Part 24

5.3K 215 2
                                    

Asri membuka gorden kamar Raya membuat Raya membuka matanya perlahan-lahan menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke rentina. Ia perlahan menyenderkan punggungnya di kepala ranjang sambil meringis menahan sakit di pergelangan tangannya.

Raya menatap Asri dengan tatapan kosong. "Bi, tolong ambilkan Raya buku diary di laci meja belajar," pinta Raya kepada Asri yang langsung mengangguk lalu melangkah kemeja belajar Raya di bagian sudut kiri dinding di dekat jendela.

"Ini Non," kata Asri sambil memberikan buku diary yang sudah lumayan usang itu kepada Raya yang langsung menyambutnya.

"Tinggalkan Raya sendiri Bi," kata Raya sambil tersenyum getir kemudian, menatap Asri yang diam menatapnya.

"Baik, Non. Tapi saya akan kembali untuk membawakan sarapan Nona," jawab Asri kemudian, melenggang pergi keluar dari kamar Raya. Setelah pintu di tutup barulah Raya membuka halaman buku diary itu pada tahun 2014 satu persatu.

1 Juli 2014.

Aku takut, jika aku terlalu mencintaimu akan membuat Tuhanku cemburu dan berakhir memisahkan kita. Aku takut, karena kehilanganmu adalah mimpi buruk bagiku.

21 Agustus 2014.

Hari ini aku sangat bahagia, ketika melihat dirimu tertawa lepas membuatku ingin setiap hari, menit dan detik hanya untuk membuat dirimu tertawa sepanjang hari.

27 September 2014.

Pertemuan awal kita saat itu membawaku menemukan cinta sejati yaitu dirimu, walau begitu banyak rintangan yang ku lalui untuk memilikimu seutuhnya tidak membuat ku menyerah. Karena aku tahu dirimu adalah takdir Tuhan untukku sampai maut memisahkan kita berdua.

4 Oktober 2014.

Mengapa aku merasa takut jika suatu hari aku akan pergi lalu meninggalkanmu sendiri dalam sepi.

6 Oktober 2014.

Aku mencintaimu, sangat. Bagiku kau cinta pertama dan terakhir. Selalu bahagia walaupun aku tak lagi disisimu, jika Tuhan mengambilku darimu esok atau lusa atau bahkan tanpa kamu duga hari-hari berikutnya. Tolong bertahan, tetap kuat. Sampai Tuhan sendirilah yang memanggilmu bertemu denganku.

Air mata Raya jatuh membasahi halaman terakhir buku diary itu kemudian, Raya memeluk buku diary itu sambil terus meneteskan air mata.

---

Rayn melajukan mobilnya keluar dari halaman mansion menuju ke mansion hafir dengan kecepatan sedang. Di pertengahan jalan Rayn yang merasa di ikuti menoleh kearah kaca spion mobil ada 5 mobil BMW hitam mengikuti mobilnya.

"Sial!" desis Rayn sambil menancap gas mobil dengan kecepatan tinggi.

Rayn memasang earphone ke telinganya lalu menelpon Fernando.

Tersambung ....

"Ada 5 mobil BMW hitam mengikuti ku, kau cari tahu mereka siapa, dan yah siapkan sekitar 20 bodyguard dan urus mereka."

"Baik, Tuan Muda," jawab Fernando di sebrang sana langsung melaksanakan perintah

Rayn menutup panggilan lalu melempar earphone ke dashboard mobil dengan kasar.

Mobil Rayn melaju dengan kecepatan sedang ketika mobil  toyota land cruiser abu-abu milik Fernando dan 5 mobil bodyguard mengikuti dari arah belakang menghadang 5 mobil BMW hitam yang mengikutinya.

"Waktuku terbuang sia-sia," ujar Rayn memukul setir lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

---

Tok, Tok.

"Non, ini saya Bi Asri," kata Asri mengetuk pintu kamar Raya sambil membawa nampan berisi sarapan Raya segelas susu dan sandwich.

"Bolehkah saya masuk Non?" lanjut Asri karena tak ada jawaban dari Raya.

Asri membuka knop pintu kamar Raya dengan pelan dan hal yang pertama ia lihat adalah Raya berdiri di pembatas balkon bersiap ingin melompat. Nampan yang ada di tangannya jatuh lalu ia segera berlari menghampiri Raya dengan berteriak.

"Nona!" lirih Asri sambil memegang kedua tangan Raya.

Tepat saat mobil milik Rayn memasuki halaman mansion para bodyguard dan para maid yang lain begitu panik ketika melihat Asri berusaha untuk menolong Raya dari atas balkon lantai 2.

Rayn yang melihat hal itu langsung turun dari mobil hendak melihat apa yang terjadi dan betapa terkejutnya ia ketika melihat Raya.

"Raya! Apa yang kau lakukan!!" seru Rayn sambil berlari memasuki mansion lalu menaiki undakan tangga menuju kekamar Raya dengan panik.

Rayn langsung membantu Raya dengan menggapai tangan kanannya yang hampir terlepas. "Raya, bertahan!" kata Rayn dengan sekuat tenaga mengangkat Raya dari atas balkon.

"Biarkan aku pergi! Aku benci hidup!" teriak Raya sambil meneteskan air mata yang lagi-lagi membuat Rayn merasa bersalah.

"Raya!!" bentak Rayn lalu langsung memeluk Raya, sedangkan Raya hanya diam dengan isak tangis.

"Jangan lakukan itu, ku mohon," lirih Rayn lalu melerai pelukan menatap Raya.

Raya menepis kedua tangan Rayn yang berada di bahunya kemudian, ia luruh kelantai. "Rama!! Hiks, hiks," lirih Raya berteriak histeris sambil menjambak rambutnya.

Rayn mengepalkan tangannya lalu memilih melangkah keluar dari kamar Raya sedangkan Asri menatap Raya dengan setetes air mata yang jatuh.

"Maafkan saya nyonya, karena tidak bisa menempati janji untuk selalu membahagiakan dan menjaga Nona," batin Asri.

Rayn&RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang