"Rayn, tol.ong ber.henti," lirih Raya terisak. Rayn membawa Raya menuju Rama lalu menghempaskan Raya begitu saja dihadapan Rama yang terlentang diaspal.
"Ini yang lo mau," kata Rayn datar. Ia memilih meninggalkan Raya bersama Rama yang tidak sadarkan diri diikuti para teman-teman nya.
Raya menangis sambil memangku Rama. Tiba-tiba wanita paruh baya mengampiri Raya. "Ada apa nak?" tanya wanita paruh baya itu melihat Rama pun ia paham. "Ayo bawa dia kerumah sakit," lanjut wanita paruh baya itu lalu menyuruh salah satu bodyguard nya untuk membawa Rama kemobil. Raya menyeka air matanya, lalu mengikuti kemobil. Mobil alphard hitam BE 8978 AT itu pun melaju menuju kerumah sakit.
---
Dirumah sakit kota itu Raya duduk dikursi tunggu didepan ruang IGD menunggu kedua orang tuanya dan orang tua Rama datang. Ia bersama seorang wanita paruh baya itu yang menolongnya.
Beberapa menit kemudian terdengar langkah kaki menuju kearah mereka. Raya menoleh terdapat ayah dan ibunya. Beserta Pramudana dan Hilya.
"Pi, Rama," kata Hilya cemas sambil menangis di pelukan suaminya. Pramudana langsung menenangkan istrinya itu. Gaishan memeluk putrinya.
"Kamu gpp kan Ray?" tanya Gaishan khawatir di balas Raya dengan anggukan membuat Gaishan melerai pelukan.
Raya paham ibunya menatap wanita paruh baya itu. "Ma, ibu ini yang nolongin Rama sama Raya," kata Raya membuat Guzaila berterimakasih kepada wanita paruh baya itu karena telah mau menolong anaknya dan Rama.
"Kalau begitu saya permisi," pamit Clarissa kepada mereka semua. "Sekali lagi makasih tante," kata Raya tulus. Clarissa pun tersenyum sambil mengangguk lalu pergi.
Dokter keluar dari ruangan IGD. "Bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya Pramudana kepada dokter itu. "Alhamdulillah pasien sudah sadar, dan akan dipindahkan keruang VIP."
"Apakah kami boleh masuk dok?" tanya Pramudana lagi."Silahkan tapi, saya sarankan jangan terlalu ramai," kata dokter itu lalu pergi.
---
"Rama maafin gue," kata Raya perlahan-lahan menghampiri Rama yang terbaring dibrankar. Rama menghapus air mata Raya. "Ini bukan kesalahan lo, jadi jangan minta maaf." Pramudana dan Hilya tersenyum melihat itu.
Rama telah dipindahkan keruang VIP dengan Raya sedari tadi disamping brankar duduk menemani Rama.
Suara pintu dibuka terlihat Adzriel, Maqil, dan Izza. Izza dan Maqil memilih mendudukkan diri disofa membiarkan Adzriel memberikan parsel buah yang mereka bawa kepada Raya.
"Ram, kok bisa Rayn nyerang Lo?" tanya Adzriel menatap Rama yang kondisinya lumayan parah. Tangan kanan diperban. Sudut bibir sobek dan luka gores dibagian kepala.
"Lo lupa? Rama udah tunangan sama Raya. Mungkin Rayn nggak terima." jelas Izza membuat Maqil terdiam sejenak. "Badan gua rasanya mau remuk diinjek sama Radeya," kata Rama ia rasanya ingin balas dendam kepada Radeya. "Maaf iya, gue nggak bisa nolong lo waktu itu," kata Raya merasa bersalah.
"Gpp. Yang penting sekarang lo baik-baik aja itu udah cukup buat gua. Jangan nunduk dong," kata Rama sambil mengangkat dagu Raya. Tatapan mereka bertemu sejenak lalu Raya memilih memalingkan wajahnya kearah lain blushing. Rama hanya terkekeh pelan.
Adzriel langsung menyadarkan mereka bahwa ada orang lain di sini. "Kalo mau pacaran jangan di sini, banyak yang jomblo soalnya. Nanti Iri," kata Adzriel di angguki oleh Izza dan Maqil.
"Seterah gue," sinis Rama menatap sahabatnya yang tertawa. "Kalian kenapa?" tanya Raya mendengar tawa Adzriel, Maqil dan Izza. Padahal tidak ada yang lucu menurutnya.
"Gpp pengen ketawa aja," kata mereka kompak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rayn&Raya
Misterio / SuspensoRaya tidak sengaja bertemu dengan Rayn yang saat itu sedang tawuran dengan sekolah lain justru membuat Rayn jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Raya. Akan tetapi, ketika mengetahui Raya telah bertunangan perasaan Rayn mulai berubah menjadi Obs...