Part 12

8K 352 3
                                    

Raya menyusuri koridor XII hendak munuju loker nya bersama Rei dan Afifah. Mereka bertiga menjadi pusat perhatian siswa-siswi yang berpapasan di koridor.

Raya siswi famous karena berwajah sangat cantik dan sifat Raya yang friendly membuatnya digemari khususnya kaum laki-laki.

Afifah siswi famous setelah Raya memiliki lesung pipi dan berponi membuatnya terlihat imut.

Rei siswa famous setelah Afifah
ia memiliki wajah tampan dan kepribadian magnetik, gampang bergaul tapi, tidak terlalu setia dalam urusan cinta membuatnya mendapat julukan cold boy karena Rei begitu dingin kepada orang lain.

Rei dan Afifah tertawa bersama dengan Raya yang berada ditengah-tengah mereka membawa buku paket sambil merangkul mereka.

Loker no 63

Raya langsung membuka loker itu ia melihat ada banyak surat maupun coklat dilokernya. Raya menaruh buku paket didalam lalu mengambil bekal yang ia letakkan didalam lokernya. Afifah melihat Raya akan menutup loker menghentikannya. "Ray, bagi dong coklatnya," pinta Afifah kepada Raya.

"Ambil aja Fah, semua enggak apa-apa," jawab Raya sambil tersenyum manis.

Afifah dengan berbinar langsung mengambil coklat didalam loker Raya dan tidak lupa ia mengucapkan terimakasih kepada Raya yang memang tidak menyukai coklat berbeda dengan Afifah yang sangat menyukai coklat. Raya menutup kembali lokernya lalu berjalan menuju kantin bersama Afifah dan Rei.

Raya, Afifah mendudukan diri dikursi kantin dan Rei memesankan makan untuk ia dan Afifah saja karena Raya membawa bekal. Raya melihat Afifah sibuk memakan coklat ia merasa bosan pun memainkan ponsel sambil menunggu Rei datang.

Terdengar suara siswa-siswi melihat Rayn bersama ketiga sahabatnya memasuki kantin. Rayn melangkah dengan akuh menuju kearah pojok meja kantin dengan tangan berada disaku celana abu-abunya sedangkan Radeya, Melvin dan Raphael sedari awal memasang wajah datar.

Rei baru sampai melihat ada bekal diatas meja ia menatap Raya. "Ray, tumben lo bawa bekal?" tanya Rei mendudukkan diri dikursi samping Afifah dan mulai memakan bakso nya. "O, ini mama nyuruh bawa," jawab Raya sambil membuka bekal itu berisi roti tawar ia lalu memakan roti tawar itu.

Raya melirik Afifah tidak menyentuh baksonya. "Fah makan dulu, nggak baik makan coklat banyak-banyak," tegur Raya kepada Arifah.

"Nanti lo gendut," sambung Rei.
Afifah langsung menaruh coklat batang itu diatas meja lalu menenguk air mineral hingga setengah.

Adzriel menghampiri Raya diikuti oleh Maqil dan Izza. Adzriel duduk dikursi didepan Raya begitu pula Maqil dan Izza. "Ngapain kesini?" tanya Raya sambil menatap Adzriel. Reiki yang melihat itu langsung memakan bakso secara kasar.

Afifah melirik Rei ia mengernyitkan alisnya. "Rei lo kenapa makan sampe belepotan?" tanya Afifah kepada Rei.

Raya menghentikan gigitan terakhir rotinya dan melihat kearah Rei. Adzriel, Maqil dan Izza mengalihkan tatapan mereka dari Raya kearah Rei. Mereka semua tertawa melihat wajah Rei belepotan kuas bakso.

"Ini semua karena lo Adzriel, ngapain juga dia kesini, " batin Rei kesal.

---

Raya berjalan kearah toilet karena harus buang air kecil sesampainya di bilik toilet ia membuka pintu buru-buru.

Di dalam bilik toilet ia mendengar suara dua orang perempuan sedang berbicara mengenai perusahaan ayahnya.

"Lo tau gak? perusahaan Hafir Corp's sekarang rugi besar," kata seorang perempuan berambut gelombang. "Masa?" tanya seorang perempuan lain sedang berkaca dicermin sambil memoleskan liptint.

"Lo gak denger kabar apa Fris? Kalau Gaishan Raffasya Hafir tewas karena kecelakaan dua hari lalu," terang perempuan berambut gelombang itu membenarkan tatanan rambutnya lalu melenggang pergi keluar dari toilet bersama temannya itu.

Dibilik toilet Raya mengigit bibir bawahnya menahan air mata. setelah memastikan mereka sudah keluar baru Raya keluar dari bilik toilet menuju wastafel.

Raya membasuh wajahnya berulang kali ia tidak melihat bahwa Rayn bersender dinding memperhatikan nya sedari keluar bilik toilet. Raya merapikan seragam abu-abunya lalu melangkah keluar dari toilet terdiam kaku ketika melihat Rayn berjalan kearahnya.

"Kenapa nangis? Hm ..," tanya Rayn mengikis jarak sambil mengelus pipi Raya lembut. Rayn menarik dagu Raya agar menatapnya ketika Raya memalingkan wajahnya kearah lain. Lalu Rayn melirik kearah leher Raya yang tidak memakai kalung darinya langsung menghempaskan secara kasar dagu Raya dan keluar dari toilet.

---

Rayn berdiri dipembatas rooftop sambil memegang pembatas balkon. Ia memejamkan mata menikmati angin berhembus.

"Aku mencintaimu, seberapa pun usahanya aku tidak bisa melupakan dirimu Raya," lirih Rayn bersamaan pintu rooftop dibuka.

Rayn membalikan tubuhnya menatap tajam seseorang yang menganggunya. Tatapan Rayn melembut ketika itu Raya menghampirinya sambil membawa kotak pemberiannya.

"Ray, maaf aku enggak bisa nerima kalung ini," kata Raya kepada Rayn dengan menyerahkan kotak itu.

"Ingat Raya, jika aku tidak bisa memilikimu maka siapapun itu tidak akan aku biarkan bersamamu," peringat Rayn langsung menepis secara kasar kotak itu lalu pergi dari rooftop dengan tangan dimasukan kesaku celana abu-abunya.

Raya menatap punggung Rayn dengan wajah sedih. "Maaf, aku enggak bisa," lirih Raya lalu pergi dari rooftop.

Raya berjalan menyusuri koridor hendak menuju kelasnya sambil membalas tegur sapa para junior XI-XII berpapasan dengan Raya.

Tiba-tiba ia melihat ada seseorang yang ia kenal berjalan berlawanan arah dengannya Raya membalikan tubuhnya menatap seseorang itu yang mulai menjauh dan menghilang ditikungan koridor kelas XI.

Raya ingin mengejarnya akan tetapi bel
pulang berbunyi membuat Raya melanjutkan langkahnya menuju kelasnya. Afifah dan Rei menatap Raya khawatir. "Ray, lo nggak di apa-apain kan sama Rayn?" tanya Rei kepada Raya. "Enggak kok Rei," jawab Raya seadanya sambil membalas tatapan Rei. Afifah langsung bangkit keluar kelas.

Meninggalkan Raya dan Rei menatap bingung kepergian Afifah. "Kenapa tuh?" tanya Rei kepada Raya yang mengidikan bahu lalu mengambil tas menyusul Afifah keluar kelas. "Raya tunggu gue! Masa ditinggal," teriak Rei mengejar Raya yang sudah bersama Afifah.

---

Raya tiba di mansion ia langsung masuk kedalam melihat ibunya duduk diatas sofa sambil minum teh. Guzaila mendengar suara langkah putrinya memasuki mansion menatap kearah ambang pintu masuk. "Ray, ganti baju ya kita ketempat Tante Hilya," kata Guzaila kepada putrinya itu. Raya mengangguk sebagai jawaban lalu menuju kamarnya.

Beberapa menit kemudian ...

Raya mengenakan baju rajut warna abu-abu lengan pendek dipadukan celana gombrong levis dan kaki terbalut sepatu sneakers hitam.

keluar dari kamar menuruni undakan tangga menghampiri ibunya diruang keluarga yang menunggu. Guzaila dan Raya pun pergi dengan Mang Ujang sebagai supir hendak menuju ke mansion keluarga Savian.

Rayn&RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang