Raya membuka pintu rooftop terkejut mendapati Rayn duduk diatas sofa dengan kaki berada diatas meja.
Rayn segera mencegah Raya yang ingin pergi. Ia menarik tangan kanan Raya sehingga berada dipelukannya.
"Kenapa, kau mempermainkan perasaanku? Seperti ini Raya," bisik Rayn lalu menghempaskan Raya begitu saja.
"Maksud kamu apa?" tanya Raya sambil menatap Rayn.
"Aku mencintaimu," lirih Rayn membalas tatapan Raya.
"Aku udah bilang sama kamu, aku enggak bisa."
Rayn mencengram bahu Raya membuatnya meringis menahan sakit. "Rayn! lepas sakit ..,"
Rayn melepas cengramannya dari bahu Raya lalu menghapus air mata nya.
"Sebenarnya Rama dibunuh, dan kamu tau siapa orangnya?" tanya Rayn dengan wajah sayu menatap Raya.
"Aku orang yang telah membunuh Rama," kata Rayn sambil tersenyum tipis membuat Raya mendorong Rayn agar menjauh darinya.
Raya menatap benci Rayn "Aku benci kamu Alfaiz Rayn Kavindra!" dengan airmata.
Rayn mengepalkan tangannya. "Itu, akibatnya karena dia merebut kamu dari aku," ujar Rayn tidak suka jika Raya mengatakan bahwa ia membenci dirinya.
"Aku benci kamu!" seru Raya lalu keluar dari rooftop. Rayn menendang meja rooftop dengan mengacak-acak rambutnya prustasi.
---
Ditoilet Raya membasuh wajahnya diwastafel lalu memandangi wajahnya dicermin. "Seandainya, waktu itu aku enggak ketemu sama kamu mungkin," lirih Raya mengelap wajahnya memakai tisu lalu melangkah keluar dari dalam toilet hendak menuju kantin.
Dikantin Raya melihat Afifah dan Rei bercanda. Ia menghampiri mereka lalu duduk disamping Afifah.
"Sarfaras kemana?" tanya Raya menyadari bahwa Sarfaras tidak ada.
"Owh, dia udah kekelas," jawab Afifah seadanya kepada Raya.
Raya mendengar bel berbunyi segera bangkit menuju kelasnya bersama dengan Rei dan Afifah yang juga ikut bangkit.
---
Di dalam kelas sudah ada pak Nanda selaku guru seni. Raya mengetuk pintu semua orang yang berada didalam kelas mengarahkan tatapannya menuju Raya, Afifah dan Rei.
Pak Nanda memijit keningnya menatap mereka bertiga. "Dari mana kalian?" tanya Pak Nanda sambil berkacak pinggang.
"Emm ... dari toilet Pak," kata Rei berbohong sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kalian boleh masuk. Lain kali jangan sampai telat lagi," kata Pak Nanda yang diangguki mereka bertiga.
Mereka bertiga mendudukan dirinya di bangku masing-masing dan segera mengeluarkan buku serta alat tulis untuk mencatat apa yang Pak Nanda terangkan didepan papan tulis.
Ketika Pak Nanda sudah keluar kelas bel pulang berbunyi barulah kelas menjadi ricuh dan terburu-buru keluar dari dalam kelas.
"Raya, lo pulang sama siapa?" tanya Rei kepada Raya dan juga tatapan Rei lagi-lagi Afifah harus menahan cemburu melihat itu dan ia berjalan keluar kelas duluan.
"Raya pulang sama gue," kata Sarfaras dingin Rei terpaksa menganguk dan segera menyusul Afifah keluar kelas.
---
Raya memandangi kota jakarta dari kaca jendela kamarnya. Tidak terasa, bahwa sudah satu bulan Raya hidup sendirian karena sudah satu bulan itu juga ibunya sibuk dengan urusan perusahaan ayahnya.
Perusahaan keluarga Raya memang hampir bangrut tetapi berkat bantuan dari keluarga Rama perusahaan keluarganya bisa kembali seperti dulu.
Terdengar suara ponselnya berdering menandakan ada pesan yang masuk Raya langsung mengambil ponselnya diatas ranjang lalu membuka pesan itu.
Afifah
Raya...
gue minep tempat lo iyaRaya
Yaudah kesini aja fah,
lagian gue juga sendiri nih.Read
Terdengar suara Afifah dari luar kamar membuat ia mengeleng."Bar-bar untung sayang," kata Raya pada dirinya sendiri.
Suara pintu dibuka ia melihat Afifah dengan kresek putih ditanggannya. Raya yang tau apa isinya langsung merebutnya dari tangan Afifah.
Afifah menggelengkan kepalanya. "Lo tahu nggak, tadi Rei ngechat gue. Lo mau tahu nggak isinya apa Ray?" tanya Afifah kepada Raya yang sedang sibuk memakan eskrim.
Raya mengangguk menunggu Afifah berbicara. "Dia nembak gue," kata Afifah sambil melonjat-lonjat kegirangan.
"Lo serius?" tanya Raya terkejut pasalnya Raya tidak pernah melihat Rei terang-terangan mendekati Afifah atau bahkan memperlakukan Afifah secara khusus.
"Yaampun ternyata gue nggak sia-sia memendam perasaan ini," ujar Afifah memegangi dadanya supaya terlihat dramatis.
Raya melempar Afifah menggunakan bantalnya membuat Afifah mengernyit kesal menatap Raya.
"Lo bilang - bilang kalau suka sama Rei pantes aja lo sering marah sama gue enggak ada sebab juga," kata Raya kepada Afifah.
"Lagian-,"
"Bwikin cewemburu," cibir Raya sambil mengerucutkan bibirnya membuat Afifah tertawa.
Afifah memegang perutnya sakit akibat tertawa lalu memilih mendudukkan diri diatas ranjang bersama Raya. "Ngucapin selamat gitu kek jadi sedih dedek," kata Afifah memelas memasang puppy eyes kepada Raya.
Raya yang melihat itu menahan tawanya. "Aduh nak Mami jangan nangis dong cu-cup udah jelek juga," kata Raya diakhiri kekehan diakhir kalimat membuat Afifah tak kuasa menahan tawanya.
Mereka berdua larut dalam tawa sampai terdengar suara dering yang menandakan ada telepon masuk.
Raya mendapati nomor pihak kepolisian.
"Siapa?" tanya Afifah kepada Raya.
"Polisi," jawab Raya.
"Loudspeaker coba," kata Afifah lalu Raya menangguk sebagai jawaban.
"Halo, apakah ini dengan keluarga Guzaila Raffasya Hafir?" tanya pihak polisi disebrang sana.
"Iya, saya putrinya sendiri ada perlu apa Pak?" tanya balik Raya dengan raut wajah khawatir.
"Ibu anda mengalami kecelakaan, sehingga mobil yang dia tumpangi jatuh ke jurang dan terbakar. Saya turut berduka atas meninggalnya ibu anda." Raya menjatuhkan ponselnya kelantai.
Tubuhnya Raya seakan kaku untuk digerakkan Afifah menatap Raya dengan wajah sedih ketika mendengar kabar bahwa ibu sahabatnya itu meninggal dunia.
Afifah menghampiri Raya lalu memeluknya. "Gue terut berduka cita atas meninggalnya Tante Guzaila. Lo yang sabar ya Ray gue tau ini berat buat Lo," kata Afifah sambil menangis mendengar isakan tangis Raya yang berada di pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayn&Raya
Mystery / ThrillerRaya tidak sengaja bertemu dengan Rayn yang saat itu sedang tawuran dengan sekolah lain justru membuat Rayn jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Raya. Akan tetapi, ketika mengetahui Raya telah bertunangan perasaan Rayn mulai berubah menjadi Obs...