Part 4

14.3K 677 5
                                    

Raya duduk di lantai balkon sambil merunduk bersamaan air mata menetes. Beberapa menit kemudian ia bangkit berdiri menuju kekamar mandi untuk membasuh wajahnya diwastafel. Lalu keluar dari kamar mandi menuju ke atas ranjang membaringkan tubuhnya hingga terlelap.

---

Pagi itu Raya harus mengenakan masker kesekolah karena wajahnya pucat sehabis menangis semalam. Ia berjalan menyusuri koridor sambil membalas sapaan juniornya yang berpapasan dengannya.

Raya baru akan menginjakkan kakinya dikelas tetapi, tangannya langsung di cekal oleh Rayn. Raya hanya pasrah ketika Rayn menariknya menuju rooftop.

Raya berada di pembatas rooftop sambil menikmati angin berhembus. "Ray, kamu kenapa?" tanya Rayn membuat Raya yang sedang merentangkan kedua tangannya di udara terdiam sejenak. Sampai Rayn ingin membuka masker nya langsung ia halangi menjauhkan tangan Rayn dari wajahnya.

"Lagi flu, jangan di buka Ray," kata Raya. Rayn pun mengangguk samar lalu Rayn menuju sofa yang berada di rooftop. Begitu juga Raya memilih mendudukan diri disamping Rayn.

"Ray," kata Rayn dengan memutar badan Raya menghadapnya. "Jujur kamu udah ada rasa belum sama aku?" tanya Rayn menatap Raya.

"Kalau aku jawab belum, gimana?" tanya Raya balik sambil melepas tangan Rayn dari bahunya. "Aku gak bakal bisa ngejalanin hubungan ini sendirian. Jadi lebih baik kita akhirin aja," jelas Rayn bangkit berdiri keluar dari rooftop meninggalkan Raya yang diam.

"Sebenernya aku udah suka sama kamu tapi, aku terpaksa bohong. Maaf ...," lirih Raya bangkit berdiri keluar dari rooftop menuju kelasnya. di kelas ia melihat Afifah sedang membaca novel langsung menghampirinya lalu memeluknya sambil menangis. Afifah mendengar isak tangis Raya ia membalas pelukan sambil mengusap punggung Raya pelan.

"Lo kenapa Ray?" tanya Rei yang baru datang. "Gue flu Rei," alibi Raya melepas pelukannya. Rei mendudukan dirinya di bangku belakang Raya dan Afifah. "Lo pasti bohong kan Ray?" tanya Afifah menatap Raya. "Gue bener flu kok, buktinya pakek masker," kata Raya membalas tatapan Afifah. "Terus kenapa tadi nangis?" tanya lagi Afifah yang di angguki Rei. "Mata gue kelilipan tadi," kata Raya sambil mengusap sisa air mata nya. Afifah dan Rei akhirnya percaya dengan ucapan Raya.

"Syukurlah mereka percaya," gumam Raya pelan lalu membaca isi pesan di ponselnya sambil menunggu guru yang mengajar masuk.

+62 85809561216
Gue rama
gue tunggu pulang sklh di gerbang

Raya
Dari mana lo nomor gue?

+62 85809561216
Apasih, yng nggak gue tau dri lu.

Raya
Iya seterah.

Read

Raya melihat pesan dari Rama ia menghela nafas kasar tidak lama Pak Deka selaku guru matematika masuk. Raya langsung meletakkan ponselnya di saku seragamnya.

"Besok kita akan mengadakan ulangan, silahkan pelajari apa yang kalian catat, ketika bapak menerangkan didepan," kata Pak Deka kemudian mulai menerangkan materi didepan kelas.

---

Di kantin Raya sedang memakan baksonya dengan Afifah dan Rei. Ia bisa melihat Rayn memasuki kantin dengan Radeya, Melvin dan Raphael. Entah mengapa ia jadi tidak berselera melanjutkan acara makan nya. Tentu hal itu tidak luput dari pandangan Afifah dan Rei.

"Lo kenapa sih Ray, dari tadi aneh banget?" tanya Rei kepada Raya. "Gpp cuman masalah flu Rei," kata Raya meletakkan sendoknya diatas meja. Afifah menimpali "Cerita aja Ray, jangan di pendem sendiri. Inget kita sahabat lo," kata Rei menatap Afifah lalu mengangguk.

Raya menceritakan perihal masalah yang ia alami kepada Afifah dan Rei. Setelah selesai bercerita ia langsung memeluk Afifah. "Gue terpaksa Fah," lirih Raya. Ia menahan diri agar tidak mengeluarkan air mata.

"Gue berharap keputusan yang lo ambil ini bener Ray," kata Rei menatap dalam diam Raya. Sedangkan Afifah menenangkan Raya dipelukannya.

---

Bel pulang sekolah berbunyi. membuat Raya, Afifah dan Rei berjalan menuju gerbang. Raya melihat sudah ada Rama menunggunya dengan motor sport ninja hitam. "Afifah, Rei. Gue duluan ya," kata Raya. Mereka berdua pun mengangguk.

Raya berjalan dengan malas menuju kearah Rama. Sedangkan Rama tersenyum tipis menatap Raya menghampirinya. Ketika Raya sudah sampai di hadapannya ia langsung mengajak Raya untuk segera meninggalkan area sekolah.

Selama di perjalanan tidak ada yang berniat membuka suara. Hingga motor yang mereka ditumpangi berhenti di mansion keluarga Raya. Raya langsung turun dari motor Rama lalu Rama pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun kepada Raya dengan membawa motor secara ugal-ugalan.

Raya menghela nafas kasar memasuki mansion dan melihat seseorang yang sedang duduk di sofa ruang tamu itu begitu tak asing baginya. Ketika orang itu membalikkan tubuhnya Raya terkejut melihat Kakaknya Abdiel menatapnya sambil tersenyum. Raya langsung menghampiri Abdiel lalu memeluknya dengan erat. Abdiel melihat Adiknya pun membalas pelukan itu.

"Kenapa Kak Abdiel pulang nggak ngabarin Raya?" tanya Raya dengan merenggut karena Abdiel tidak memberitahunya Raya memilih masuk ke kamarnya tanpa memperdulikan kakaknya. Abdiel melihat adiknya pergi langsung menyusul adiknya itu ke kamarnya.

Tok, Tok.

"Ray, kalau kamu ngambek Kakak pergi lagi ni ke london," kata Abdiel perlahan-lahan berjalan menuruni undakan tangga. Suara pintu dibuka membuatnya tersenyum lalu menghadap kearah pintu. "Abisnya bikin aku kesel," kata Raya berdiri didepan pintu menatap kakaknya itu sambil bersedekap dada. "Salahin ma--" kata Abdiel berhenti melihat ibunya datang membawa piring berisi kue bolu. "Apa kak? Kok ga dilanjutin. Mau nyalahih mama ya?" tanya Guzaila menatap sengit putranya lalu memberikan kue kepada putrinya. Raya mengambil piring itu lalu masuk ke kamarnya meninggalkan ibu dan kakaknya itu. Abdiel yang hanya pasrah menatap adiknya lalu beralih menatap ibunya yang sudah menuruni undakan tangga dengan mengerutu kesal.

---

"PEMBOHONG!" teriak Rayn melempar gelas berisi wine ke cermin lalu mengambil kunci motornya berjalan keluar kamar. Dibawah ia melihat ayah dan ibunya bertengkar.

"Gila gue lama-lama, akgh sial!" desis Rayn terus berjalan menulikan pendengarannya ketika ayahnya terus meneriaki namanya. Sesampainya di garasi Rayn menaiki salah satu motor sport nya lalu melaju dengan ugal-ugalan menuju arena balapan.

---

"Taruhan?" tanya Rayn to the point. "Motor sport neiman marcus limited edition fighter," kata Haikal orang kepercayaan Rayn di arena balap.

Kemudian Rama datang dengan motor sport ninja hitam berhenti dihadapan motor Rayn. Dengan para teman-temannya. "Gimana kalau kita yang taruhan? Yang menang dapetin Raya," tanya Rama menaik turunkan alisnya menatap Rayn. Rayn mendengar itu langsung turun dari motornya menghajar Rama dengan membabi buta. Adzriel hendak ingin menolong Rama ia urungkan ketika melihat Rama membalas Rayn dengan melayangkan pukulan sehingga sudut bibir Rayn mengeluarkan darah.

Pertengkaran harus di hentikan ketika suara siren mobil polisi. Arena balapan ricuh seketika. "shit!" umpat Rayn pergi mengendarai motornya di susul oleh Rama dan para teman-temannya itu.

"Kenapa wajah kamu abis berantem lagi? Iya?!" teriak Narendra sedikit meninggi melihat sudut bibir putranya itu terluka. Rayn berhenti sejenak ditangga dan tanpa menatap ayahnya. "Iya, lalu? Apa yang akan anda lakukan? Memukul saya seperti apa yang anda lakukan ke ibu saya?" tanya Rayn tenang lalu meninggalkan Narendra dengan wajah marah.

Rayn&RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang