26. Hidayah

1K 136 17
                                    

"Kelebihan mobil listrik kali ini apa?"

"Kapasitas mesinnya lebih besar bu, secara desain juga menyerupai mobil keluarga pada umumnya."

"Eemmm," Vega mengunyah kentang goreng di mejanya. Steak yang dia pesan sudah habis sejak setengah jam yang lalu. "Bagus kalau gitu. Udah pernah dilirik Gubernur atau pejabat setingkatnya belum?"

Arkan menyeruput es kopinya, "Belum, Bu."

"Wah sayang banget," memasukan kentang goreng terakhir ke mulutnya, "Tahun ini harus bisa goal Ar. Syukur bisa dijadikan mobil dinas sama pak gubernur."

"Maunya si gitu bu," Arkan memasukan proposal dan laptop ke tasnya. "Bismillah tahun ini ya Bu. Saya juga pengin bisa meninggalkan sejarah baik untuk kampus dan memberi manfaat untuk banyak orang."

Vega tersenyum, "Aamiin, in sya Allah saya akan bantu. Sampai hak patennya kalau bisa. Sayang sekali kan karya keren kaya gini diangguriin."

Mata Arkan langsung berbinar, "Serius Bu?"

"Saya usahakan," jawab Vega sambil tersenyum.

"Terima kasih banyak Bu," ujar Arkan dengan senyum lebar.

Vega mengambil ponselnya di tas, hendak menghubungi seseorang. "Seminggu ke depan saya akan sangat sibuk. Persiapan LDK, WARNA, juga Pesima. Kamu dan tim bisa mandiri kan?"

"Bisa dong Bu, kami kan udah mahasiswa bangkotan," ujar Arkan lalu keduanya terkekeh.

Sesaat keduanya hening, sibuk dengan ponsel masing-masing.

"Kamu ada agenda ngga habis ini?" tanya Vega.

Arkan beralih dari ponselnya, menatap Vega. "Engga ada si Bu, mau revisi draft skripsi tapi kayaknya belum malam ini deh."

Vega mengangguk, "Mau ikut ngga?"

"Kemana?"

"Saya mau ke suatu tempat," jawab Vega lalu beralih ke ponselnya lagi. Membalas pesan dari seseorang di sana.

"Kita..... Berdua aja?" tanya Arkan mengingat dirinya tadi satu mobil bersama Vega.

Vega tertawa kecil, "Enggak. Sama Bang Nuha. Udah kenal kan?"

Arkan menghela napas, "Iya kenal Bu."
Sebenarnya ngga masalah biar berdua pun. Cuma Arkan ngga enak kalau jalan berdua sama dosennya. Takut dikira yang iya iya. Mana masih muda.

Tak lama kemudian yang ditunggu datang.

Nuha berjalan dari arah pintu menuju meja Arkan dan Vega.

"Udah lama ya nunggunya?" ucapnya setelah mengucap salam dan berjabat tangan."

"Kebetulan dah di sini sejak hampir dua jam yang lalu si, jadi ngga nunggu lama juga," balas Vega.

Nuha beralih menatap Arkan, "Eh gimana kabar skripsi?"

Arkan tertawa. Biasanya anak mahasiswa tingkat akhir itu suka sensitif kalau ditanya masalah ginian. "Alhamdulillah. Belum sidang Bang."

Nuha terkekeh, "Enggak apa-apa. Masih ada 15 hari lagi sebelum batas akhir kan?"

Vega hanya memperhatikan percakapan dua laki-laki di hadapannya. Nuha yang dulu percepatan memberikan saran dan motivasi pada Arkan yang terancam perpanjangan periode kuliah.

"Ngga penting seberapa lama kita menghabiskan waktu kuliah. Ngga perlu cepet-cepetan, tiap orang punya masa jayanya sendiri-sendiri," ujar Nuha setelah panjang lebar mereka berdua berceloteh.

"Yang penting seberapa manfaatnya keberadaan kita buat orang lain. Barangkali dengan lo memperjuangkan mobil listrik ini nanti bisa di-acc, dipatenkan, dipasarkan, terus bermanfaat buat masyarakat luas kan?" ujar Nuha lagi.

ACTWYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang