Part 5

13K 606 4
                                    

Didalam kelas XII IPA 2 sudah ada Pak Deka yang berkeliling memastikan tidak ada kecurangan apapun yang dilakukan oleh siswa-siswi nya itu.

Rei mengisi dengan asal-asalan soal matematika. Sedangkan Raya mengisi dengan tenang soal matematika dihadapannya berbeda dengan Afifah yang menopang dagu sambil menatap lembar soal yang berisi angka-angka itu.

Bel berbunyi yang menandakan jam Pak Deka sudah habis. Yang membuat ricuh kelas karena mereka belum selesai. Akhirnya Raya selesai mengisi dan bangkit berdiri menuju Pak Deka memberikan lembar jawabannya, di ikuti Afifah dan Rei.

Kemudian mereka bertiga keluar kelas Menyusuri koridor XII menuju ke kantin. Raya dan Afifah duduk di kantin, sedangkan Rei yang memesan makanan mereka.

"Parah soalnya payah anjir," kata Afifah kesal. Soalnya susahnya minta ampun sepertinya pak Deka memberikan soal anak kuliahan. "Kayaknya bapaknya sengaja deh," kata Raya sambil membuka air mineral lalu meminum nya hingga setengah, Rei datang dengan membawa nampan berisi tiga porsi mie ayam.

Rei mendudukan dirinya di samping Afifah. "Gila, rame banget kantin," kata Rei sambil mengibaskan tangan. Ia menjadi gerah, Afifah langsung menyentil dahi Rei. "Lo gimana sih, kalo kantin nggak rame sepi dong." Raya mengiyakan perkataan Afifah.

"Seterah," kata Rei singkat menutup kedua telinganya membuat Raya dan Afifah tertawa. "Raya, lo beneran putus sama Rayn?" tanya Rei. Raya mengangguk membuat Afifah menyemburkan air yang ia minum kearah Raya.

"Afifah, jorok banget," kata Raya dengan mengelap bajunya. "Lo serius udah putus?!" tanya Afifah bangkit berdiri sambil mengebrak meja. Afifah menyadari kelakuannya menunduk malu dan kembali duduk.

Tawa Rei pecah melihat wajah Afifah terlihat menahan malu. "Aa ...! Aku malu," kata Rei menutup wajahnya dengan kedua tangan. Raya menahan tawa. "Diem Rei," sentak Afifah siap melayangkan garpu kearah Rei.

"Udah Rei, kasian Afifah," kata Raya membuat Rei terdiam ketika Raya sudah memperingati nya. Raya melanjutkan acara makan begitu pula Afifah dan Rei.

---

"Lo udah putus sama Raya?" tanya Radeya kepada Rayn yang memperhatikan Raya. Dibalas dengan deheman oleh Rayn. "Kenapa lo putus Ray?" tanya Melvin. "Gue gak bisa sendiri mencintai. Sedangkan dia gak cinta sama gue. Apa yang harus di pertahanin? Gak ada," kata Rayn dengan wajah datar. "Patut diabadikan moment ketika seorang Alfaiz Rayn Kavindra bicara panjang lebar," kata Raphael membuat Radeya dan Melvin terkekeh pelan.

---

Raya mengajak Afifah dan Rei menuju kekelas karna bel masuk sudah berbunyi. Mereka bertiga berjalan dengan Raya samar-samar melihat kearah Rayn sedang bermain basket. Tidak sengaja tatapannya bertemu dengan Rayn. Rayn memutuskan pergi. Raya menghela nafas pelan menatap kepergiannya.

Didalam kelas Raya duduk di bangkunya sambil mendengar lagu dari ponsel. Sampai guru yang mengajar masuk. Terdengar suara pengumuman.

Sehubungan dengan kegiatan rapat guru dan karyawan ke kantor dinas pendidikan, diperkenankan agar siswa-siswi untuk pulang lebih awal.

Seisi kelas bersorak gembira begitu pula dengan Raya, Afifah dan Rei. "Ray, lo pulang sama siapa?" tanya Afifah kepada Raya. "Bareng gue aja sekalian mau ketemu tante Guzaila." Raya mengangguk mengiyakan perkataan Afifah."Gue nggak di ajak gitu?" tanya Rei pura-pura kesal. "Kamu yakin, enggak mau nangis Rei?" tanya Afifah membuat Rei kesal bukan main.

"Aduhh, sakit perut gue," kata Raya memegang perutnya sehabis tertawa. "Yaudah ayok. Lo nyetir mobil iya Rei." Afifah terkekeh melempar kunci mobilnya langsung di tangkap Rei kemudian Rei mengacungkan jempolnya.

---

Di dalam mobil mereka tertawa bersama mendengar lelucon Rei dengan wajah konyolnya. Tak berselang lama mereka sampai di mansion mewah bergaya eropa milik keluarga Hafir.

Dikamar bernuansa biru muda itu terdapat ketiga remaja. Raya yang sedang memakan cemilan diatas ranjang, Rei yang sibuk memainkan ponsel di sofa single dan Afifah yang sedari tadi berdiri sambil berkacak pinggang menatap kedua sahabatnya itu dan tidak lelah mengatakan hal yang sama.

"Raya, Rei! Ayok kita foto bersama biar jadi kenangan," kata Afifah tidak menyerah ia mengajak kedua sahabat nya itu untuk berfoto bersama.

Mereka berdua pun akhirnya mengangguk dan berfoto dengan berbagai gaya dengan Rei yang berada di tengah Raya dan Afifah. Setelah selesai berfoto mereka menghabiskan waktu untuk bercerita berbagai hal. Sampai terdengar pintu dibuka.

Abdiel berdecak melihat kamar adiknya yang berantakan. "Astagfirullah Ray, kamar kamu?" tanya Abdiel kepada Raya yang asik memakan cemilan diatas ranjangnya. "Biarin aja kak, nanti Rei sama Afifah yang beresin." jawab Raya santai tanpa tau bagaimana ekspresi Afifah dan Rei yang sudah menatap Raya dengan sinis.

"O ya, kata Mama nanti malam keluarga calon tunangan kamu dateng," kata Abdiel lalu menutup kembali pintu kamar adiknya.

"Apa?!!" teriak Afifah membuat Raya dan Rei menutup kedua telinganya. "Afifah ... enggak usah teriak-teriak," kata Raya kepada Afifah. "Lo mau tunangan nggak cerita sama kita," kata Afifah bersedekap dada menatap Raya. "Lo tunangan sama siapa emang Ray?" tanya Rei membuat Afifah jadi tidak sabaran menunggu jawaban Raya.

Raya meletakkan cemilannya diatas nakas. "Rama," kata Raya singkat kepada Afifah dan Rei.

Raya bangkit dari atas ranjang menuju balkon. Ia memegang dengan erat pembatas balkon. Itu tidak luput dari pandangan Afifah dan Rei.

Afifah menghampiri Raya. "Jangan sedih dong Ray, kan ini keputusan lo," kata Afifah memeluk Raya. "Gue harus apa? Gue enggak mungkin kan nolak permintaan papa," lirih Raya. "Lo harus sabar Ray, kalau emang lo sama Rayn itu jodoh. Pasti kalian berdua bersama," jelas Rei membelai pipi Raya dengan ibu jarinya. Lagi-lagi Afifah di buat iri dengan kedekatan Raya dan Rei.

---

Malam itu adalah pertunangan Raya dan Rama. Raya mengenakan dress white evening dress.

Pintu dibuka terlihat Guzaila mengenakan a-line dress berjalan kearah Raya. "Anak mama cantiknya," kata Guzaila memandang putrinya itu sambil tersenyum haru. "Ayo Ray, mereka semua sudah menunggu dibawah," lanjutnya mengajak putrinya keluar dari kamar sambil merangkulnya menuju ruang tamu.
Di ruang tamu itu Raya melihat Rama dengan kedua orangtuanya. Ia berjalan anggun menghampiri Rama dan kedua orangtuanya lalu duduk di sampingnya. "Kalian memang cocok," kata Gaishan di angguki yang lain.

Kemudian acara memasang cincin. Rama memasangkan cincin pada jari manis di tangan kiri Raya kemudian Raya juga memasangkan cincin pada jari manis di tangan kiri Rama.

Semua orang yang berada di ruang tamu itu bertepuk tangan dan tersenyum bahagia. Tetapi, tidak dengan Raya karena baginya pertunangan ini atas dasar keterpaksaan. "Acara pernikahan kalian akan di adakan setelah kalian lulus," kata Pramudana di setujui dengan yang lain. Hanya ada anggota keluarga kedua belah pihak, karena itu permintaan dari Raya sendiri untuk tidak mengundang atau bahkan diadakan dengan mewah.

"Om, boleh saya berbicara dengan Raya sebentar?" tanya Rama kepada Gaishan. "Tentu," dan Rama mengandeng tangan Raya menuju taman belakang mansion keluarga Hafir.

Mereka berdua duduk di bangku taman. Rama menggenggam tangan Raya. "Gue saranin lo jangan deket lagi sama Rayn. Karna sekarang lo udah resmi jadi tunangan gue Ray," kata Rama tersenyum tipis menatap Raya. "Belum nikah kan jadi iya seterah gue," jawab Raya tanpa menatap Rama.

"Kalo gitu gue bakal minta pernikahan kita di percepat," kata Rama ingin bangkit berdiri akan tetapi tangannya di cekal oleh Raya ia menoleh. "Itu kan yang lo mau?" tanya Rama kepada Raya."Oke gue bakal turutin kemauan lo," kata Raya. Rama tersenyum bahagia mendengar hal itu.

"Gue besok bakal pindah kesekolah lo Ray." kata Rama lalu bangkit berdiri dengan mengandeng tangan Raya menuju ruang tamu.

Rayn&RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang