Didalam kamar dengan penerangan minim Rayn menumpu tangan kanan didinding sambil memandang cermin dengan tersenyum miring. "Kamu hanya miliku Raya. Hanya milikku," lirih Rayn lalu menonjok kuat cermin sampai tangannya terluka meneteskan darah.
Rayn membiarkan tangannya terus meneteskan darah kelantai. "Raya aku sangat mencintaimu. Apa yang harus aku lakukan agar kamu bersamaku?"
"Apa membunuh?" tanya Rayn lagi pada dirinya sendiri.
Rayn berjalan keluar dari kamarnya. Ia menuruni anak tangga menuju ruang bawah tanah mansion. Clarissa menatap putranya dengan wajah sedih dari pembatas lantai tiga tingkat.
Rayn melangkah menyusuri lorong sepi dan gelap yang disekitarnya terdapat banyak jeruji besi bekarat.
Ruangan bawah tanah itu milik Narendra untuk menyimpan senjata dan menyekap atau bahkan menyiksa seseorang sampai meninggal dunia.
Rayn melihat Fardo tangan kanan Narendra sedang mencambuk seorang wanita didalam jeruji besi itu ia tersenyum miring menghampiri Fardo. Fardo melihat Rayn datang langsung mundur beberapa langkah dan membungkuk hormat.
"Kau pergi," kata Rayn mengibaskan tangannya. "T-tapi, Tuan muda say--" belum sempat Fardo menyelesaikan kalimatnya Rayn memotongnya "Pergi!" seru Rayn menatap tajam Fardo.
Fardo pun undur diri dari hadapan Rayn dengan membungkuk hormat. Setelah memastikan Fardo pergi Rayn menatap seorang wanita terkulai lemas tidak berdaya dengan bekas cambukan disekujur tubuhnya.
Wanita itu yang sedikit sadar menatap Rayn dengan takut. "Kau akan aku bebaskan," kata Rayn menjeda kalimatnya. "Jika kau bersedia membunuh."
Wanita itu menelan ludahnya secara kasar ketika mendengar kata membunuh dari lelaki dihadapannya ini yang ia kenal betul siapa putra tunggal Narendra, Rayn. "Apakah aku akan bebas dari sini?" tanya wanita itu menatap Rayn takut-takut.
"Tentu."
"A-aku bersedia Tuan muda asal aku dibebaskan," kata wanita itu sambil mengoyangkan besi rantai pengikat kedua tangannya.
Kletek!
Kletek!
"Kau tau akan membunuh siapa?" tanya Rayn memasukan tangannya kesaku celana pendek jeans hitamnya dengan wajah datar menatap wanita didepannya.
"..."
"Adzriel."
"Ti-dak-tidak aku tidak bisa tuan," lirih wanita itu terus mengelengkan kepalanya dengan memberontak.
Rayn berdecih menatap wanita itu yang tidak bisa menjalankan perintah darinya Rayn mengambil pistol yang tersedia dinding lalu mengarahkan pistol itu dikepala wanita itu.
Wanita itu ketakutan meronta-ronta melepas rantai besi ditangannya sambil meminta belas kasih Rayn.
"Ku-mohon jangan bunuh aku Tuan."
Rayn langsung menarik pelatuk pistol dan peluru mengenai kepala wanita yang tewas ditempat. Ia membuang pistol itu lalu memilih pergi keluar jeruji menyusuri lorong hendak kembali kekamarnya.
---
Mobil yang Raya berhenti dihalaman mansion keluarga Savian. Gaishan dan Raya turun dari mobil berjalan memasuki mansion. Raya melihat kearah ruang tamu Hilya bersama dengan seorang lelaki sedang duduk diatas sofa sambil bercengkrama.
Hilya menyadari bahwa Guzaila dan Raya sudah datang langsung mempersilahkan mereka agar duduk.
Guzaila dan Raya mendudukan diri diatas sofa. Raya menatap lelaki di samping Hilya. "Rama kamu?" lirih Raya ingin menggapai tangan lelaki itu. Hilya merangkul putranya. "Ray, dia bukan Rama. Dia anak tante Sarfaras kembaran Rama dia baru balik dari Belanda kemarin," jelas Hilya kepada Raya yang langsung menarik kembali tangannya.
Sarfaras menyambar kunci motornya diatas meja dan tanpa mengatakan sepatah kata pun kepada mereka ia berlalu keluar dari mansion. Hilya menghela nafas lirih menatap kepergian putranya itu.
"Tante, kok enggak bilang sama Raya kalau Rama punya kembaran," kata Raya menatap Hilya meminta penjelasan. "Waktu itu tante mau bilang tapi, kamu sudah dibawa Rama pergi keluar," jawab Hilya membalas tatapan Raya dengan lembut.
---
Rayn berpakaian kaus hitam lengan pendek dipadukan dengan celana jeans hitam selutut.
Rayn berdiri dipembatas tangga lantai tiga sambil memegang segelas alkohol sedang memikirkan sebuah ide agar Raya bersamanya. Rayn menyesap alkohol dengan tersenyum miring ketika ia sudah menemukan ide.
Rayn mengoyang-goyangkan segelas alkohol itu. "Hm, Bagaimana kalau aku bermain dengan keluarganya."
Narendra memandang Rayn dari arah pintu masuk mansion. "Kau?! apakan tahananku?!!" teriak marah Narendra kepada putranya itu menggema didalam mansion membuat semua maid menatap takut Tuan nya.
Rayn menuruni undakan tangga hendak menghampiri ayahnya lalu melempar gelas asal.
Prang!
"Aku hanya bermain sebentar. Tidak salah bukan?" tanya Rayn kepada ayahnya.
"Kau?!"
"Ini terakhir kali aku membiarkan kau masuk ke ruang bawah tanahku," ujar Narendra menatap putranya sebantar lalu melenggang pergi keruang bawah tanah mansion.
Rayn tersenyum sinis ketika melihat keselilingnya para maid menatap takut kearahnya. "Apa yang kalian lihat?! Lanjutkan pekerjaan kalian atau kalian mau aku membunuh kalian juga hah!!" gertak Rayn kepada
para maid yang langsung melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing---
Raya duduk diruang makan keluarga Savian dan didepannya ada Sarfaras sedang menikmati makan malamnya dengan tenang.
Raya menatap Sarfaras dalam diam sambil memakan makan malamnya. Sarfaras menyadari bahwa Raya menatapnya ia menaruh garpu dan sendok secara kasar lalu bangkit menuju kamarnya begitu saja.
Raya bangkit hendak menyusul Sarfaras menuju kamarnya meninggalkan Hilya dan ibunya menatap pasrah kepergiannya.
Raya membuka pintu kamar Sarfaras yang tidak dikunci dengan pelan. Ia melihat Sarfaras duduk ditepi ranjang sambil memegang sebuah bingkai foto Rama.
Raya tidak sengaja mendorong pintu hingga terbuka lebar membuat Sarfaras mengalihkan tatapan kearah Raya yang berada diambang pintu kamarnya.
"Ngapain lo kesini? pergi!" marah Sarafaras menatap tajam Raya.
"Pergi!"
Raya tersentak lalu pergi menuruni undakan tangga menuju ruang tamu dimana Hilya dan ibunya berada saat itu.
"Ray kamu kenapa sedih?" tanya Hilya Ketika Raya mendudukkan diri disamping Guzaila dengan wajah sedih membuat mereka menatap Raya dengan khawatir.
"..."
Raya tidak menjawab hingga terdengar langkah kaki menuruni undakan tangga. Menuju kearah ruang tamu membuat perhatian mereka tertuju kepada Sarfaras.
"Mi, mending suruh mereka pulang," kata Sarfaras menatap Hilya dengan wajah datar.
"Sarafaras, kamu ini apa-apaan sih," jawab Hilya tidak suka akan perkataan putranya itu.
"Keluarga kita hancur karena mereka Mi, Mami tahu kan? Kak Rama dan Papi meninggal karena mereka!! Mi. Mereka!!" teriak Sarfaras marah sambil menunjuk Raya dan Guzaila secara bergantian.
Beberapa saat hening...
"Sarafaras!"
Plak!
Hilya melayangkan tamparan kepada putranya. "Sarfaras! Jaga bicara kamu! Mami enggak suka ya kamu bicara gitu. Dengarkan Mami nak, semua sudah takdir."
"Tante maafin Raya sama keluarga Raya. Maaf, Aku sama mamah pulang dulu ya Tante," kata Raya bangkit sambil menatap kosong. Guzaila tau Raya tidak ingin memperpanjang masalah ikut bangkit dari atas sofa.
Hilya merasa tidak enak hati mengangukan kepalanya sebagai jawaban lalu memeluk Raya.
"Apa yang Sarafaras bilang jangan dimasukin kehati ya Ray. Tante akan jelasin sama dia pelan-pelan," kata Hilya melerai pelukan sedangkan Sarfaras menatap tajam Raya lalu melenggang pergi dari ruang tamu hendak kembali ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayn&Raya
Mystery / ThrillerRaya tidak sengaja bertemu dengan Rayn yang saat itu sedang tawuran dengan sekolah lain justru membuat Rayn jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Raya. Akan tetapi, ketika mengetahui Raya telah bertunangan perasaan Rayn mulai berubah menjadi Obs...