Part 21

6.2K 255 0
                                    

"TIDAK!" teriak Raya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil merapatkan selimut yang menutupi tubuh telanjangnya.

"Nona," panggil seorang maid sambil membuka pintu kamar Raya. Maid itu mendengar suara teriakan Raya dari luar langsung menerobos masuk walaupun di larang oleh kedua bodyguard yang berjaga di depan pintu kamar.

"Ak-aku, ha-hancur.. Hiks," isak Raya sambil menteskan air mata ketika mengingat perbuatan Rayn kepadanya semalam.

"Maafkan saya Non, saya gagal menjaga Nona," lanjut maid itu sambil duduk ditepi ranjang lalu memeluk Raya.

Maid itu bernama Asri, Asri adalah Maid yang waktu itu merantau dari desa ke kota karena mencari pekerjaan tetapi, tidak ada yang mau menerima Asri karena hanya lulusan SMP. Beruntung Asri bisa bertemu dengan Guzaila di taman yang saat itu sedang duduk bersama Abdiel berumur 3 tahun dan Guzaila tiba-tiba ingin melahirkan dan suaminya tidak ada saat itu Asri pun menolong Guzaila membawanya kerumah sakit kota. Beberapa hari kemudian, setelah Raya lahir Asri di pekerjakan Guzaila sebagai pengasuh Raya hingga saat ini dan walaupun Guzaila telah meninggal dunia Asri tetap berada disisi Raya.

---

Fernando berjalan memasuki ruangan bawah tanah diikuti beberapa bodyguard dibelakangnya menyeret paksa istri dan seorang gadis berseragam SMA. Kepala mereka ditutup dengan kain hitam dan tangan mereka diborgol yang membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

"Bagus, kurung mereka di dalam jeruji," kata Rayn bersedekap dada sambil tersenyum miring.

"Baik, Tuan Muda,"

Sebelum bodyguard keluar dari jeruji besi ia membuka kain yang menutupi kepala mereka, dan borgol. Afifah terkejut ketika ia melihat mayat disamping kakinya.

Afifah berjongkok sambil mebalikkan tubuh mayat itu dan ia menutup mulutnya terkejut sambil meringsut mundur perlahan. "Enggak mungkin, it-itu Ayah ...," lirih Afifah.

Comala meneteskan air matanya sambil mendekati putrinya. Ia tidak menyangka suaminya telah pergi meninggalkan mereka dengan cara mengerikan.

Rayn berdiri di depan jeruji besi dengan tersenyum miring sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celananya.

"Reno, pasti bahagia kau dan putrimu bergabung dalam satu jeruji, begitu bahagianya sampai dia rela mati, wah-wah."

"Lo! Lo bener-bener Iblis Rayn, iblis!" teriak Afifah sambil memegang jeruji menatap Rayn marah.

"Gue bersyukur Raya ninggalin Lo! Karena Lo seorang ib-," kalimat Afifah tercekat ketika secara tiba-tiba Rayn mencekik lehernya.

"Tuan, ku mohon, jangan sakiti putriku Tuan," pinta Comala dengan menangis sambil bersujud dibawah kaki Rayn.

"Ajarkan padanya untuk tidak membuatku marah!" kata Rayn datar lalu menghempaskan tangan nya dari leher Afifah.

Afifah menghirup udara dengan rakus sambil memegang tengorokannya.

"Gue bawa hp, gue harus telepon Rei," batin Afifah. Dengan tangan gemetar ia mengambil ponsel nya dari saku seragam abu-abu nya. Namun, nahas hp nya langsung direbut Rayn lalu di lempar kedinding.

"Sudah ku bilang bukan? Apa kau tuli hah!!" maki Rayn.

"Mohon maaf Tuan Muda, Nona Raya dia dalam keadaan kacau," lapor Fernando kepada Rayn ketika mendapat laporan dari salah satu bodyguardnya yang berjaga di mansion Hafir.

"Siapkan mobil," kata Rayn kepada Fernando.

"Baik, Tuan Muda," jawab Fernando singkat lalu pamit undur diri melaksanakan perintah Rayn.

---

"Pergi! Pergi! Aku mohon!" racau Raya dengan menangis sambil menjambak rambutnya prustasi.

"Nona, tenanglah ini saya Bi Asri Non," kata Asri sambil ingin mendekati Raya.

"Pergi!! Akgh ... Aku benci kamu, aku benci!!"

Prang!

Suara jam weker di lempar Raya kelantai hampir membuat Asri terluka.

Pintu kamar Raya terbuka Rayn langsung menghampiri Raya dan memeluknya. "Raya, tenang sayang."

"Pergi!!" sentak Raya mendorong Rayn menjauh.

"Kau tinggalkan kami," kata Rayn datar kepada Asri.

"Tapi, say-,"

"Keluar!!" teriak Rayn memotong kalimat Asri yang langsung membuatnya buru-buru keluar dari dalam kamar Raya.

"Maaf, aku terpaksa melakukan semua ini," lirih Rayn mengusap air mata Raya dengan lembut.

"PERGI!!" teriak Raya menepis tangan Rayn secara kasar tanpa menatap Rayn.

"Oke, sepertinya kamu butuh waktu, aku akan pergi," jawab Rayn lalu pergi keluar kamar Raya dan menutup pintu.

Di luar kamar Rayn mencengkram kuat kenop pintu kamar Raya. "Panggilkan Maid sekarang."

"Baik, Tuan Muda," jawab salah satu bodyguard yang berjaga didepan pintu lalu langsung melaksanakan perintah.

"Bersihkan dan urus dia," kata Rayn lalu berlalu pergi ke kamar sebelah kamar Raya hendak membersihkan diri.

"Baik, Tuan Muda," jawab Maid itu dengan menunduk hormat lalu masuk kedalam kamar Raya.

---

Di sekolah, tepatnya di dalam kelas XII IPA 2 Rei di buat gelisah ketika nomor Afifah tidak aktif dan Raya tidak menjawab telepon.

"Rei! Lo ga mau liat jadwal buat ujian besok?!" teriak Danu selaku teman Rei dari kelas XII IPA 3 dari arah ambang pintu kelas.

"Duluan! Ntar gua nyusul!" jawab Rei dan Danu mengangguk lalu berlalu pergi dari pandangan Rei.

"Raya lo dimana kenapa nggak angkat telepon dari gue," kata Rei berulang kali menelpon Raya namun,  nihil tidak ada jawaban.

Ponsel Raya mode getar terus saja bergetar dari atas meja belajarnya.

"Apa mereka lupa hari ini bagi jadwal sama nomor ujian nasional?" tanya Rei kepada dirinya sendiri.

Rayn&RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang