1 | Pelipur Lara

688 67 12
                                    

Nata menggendong Kakeknya ke atas tempat tidur setelah mereka tiba di rumah keluarga besar Brawijaya yang selama ini tak pernah diinjaknya. Dahlia membongkar perlengkapan milik mertuanya dan mulai menyusun semua di atas nakas.

"Kalian istirahat saja dulu, biar nanti Bi Inah yang membereskan semua itu," ujar Akmal.

"Biar saya saja Pak, Bi Inah pasti sudah capek mengurus rumah seharian ini. Kasihan, jangan terlalu dipaksa bekerja," ujar Dahlia.

Bi Inah yang awalnya hendak masuk untuk membantu Nyonya Brawijaya yang baru pun mendadak menghentikan langkahnya. Ia mendengar dengan jelas apa yang Dahlia katakan ketika Akmal menyuruhnya istirahat, dan perasaan Bi Inah semakin iba pada istri dari Almarhum Danu yang begitu sederhana sejak dulu.

"Ya Allah, mengapa baru sekarang Engkau mengizinkannya untuk berada di sini? Kenapa harus banyak lika-liku dalam hidupnya selama ini?" gumam Bi Inah, dalam hati.

Di benaknya terbayang kembali kilasan waktu dua puluh lima tahun yang lalu saat Almarhum Danu meminta izin pada Akmal untuk menikah dengan Dahlia.

Flashback On

Danu menghadap pada Akmal sambil membawa Dahlia hari itu. Bagas dan Yoga beserta istri mereka masing-masing seakan menatap jijik ke arah wanita pilihan Danu yang akan dinikahinya.

"Mau jadi apa kamu jika menikahi dia??? Akan jadi apa masa depanmu jika pendampingmu saja sudah berasal dari kasta bawah yang tidak setara dengan keluarga kita???" Akmal murka.

"Saya mencintainya Pa, dan saya tidak peduli dengan asal-muasalnya. Saya mencintainya karena Allah. Saya akan menikahinya juga karena Allah," jawab Danu, tenang.

"Berhenti membawa-bawa nama Tuhan!!! Kakak-kakakmu tidak pernah membawa-bawa nama Tuhan, tapi mereka berhasil menikah dengan wanita yang pantas!!! Jangan membawa-bawa nama Tuhan atas tindakan bodohmu yang akan mencoreng nama baik Keluarga Brawijaya!!! Papa tidak akan merestui pernikahanmu jika kamu tetap bersikeras memilih dia!!!" teriak Akmal.

Danu pun menganggukkan kepalanya.

"Baik Pa. Saya akan tetap menikahinya meskipun Papa tidak merestui. Itu keputusan saya," ujar Danu.

"Kalau begitu keluar kamu dari rumah ini!!! Jangan pernah kembali lagi!!! Kamu bukanlah anak saya lagi jika kamu menikahi dia!!!"

Flashback Off

Nyatanya, Akmal telah salah menilai selama ini. Orang yang dianggapnya tidak pantas justru membuktikan padanya kalau dia lebih dari pantas untuk menjadi Nyonya Brawijaya yang sah ketimbang dua menantunya yang lain. Nia dan Niken hanya bisa berlagak dengan memerintah siapapun yang dianggapnya pembantu. Kesombongan mereka benar-benar lebih gila dari manusia manapun yang pernah Bi Inah hadapi.

Tok..., tok..., tok...!!!

Dahlia dan Nata menoleh ke arah pintu.

"Nyonya Dahlia dan Den Nata mau istirahat? Biar Bibi yang menjaga Tuan Besar," tawar Bi Inah.

"Tidak usah Bi Inah. Bibi saja yang beristirahat, Bibi pasti capek setelah seharian bekerja," ujar Nata.

"Ehm..., anu..., Nyonya Dahlia," Bi Inah terlihat ragu-ragu.

"Katakan saja Bi, Dahlia boleh mendengar apapun yang terjadi di dalam rumah ini sekarang. Dia satu-satunya yang harus Bibi kabari setiap saat. Bukan lagi Nia ataupun Niken," ujar Akmal, parau.

Dahlia mendekat pada Bi Inah seraya tersenyum dari balik niqob-nya.

"Katakan Bi, ada apa?" tanya Dahlia.

QadarullahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang