Pukul 00:00.
Raya perlahan membuka matanya samar-samar, ia melirik kearah tangan kanannya karena merasa ada seseorang yang menggenggam tangannya. "Ra-yn ..," kata Raya tercekat. Rayn samar-samar mendengar Raya memanggilnya menegakkan tubuhnya yang awalnya tertidur ditepi ranjang sambil menggenggam tangan Raya, ia menatap Raya dengan wajah sayu.
"Akhirnya, kamu bangun sayang." Rayn langsung memeluk tubuh Raya dengan perasaan rindu dan bersalah sedangkan Raya hanya terdiam kaku, tak ada tanda akan membalas pelukan dari Rayn.
Rayn melerai pelukan, matanya tak pernah lepas menatap Raya sedari Raya memanggil namanya. Hingga, Raya melirik kearah gelas diatas nakas membuat Rayn langsung menuangkan air ke gelas lalu memberikannya kepada Raya.
Raya tidak menolak meminumnya karena tenggorokannya terasa kering, kemudian Rayn meletakkan kembali gelas diatas nakas.
"Aku janji ga akan pernah buat kamu terluka lagi Ray. Maaf," lirih Rayn lalu melenggang pergi keluar dari kamar.
Meninggalkan Raya sendiri di dalam kamar yang sedikit penerangan dari cahaya bulan malam itu.
Raya menyibakkan selimut lalu turun dari atas ranjang dengan hati-hati, ia memegangi kepalanya yang sedikit berdenyut. Tiba- tiba rasa mual menghantui dirinya sudah ingin segera dikeluarkan dari mulutnya. Ia membekap mulutnya lalu berjalan tergesa kearah kamar mandi.Didalam kamar mandi, di wastafel Raya tak berhenti memuntahkan cairan berwarna kuning dari mulutnya.
Ia menumpukkan tangganya disisi wastafel dengan nafas memburu.Di ruangan kerja, Rayn yang sedang menelpon sambil duduk ditepi meja kerjanya dengan satu tangan berada disaku celana cropped pants hitam polos itu dibuat terkejut, ketik suara dari layar laptopnya terdengar suara Raya merintih dengan nafas memburu. Rayn langsung menutup panggilan sepihak, ia tak peduli jika harus kehilangan tender. Yang ia khawatirkan adalah wanitanya Raya.
Rayn masuk kedalam kamar Raya sambil mengusap rambutnya kasar, baru tadi ia tinggal sebentar sudah seperti ini, itu pemikiran Rayn yang datang tak sendiri, melainkan bersama bodyguard setianya.
"RAYA! APA KAMU DIDALAM BAIK-BAIK SAJA SAYANG?!" Teriakan Rayn dan dobrakan bersahutan di luar pintu kamar mandi.
Raya langsung keluar dari dalam kamar mandi, hal pertama ia lihat adalah raut wajah Rayn menunjukkan kekhawatiran. Begitu pula dengan Asri yang berdiri tidak jauh disamping Rayn.
___
Terdengar isak tangis disertai jeritan para sandera menguasai lorong gelap dengan panjang 29 km itu, diujung lorong ditemukan banyak jeruji besi disisi kanan dan kiri. Penjara bawah tanah itu sudah tidak terpakai hingga menjadi terbengkalai, dan pada akhir nya digunakan Rayn sebagai tempat penyekapan. Tidak ada satupun yang tahu bahwa ada ratusan nyawa manusia berada dalam jeruji selama bertahun-tahun tersiksa.
Disalah satu jeruji penjara terdapat Afifah disudut ruangan meringkuk sambil menjambak rambutnya.
Bau amis tercium begitu pekat beserta teriakan minta tolong memekakkan telinganya. Hujan turun dengan derasnya, diikuti petir yang terus menyambar.
"Ibu ...," lirihnya dengan kondisi yang memprihatinkan. Ada bekas luka dibibir, sayatan di pipinya, lalu kaki yang dirantai.
Afifah merangkak kedepan jeruji sambil menangis ketika rantai itu membuat kakinya berdarah karena mencoba meraih jeruji besi yang jauh dari jangkauan.
"Tolong .., entah berapa lama gue nunggu berharap kalian dateng," batin Afifah sambil tersenyum getir disela-sela tangisannya.
Afifah selalu berharap Raya dan Rei akan datang membawanya pergi. Hanya mereka satu-satunya harapan ia hidup dan untuk bertemu kembali dengan Ibunya yang entah di bawa kemana oleh Rayn.
Seorang lelaki jangkung berdiri didalam jeruji yang berseberangan dengan jeruji Afifah. Wajah lelaki itu
terdapat bekas luka menatap Afifah datar. Tiba-tiba tatapannya menajam lalu membuka suara sambil mencengkram besi jeruji."Afifah yang malang, mereka tak akan pernah datang, hahaha percuma kau menunggu sampai kapanpun mereka tak akan pernah datang," desisnya tajam diselangi tawa.
"R-ama .. bukannya kamu," kata Afifah menjeda kalimatnya karena rasa terkejut ketika menatap kearah lelaki diseberang jerujinya lalu ia melanjutkan kalimatnya. "L-lo masih hidup, gimana bisa?" tanya Afifah masih tidak percaya apa yang dilihatnya.
Rama tidak menjawab ia malah melirik jeruji disamping jeruji Afifah, terdapat seorang anak kecil berumur sekitar 10tahun yang terkulai lemas sambil memegangi perutnya. Anak kecil itu sepertinya kesakitan dalam suasana gelap didalam jeruji.
"Iblis!" desis Rama mengalihkan tatapannya menatap kearah yang juga tengah menatap dirinya. Afifah mengerti arti tatapan Rama, ia juga merasakan hal yang sama tersiksa.
Selama 1 tahun Rama menekam dipenjara tidak ada yang tahu bahwa yang mereka kubur, tangisi adalah orang lain. Ia masih hidup tapi, tubuhnya seakan mati rasa karena terus mendapatkan siksaan. Wajah, tubuhnya dipenuhi lebam dan luka cambukan yang membekas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayn&Raya
Mystery / ThrillerRaya tidak sengaja bertemu dengan Rayn yang saat itu sedang tawuran dengan sekolah lain justru membuat Rayn jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Raya. Akan tetapi, ketika mengetahui Raya telah bertunangan perasaan Rayn mulai berubah menjadi Obs...