35. Gwaenchana

1.3K 146 58
                                    

"Huwaaa Bang Arkaaan."

"Huwaaa mana bang? Mana?"

Ares reflek menyebut nama abangnya dan cowok jangkung di belakangnya reflek kaget mendengar teriakan Ares. Terjadilah aksi pelukan teletubies di pintu kamar duo sesepuh Madesu.

"Astaghfirullah, kalian berdosa sekali," ujar Nuha dengan suara serak khas bangun tidur, masih duduk di kasurnya.

Beda dengan Ravin, doi mendekat dengan menumpuk kedua tangan di depan dada. Jangan lupa dengan wajah datarnya. Lalu nyender di tembok, ngeliatin dua cowok jangkung yang masih berpelukan itu.

Sadar akan tatapan yang tidak mengenakan, Ares melepas pelukannya.

"Astaga Charles, lo ngapain sih ngagetin gue?" ujar Ares ngegas. Emang ya kalau dikagetin tu orang seringnya jadi deg-degan terus mendadak emosi. Ya nggak sih?

"Lah lo ngapain ngendap-ngendap gitu ke kamar ini?" tanya Charles. "Pake teriak nama Bang Arkan lagi kan gue kaget."

"Bilang aja lo takut!"

"Ngaca hyung!"

"Lo kan yang masak air?"

"Iya, kenapa?"

"Mau bakaran rumah apa gimana? Enak banget lo tinggal-tinggal gitu."

"Cuma ditinggal bentar ke ruang tengah. Ambil sarung nih," Charles menunjukkan sarung di tangannya.

Ares menghela napas, termenung sebentar, padahal tadi rasanya meluk badan Arkan beneran. Ternyata adik bongsornya, Charles. Ya emang si perawakan mereka beda tipis. Sama-sama bahunya lebar, cuman Arkan lebih tinggi lagi.

"Ah dah lah," ujar Ares lalu melenggang pergi. Meninggalkan Ravin dan Charles yang saling bertatapan bingung.

Charles membalik badan, namun tertahan karena suara berat seseorang.

"Mau kemana?" tanya Ravin, masih di posisinya sejak tadi.

"D-dapur bang."

"Bikin susu?"

Charles menggeleng, "M-mau bikin kopi, buat doping kuliah pagi nanti."

"Emm," Ravin mengangguk paham.

Charles berpikir sebentar. Tawarin nggak ya? Hem demi kesopanan sebagai anak bungsu kan ya. "Abang ma..."

"Titip," ucap Ravin lalu membalik badan, mendekat ke lemari.

Charles menatap punggung tegap Ravin sambil menghela napas pelan. Mendongak pada tulisan H.A.I di ujung atas pintu. Inisial Idris Arkanul Haq dalam mode terbalik.

Ingatannya teralih pada kenangan yang tak akan bisa terulang. Biasanya selalu ada lelaki berkolor superman keluar dari kamar ini tiap sebelum subuh. Mengambil alih urusan perdapuran dan mempersilakan adek-adeknya bersiap kuliah.

Alhasil, Charles jadi bersenandung, jalan menuju dapur.

"Pagi ini tak seindah pagi kemarin saat kau bersamaku. Pagi ini tak senikmat, pagi kemarin."

BRAK

"JABANG PRAWAN!" Charles berjingat kaget. Mendengar sebuah benturan benda yang menghantam pintu kamar mandi sebelah dapur.

"Ngga usah nanyi Charles, gue jadi mules."

*****

"SAAMMM."

"Iyaa," Samuel menuruni tangga kos setengah berlari. Memenuhi panggilan abangnya di ruang tengah dengan segera. Cukup sadar abang sepuhnya ini ngga sabaran.

ACTWYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang