Part 36

4.9K 159 1
                                    

Mobil Jeep Wrangler hitam ditumpangi Fernando dan Rama memasuki kawasan jalan hutan menuju mansion hafir yang membutuhkan waktu tempuh setengah jam untuk sampai. Didalam mobil itu hanya di isi keheningan. Tiba-tiba suara supir begitu panik ketika melihat dari kaca spion mobil ada yang mengikuti mobil mereka. Rama dan Fernando langsung menatap kearah belakang. Terlihat 10 mobil Pajero sport hitam mengikuti mobil mereka. "Percepat, kita harus segera sampai di mansion," ujar Fernando sambil mengutak-atik ponselnya hendak menelpon anak buahnya.

"Jumlah mereka banyak apa yan-" suara Rama tercekat ketika suara tembakan kearah ban mobil mereka hingga membuat mobil seketika oleng tak terkendali.

BRAK!

Kepala supir seketika membentur setir mobil ketika grill depan mobil Jeep Wrangler menabrak pohon besar di pinggir hutan. Darah mengalir deras dari pelipisnya.

Disisi lain, Fernando berusaha memecahkan kaca mobil dengan sikunya untuk keluar. Asap mengepul keluar dari dalam mobil membuat Rama terbatuk-batuk menahan sesak.

Fernando berhasil memecahkan kaca mobil dengan sikut terluka mengeluarkan darah. Ia menggapai knob pintu mobil, dan terbuka. Fernando keluar dari dalam mobil diikuti Rama yang berusaha menghirup udara dengan nafas terengah-engah sambil memegang dadanya.

Sebuah mobil Pajero sport hitam berhenti kemudian melempar korek api kearah mobil Jeep Wrangler yang didalamnya masi ada seorang supir.

BUM!

Suara letupan begitu dahsyat terdengar dari mobil Jeep Wrangler hitam itu. kepulan api berkobar serta asapnya mengepul di udara.

"Shit, gua belum siap mati," desis Rama ketika mendengar letupan begitu dahsyat. Buru-buru ia merangkul Fernando yang linglung agar segera menjauh dari mobil yang terbakar itu.

Seorang berpakaian hoodie hitam bergambar tengkorak sedang bersembunyi dibalik pohon besar di seberang sana. Rei membenarkan letak penutup kepala hoodie nya sembari menyeringai menatap kejadian itu. "Sial, ternyata bukan Rayn."

Kedua tangan Rei bertengger didalam saku hoodie nya, ia mendongak beralih menatap langit yang mulai gelap. Perlahan tetesan air hujan turun membasahi tubuhnya dengan kilatan petir diatas langit.

Sirene mobil polisi memimpin jalan untuk sebuah mobil BMW Seri 5 silver. Decitan ban mobil BMW Seri 5 itu berhenti tepat didepan Rama dan Fernando. Pintu mobil terbuka, Rayn turun secara terburu-buru menghampiri Fernando. Ia memegang kedua bahu Fernando, raut wajahnya begitu panik. "Maafkan saya Tuan muda, seh-harusnya.." Fernando terbatuk-batuk tidak kuat menahan sesak di dadanya.

Rayn dan orang-orang sekitar tidak menyadari satu hal, kecuali Rama. Ia merasakan ada seseorang yang mengawasi mereka dari jarak sedikit jauh, perasaannya gelisah sedari awal meninggalkan mansion. Ia berharap bisa bertemu dengan Raya secepat mungkin, sehingga melupakan kejanggalan dihatinya.

"Kenapa Lo bisa tau dan sampe sini?" tanya Rama dengan tatapan datar kepada Rayn.

"Cctv di mobil," jawab Rayn dingin, ia melepaskan tangannya dari bahu Fernando lalu menatap kobaran api yang melahap habis mobil Jeep Wrangler hitam itu dengan tatapan datar.

Tangan kanan Rei mengeluarkan sebuah pistol dari saku hoodie nya. Ia mengarahkan pelatuknya bersiap untuk menembak tepat kearah Rayn.

"Bisa-bisanya Lo," Rama mengedarkan pandangannya ke sekeliling area hutan sambil berdecak. Ia yang ingin membuka suara terhenti ketika tatapannya melihat seorang laki-laki berpakaian hoodie hitam bergambar tengkorak sedang mengarahkan pelatuk pistol kearah Rayn. Rama masi diam memerhatikan gerak gerik lelaki berhoodie itu hingga pelatuk ditarik melesat kearah Rayn.

"AWAS!" Rama berteriak. Kemudian mendorong Rayn agar menyingkir, dan Ramar lah yang tertembak, ia mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan Rayn.

Bruk

Rama terjatuh tidak sadarkan diri ke aspal dengan luka tembak di bagian dada kanannya.

"Sialan gagal, seharusnya hari ini Rayn udah mati," Gigi Rei gemeretak sambil memukul pohon dengan tangan kanan terkepal erat. Kemudian, ia memasukkan kembali pistol ke dalam saku hoodie nya. Sebelum pergi ia menatap Rayn sekilas.

Rayn memejamkan mata menikmati derasnya air hujan mengguyur tubuhnya. Pikiran berkecamuk, Rama yang ia anggap sebagai penghalang untuk memiliki Raya, rela mengorbankan nyawa demi dirinya.

"Ray-yn.." suara Rama membuat Rayn tersadar. Ia membuka matanya bersimpuh disamping Rama yang terlentang di aspal. Rama memegang tangan kanan Rayn sambil tersenyum. "Jang-an nge-rasa ber-salah, mau gimana pun.. gue bak-lan per-gi kar-ena tak-dir. Ja-ga Ra-yaa. sampe-in sa-lam gue buat dia.. gue ba-kalan ja-gain an-ak ka-lian.. dia ha-rus la-hir se-hat.. R-Ra-yn. G-gue pa-mit..." Genggaman tangan Rama ditangan Rayn terlepas. Rayn menundukkan kepalanya dengan air mata menetes. "Makasih. Makasih Rama," suara Rayn bergetar saat mengatakan itu.

"Tuan," gumam pelan Fernando. Ia diam berdiri disamping Rayn dengan wajah penuh sesal, dan sarat akan kesedihan.

Rayn&RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang