dasar Kedisiplinan (LDK), Wawasan dan Orientasi Akademik (WARNA), dan Pengembangan Spiritual Mahasiswa (Pesima).

“Fokus sama PMB dulu lah, Cik.”

Okeh, Lin dan Cik. Entah siapa nama lengkap dua mahasiswi yang sedang mengaitkan peniti jilbab di sebelah Vega ini.

Ck. LDK kan urusannya menwa, udah dibantu TNI juga. Kita mah cuma ngurus katering buat makan siang maba. Ngga ada yang perlu direpotin,” ujar mahasiswi yang panggilannya ‘Cik’ itu.

“Iya, sih. Denger-denger tahun ini LDK 7 hari ya? Mantap banget tuh maba, gosong-gosong dah.”

“Eh tapi enak lah bisa ketemu pelatih lebih lama. Apalagi kalau ganteng-ganteng kaya tahun lalu.”

Mahasiswa yang dipanggil ‘Lin’ menjentikkan jarinya. “Bener. Apalagi kalau sampai ketemu lagi sama pelatih Reno. Beuh... dibentak pun gue betah lah. Demen gue bikin kesalahan juga," ujarnya dengan senyum lebar.

Seketika Vega memelankan aktivitas merapikan jilbabnya lalu menatap dua mahasiswi itu lewat cermin di depannya. Ketiga cewek ini bersebelahan, tapi dua mahasiswi itu tidak sadar sedang diperhatikan.

Ini Reno yang gue kenal bukan sih? batin Vega.

"Udah ganteng, tinggi, manis, berwibawa, gagah. Pengin gue kantongin buat dibawa pulang," sambungnya lagi.

Vega tersenyum miring sambil menggeleng kecil mendengarnya. Mereka belum ketemu sama Song jongkinya Indonesia, batinnya.

“Coba aja pelatihan penegak tatib (tata tertib) WARNA sama tentara, bukan menwa. Gue mau tiap tahun daftar tatib mah,” sambung ‘Lin’ lagi.

Vega yang mendengar itu langsung melirik. Tapi lagi-lagi dua mahasiswi itu belum menyadari.

“Itu si mau lo,” celetuk ‘Cik’.

ACTWYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang