Nuha melangkah keluar dari bandara. Tepat di sebelah pintu keluar, Dika dan Bintang berdiri menunggunya. Kedua laki-laki itu berdiri menghadap jalan, membuat posisinya membelakangi Nuha.
“Assalamu’alaikum Bang,” sapa Nuha sambil menepuk pundak Dika.
Dika yang sedang tertunduk menatap ponselnya langsung mendongak dan menolaj, “Woy Nuha. Wa’alaikumsalam,” jawabnya lalu mereka berjabat tangan sambil berpelukan singkat.
“Gimana kabar Bang?” tanya Nuha sambil menepuk punggung Dika.
“Alhamdulillah, baik. Lo gimana?” tanya Dika.
“Alhamdulillah baik juga,” jawab Nuha lalu beralih pada Bintang di sebelahnya. “Apa kabar Bang Bintang?”
Bintang pun melakukan hal yang sama dengan Dika. Laki-laki itu menjabat tangan Nuha lalu keduanya berpelukan singkat, “Alhamdulillah makin subur makmur,” jawabnya lalu terkekeh.
“Mau langsung aja apa makan dulu?” tanya Dika.
Nuha melihat jam tangannya, “Kayaknya acaranya udah mulai deh, Bang. Mending langsung ke sana aja, toh di sana juga banyak makanan,” ujar Nuha.
“Yaudah ayok,” ajak Dika lalu mereka masuk ke mobil Dika.
Selama perjalanan, ketiganya terus berbagi cerita tentang pekerjaan masing-masing. Dika yang sekarang bekerja di salah satu perusahaan swasta di Semarang, Bintang yang menjadi pegawai Bank, dan Nuha yang bekerja di kantor pemerintahan di Bandung. Perbedaan ini membuat mereka saling berbagi ilmu dan pengalaman.
Dika dan Bintang adalah anggota senat dua tahun sebelum Nuha, tepatnya di masa kepemimpinan Aryo. Dika seorang wakil ketua umum, dan Bintang ketua komisi 1. Ketiganya cukup dekat selain karena sama-sama demisioner senat, Dika dan Bintang adalah pembimbing KPR di mana Nuha menjabat wakil ketua di awal masa kuliahnya sebagai mahasiswa baru.
“Nuh, angkatan lo yang dateng siapa aja?” tanya Dika.
Nuha tampak berpikir sejenak, “Cuma Agustin sama Ronald, Vairus katanya mau nyusul nanti malam. Udah pada mencar anggota gue, agak susah juga disuruh kumpul.”
Bintang mengangguk paham.
“Oh iya, Vega juga dateng,” celetuk Nuha kemudian.
Dika yang sedang menyetir dan Bintang yang duduk di sebelahnya menoleh kaget.
“Tumben dia dateng?” tanya Dika heran.
Nuha tersenyum miring, “Iya lah orang gue tadinya ngga dateng.”
“Lah terus kenapa sekarang lo ke sini?”
Nuha nyengir sambil berujar, “Alhamdulillah tadi pagi kerjaan udah selesai lebih cepet Bang, dan kebagian tiket pesawat yang sore juga, jadi bisa ke sini.”
Dika dan Bintang hanya ber’oh ria.
Setelah itu mereka hening. Hingga lima menit kemudian mobil yang dikendarai Dika sudah tiba di pekarangan Villa Melati, tempat diadakannya acara RR.
“Ayo masuk,” ajak Dika pada Nuha karena sedari tadi Nuha masih berdiri bersandar pada mobil. Sedangkan Dika dan Bintang sudah melangkah lebih dulu.
Nuha tampak berpikir sejenak lalu akhirnya menjawab, “Lo duluan aja, Bang. Gue mau menikmati udara di sini dulu.”
“Ya udah gue sama Bintang duluan ya, lo cepet nyusul,” ujar Dika.
“Siap,” jawab Nuha.
Tubuh Dika dan Bintang sudah menghilang di balik pintu masuk Villa. Kini tinggal Nuha sendirian duduk di teras.
![](https://img.wattpad.com/cover/235828347-288-k741810.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ACTWY
Teen FictionMasa lalu tidak mengubah kita di masa depan. Tapi masa kini yang belajar dari masa lalu, mampu mempersiapkan dirimu di masa depan. Sederhana, Ini hanya teori, sampai kamu tau cara praktiknya, ini semua adalah realita. So, I will act, count, and thin...