33 | Mendadak

290 25 14
                                    

Adisti menatap Yoga yang datang menemuinya di penjara. Ia memasang wajah penuh kejengkelan luar biasa pada pria itu.

"Kapan kamu akan mengeluarkan aku dari sini, hah? Semua jebakan itu adalah ide kamu ya!" Adisti mengatakannya dengan sangat jelas sambil menunjuk-nunjuk ke wajah Yoga.

"Sabar dulu! Aku sedang berusaha mengeluarkan kamu dari sini!" balas Yoga.

"Seharusnya kamu langsung saja nikahi aku, agar aku bisa segera menjadi Nyonya Brawijaya! Lagipula anak di dalam kandunganku ini kan anak kamu! Kenapa jadi Bara atau Nata yang harus bertanggung jawab sih?" tanya Adisti, jengkel.

"Aku bilang sabar! Semua tidak semudah itu! Kalau aku menikahi kamu maka aku harus menceraikan Niken terlebih dahulu, tapi kamu nggak akan dapat apa-apa dari keluarga Brawijaya! Kalau aku menceraikan Niken, maka semua hak warisan yang aku punya akan jatuh ke tangannya, karena aku dan Niken tidak punya anak!" jelas Yoga.

"Maksudnya, karena kamu dan Niken nggak punya anak makanya harta itu akan jatuh ke tangan Niken jika kamu menceraikannya? Begitu?"

"Iya Adisti! Seperti itulah yang akan terjadi kalau aku menceraikan Niken. Makanya aku menyuruhmu menjebak Bara dan Nata agar salah satu dari mereka bertanggung jawab menikahimu dan kamu bisa menjadi Nyonya Brawijaya. Hak waris anak kita pun akan aman," Yoga kembali membujuk Adisti.

Adisti pun akhirnya kebingungan sendiri. Ia sudah terlanjur hamil dan ia harus menjadi Nyonya Brawijaya agar hidupnya tidak sengsara bersama anak yang dikandungnya.

"Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Adisti.

"Aku akan berusaha mengeluarkanmu dulu dari sini. Lalu kita akan ke rumah keluargaku untuk memaksa salah satu anak-anak itu menikahimu," jawab Yoga.

* * *

"Dan calon jodohmu adalah... ."

"Lia..., Lia tolong dulu ke sini Nak," panggil Akmal dari dalam rumah.

Dahlia yang belum sempat mengatakan semuanya pada Nata pun bergegas lari ke dalam rumah untuk menghampiri Bapak Mertuanya.

"Ada apa Pak?" tanya Dahlia.

"Ini..., Yoga...," Akmal tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Ada apa dengan Paman Yoga Kek?" tanya Bara, khawatir.

"Dia akan ke sini, dia akan ke sini," ujar Akmal.

"Kakek tenang dulu, pelan-pelan saja Kek," Nata sangat khawatir.

"Panggil..., panggil Pranoto! Sekarang!" pinta Akmal sambil terus memegangi dadanya yang kesakitan.

Akmal pun menatap Dahlia.

"Nak..., nikahkan Nata, nikahkan Nata sebelum Yoga datang. Tolong...," Akmal sangat kesakitan.

Dahlia pun menatap Nata, begitupula sebaliknya. Bara menggendong Akmal menuju ke kamarnya dengan cepat agar pria itu bisa berbaring. Pak Saiful menelepon Pranoto seperti yang Akmal minta.

"Lakukan Mi, apapun yang Kakek minta saat ini tolong lakukan saja. Aku akan menikahinya hari, siapapun akhwat yang Ummi pilihkan untukku," ujar Nata.

"Apa kamu benar-benar yakin? Apakah kamu tidak akan menolak jika tahu siapa dia?" tanya Dahlia.

"Insya Allah Mi. Aku akan menerimanya dengan ikhlas," jawab Nata.

"Meskipun dia memiliki kekurangan?"

"Meskipun dia memiliki kekurangan, aku akan menerimanya Mi."

"Meskipun masa lalunya buruk?"

"Iya Mi, Insya Allah tetap akan kuterima meskipun masa lalunya buruk."

QadarullahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang