Assalamu'alaikum teman-teman...
Maafkan aku yang hiatus lama, wkwkAlhamdulillah hari ini ada kesempatan update cerita ini lagi. Semoga belum menghilang dari daftar bacaan teman-teman ya...
Happy reading...
****
"Ehem."
"Ehem ehem."
Lirik lirik sambil jelalatan.
"EKHEM," akhirnya nada suara itu sampai pada not tertinggi, baru yang dituju menyadari. Tapi tatapannya tak mengenakan sama sekali.
"Ve, ngga mubadzir apa orang ganteng gini lo anggurin?"
Vega cuma ngelirik, sama pasang muka kesel. Yang udah judes makin judes. Dua undangan di tangannya cuma muter aja terus, sambil diketuk-ketukan ke meja.
"Buka, biar ngga galau gitu. Penasaran kan lo?"
"Hem," gumam Vega. Ia lalu membuang muka ke luar cafe. Ada segerombolan laki-laki berbaju loreng di sana. Sama seperti pria di depannya.
Suha diam. Doi udah ngoceh setengah jam tapi masih dicuekin.
"Nuha mau nikah... Jangan patah hati gitu lah," ujar Suha dengan hati-hati.
Vega terkekeh pelan. "Ngga lah, kenapa juga gue harus patah hati?"
"Dih jujur aja kali," goda Suha.
"Enggak yooo."
"Masa?"
"Lo tanya lagi gue cubit nih?"
Suha ketawa ganteng aja. Meski dia sebenarnya ngga percaya sama jawaban Vega. Bilang engga tapi mukanya murung gitu. Hem, cewek emang selalu sok kuat kah?
Suasana meja itu kembali hening. Suha memperhatikan Vega yang senyam senyum tipis memandangi satu undangan yang masih tersegel rapi. Karena geregetan, ia mengambil paksa undangan itu. Iya, itu undangan darinya, Vega ngga berani buka.
"Sini, gue bukain."
"Eh jangan!"
"Ck. Kenapa dari tadi diliatin doang?"
"Hehe," Vega merebut lagi dari tangan Suha.
"Kenapa?" tanya Suha ngerebut lagi.
"Gak apa-apa," jawab Vega.
"Kenapa?"
"Gak apa-apa," dan terus saja itu undangan buat rebutan di atas meja. Dramatis sekali.
Bukan Suha namanya kalau kalah. Dia berhasil ngerebut dan ngumpetin undangan itu. Ia menumpuk kedua tangannya di atas meja untuk mengamankan undangan pemberiannya.
Suha menempelkan dadanya di tepi meja, membuat wajahnya semakin dekat dengan Vega. Sedang Vega masih cemberut karena kalah.
"Kalau lo murung gini, gue ambil lagi."
"Pamali, Suha. Ntar lo gondokan loh," nah malah nyumpahin.
"Senyum dulu," ujar Suha dengan suara rendahnya.
Vega tersenyum tipis. Tipiiiis banget sampai mata Suha yang ngga minus aja ngga lihat.
"Yang bener dong. Gini nih, hiii" Suha tersenyum sampai sederet gigi putih rapinya terpampang nyata di depan wajah Vega.
Vega mengikuti, "Hiiiii," dengan ekspresi sama polosnya.
"Jelek," Vega mendelik mendengar ucapan Suha. Ngga mood booster sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACTWY
Teen FictionMasa lalu tidak mengubah kita di masa depan. Tapi masa kini yang belajar dari masa lalu, mampu mempersiapkan dirimu di masa depan. Sederhana, Ini hanya teori, sampai kamu tau cara praktiknya, ini semua adalah realita. So, I will act, count, and thin...