Jiwa Rama pergi hendak menemui Raya untuk terakhir kalinya. Didalam kamarnya Raya sedang duduk di kursi meja rias menghadap cermin riasnya sambil menyisir rambut hitam panjangnya.
Rama mendekati Raya, ia berdiri tepat dibelakangnya sambil menatap wajah pucat pasi Raya dari cermin. Bisa Rama lihat tatapan kosong mata Raya. Tangan kanan Rama mengelus kepala Raya dengan lembut. "Jangan nyakitin diri sendiri Raya, gue sedih dan ga akan tenang ninggalin lo kalau lo kayak gini."
Diluar kamar seorang maid berdiri didepan pintu kamar Raya dengan membawa nampan berisi segelas susu ditangan kirinya. Ia mengetuk pintu kamar Raya lalu berdecak ketika tidak ada sahutan dari Raya, ia memutuskan membuka pelan knob pintu kamar.
"Permisi Nona, saya membawa segelas susu untuk anda," kata maid itu menghampiri Raya, meletakkan nampan diatas meja rias, lalu mengambil segelas susu dinampan hendak diberikan kepada Raya.
"Raya, Raya, gue pastiin Lo bakalan mati sama anak Lo itu. Kita liat siapa yang bakal nolongin Lo dari gue," kata maid itu sambil tertawa didalam hati.
Raya meletakkan sisir diatas meja riasnya. Ia beralih menatap maid yang tengah menyodorkan segelas susu padanya, Afifah tertegun sejenak lalu tersenyum melihat wajah pucat pasi Raya. "Ini Nona diminum dulu," dengan tangan gemetar Raya mengambil segelas susu itu.
Rama berjalan mendekati maid itu, ia melihat maid itu tersenyum yang lebih ke arah senyuman sinis yang ditunjukkan untuk Raya. Menyadari Raya dalam bahaya Rama mengguncang bahu kanan Raya, tetapi tangan kirinya malah tembus pandang. "Jangan.. jangan diminum susu itu Ray," kata Rama dengan raut wajah panik.
---
Hilya duduk disofa ruang TV sambil menonton acara ANTV ditelevisi, tiba-tiba ia merasa haus pun bangkit dari sofa hendak kemeja makan. Tangan kirinya mengambil gelas diatas meja makan sedangkan tangan kanannya menuangkan air dari pitcher water ke gelas.
Selamat siang pemirsa.
Warta berita siang ini akan menyajikan sebuah kecelakaan di Jln. Pahlawan no 35 Jakarta pusat memasuki area kediaman keluarga Hafir. Berikut berita selengkapnya.
Salah seorang pemuda laki-laki dinyatakan tewas tertembak diakibatkan hendak menyelamatkan Alfaiz Rayn Kavindra putra tunggal pemilik perusahaan terbesar Asia tenggara yaitu Narendra Keenan Kavindra dari aksi penembakan yang sampai saat ini belum diketahui identitasnya serta alasan dipicu nya aksi penembakan tersebut.
Demikian warta berita siang ini. Selamat mengikuti acara selanjutnya.
Hilya ingin minum mendadak mengurungkan niatnya ketika ia mendengar siaran berita dari televisi. Ia meletakkan kembali gelas berisi air, dan pitcher water diatas meja makan. Kemudian berbalik menghadap kearah layar televisi.
Hilya memegang erat kursi meja makan disisi kiri nya untuk menopang tubuhnya yang lemas seketika, kamera reporter menangkap sosok putranya Rama terbaring dengan luka tembak.
Sarfaras keluar dari ruangan gym sambil mengelap peluh yang bercucuran di dahinya menggunakan handuk kecil.
Sarfaras menghampiri Hilya. "Mi, Mami kenapa?" tanya Sarfaras dengan mengerutkan alis sambil memegang kedua bahu Hilya.
"Seharusnya Mami larang, dan mungkin Mami .. Ma-mi nggak akan kehilangan putra Mami ..." lirih Hilya sambil menangis, raut wajahnya penuh penyesalan.
"Anak Mami disini Mi, siap-," bibir Sarfaras kelu kala mengingat Rama. Kedua tangannya terlepas begitu saja dari bahu Hilya, ia mundur beberapa langkah sambil memijat ruang di antara kedua alisnya.
"Baru tadi gua ketemu sama lo, kenapa lo harus pergi lagi?" batin Sarfaras.
"Sarfaras telpon Papi suruh dia nyusul kita ketempat Kakakmu, ayo Sarfaras kita jemput Kakakmu," suara Hilya gemetar syarat akan kesedihan kehilangan putranya.
"Ayo Sarfaras, putra Mami, pasti nunggu kita jemput dia," lanjut Hilya sambil berjalan terlebih dahulu kearah pintu mansion.
"Mami ..." Sarfaras bergumam dengan air mata yang perlahan menetes dari pelupuk matanya.
---
Mobil brio ayla abu-abu ditumpangi oleh Hilya dan Sarfaras mulai memasuki area hutan menuju mansion keluarga hafir.
Selama diperjalanan Sarfaras menyetir sambil menggenggam tangan kanan Hilya hendak menenangkannya. Mobil brio berhenti ketika melihat ada pembatas police line di tengah jalan dan banyaknya bodyguard berjaga serta beberapa polisi mengecek kondisi setempat.
Hilya segera turun dari mobil diikuti Sarfaras. Hilya tak kuasa menahan tangis melihat kondisi putranya yang bersimbah darah di atas pangkuan Rayn lalu menghampiri dan mengambil alih tubuh Rama. "Rama ... Maafkan mami nak, seharusnya mami cegah kamu pergi ..." derai air mata hilya membasahi pipinya sambil memeluk tubuh putranya yang sudah tidak bernyawa.
Hujan deras dan petir menjadi saksi bisu sosok ibu yang kehilangan putranya. Sarfaras merangkul bahu Hilya dengan wajah sarat akan kehilangan sosok Rama, kembarannya.
"Mi, udah. Ayo kita bawa Kakak," ujar Sarfaras.
"Benar Tante. Mau gimanapun jasad Rama harus segera dimakamkan," timpal Rayn lalu berdiri, ia mengkode Fernando dengan gerakan kepala yang segera dianggukan oleh Fernando.
"Lebih baik kita bawa jasad Rama ke mansion keluarga Hafir terlebih dahulu baru kemudian kita makamkan, apa Tante tidak keberatan dengan saran saya ini?" tanya Rayn penuh perhatian.
Hilya hanya mengangguk tanpa mengatakan sepatah katapun, kemudian ambulans datang hendak membawa jasad Rama. Hilya pun dibantu berdiri dan dituntun oleh Sarfaras menuju ambulans.
"Tidak perlu kembali ke mobilmu, biarlah bodyguard yang membawa, naik temeni ibumu, dan beri kabar kepada ayahmu," ujar Rayn yang melihat Sarfaras yang hendak menghampiri mobilnya. Sarfaras mengangguk samar lalu naik ke ambulans.
Mobil BMW Seri 5 silver berhenti. Rayn masih berdiri sambil memperhatikan Sarfaras mulai menutup pintu ambulans. Kemudian tatapannya beralih ke Fernando yang turun dari mobil hendak membuka pintu mobil untuknya, ia lalu masuk ke dalam mobil disusul oleh Fernando, mobil pun melaju di ikuti mobil ambulans menyusul dan beberapa mobil lainnya mengikuti dari belakang menuju ke mansion keluarga Hafir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayn&Raya
Mystery / ThrillerRaya tidak sengaja bertemu dengan Rayn yang saat itu sedang tawuran dengan sekolah lain justru membuat Rayn jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Raya. Akan tetapi, ketika mengetahui Raya telah bertunangan perasaan Rayn mulai berubah menjadi Obs...