Nata berada di ruangan rapat siang itu. Semua tenaga pengajar di pesantren itu hadir di sana untuk membahas perkembangan para santri dan santriwati dalam semua aspek. Tidak banyak keluhan dari tenaga pengajar, karena banyak sekali perkembangan yang signifikan dari para santri dan santriwati.
"Baiklah, rapat mengenai perkembangan kualitas belajar para santri dan santriwati sudah selesai. Sekarang saya ingin tahu bagaimana perkembangan belajar dari siswa khusus. Karena program ini sangat baru di pesantren kita, maka saya harap akan ada laporan yang bagus," ujar Nata.
Ustadz Galih pun berdiri dari kursinya. Ia membuka berkas laporan yang telah ditulisnya mengenai perkembangan belajar siswa khusus, di mana siswa khusus tersebut hanya ada satu orang, yaitu Yoga.
"Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh," ujar Ustadz Galih.
"Wa'alaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh," jawab semua orang, serempak.
"Bismillahirrahmannirrahim, saya sebagai ketua dari tim kelas khusus akan menyampaikan laporan mengenai perkembangan siswa kelas khusus dalam bidang pelajaran membaca Al-Qur'an, di mana siswa tersebut adalah bernama Yoga B. yang telah mempelajari membaca Al-Qur'an selama dua minggu dan telah sampai pada surat kesembilan yaitu surat At-Taubah."
Nata mendengarkan dengan seksama, begitupula Mahmud sebagai pembimbing langsung yang mengajari Yoga.
"Penilaian terhadap siswa khusus bernama Yoga B., adalah sebagai.berikut. Pertama, Yoga tidak terlalu bisa membedakan huruf hijaiyyah di hari pertama pembelajaran, Saudara Mahmud pun sampai harus menjelaskan huruf-huruf apa saja yang terdapat dalam apapun yang dibacanya. Setelah pembelajaran berjalan dua minggu, permasalahan ini masih juga menjadi kendala untuk siswa tersebut," ujar Ustadz Galih.
Mahmud dan beberapa orang terlihat kebingungan dengan apa yang Ustadz Galih sampaikan mengenai perkembangan Yoga, Mahmud sendiri sampai harus menoleh ke arah Ustadz Galih dan meyakinkan diri kalau Ustadz Galih tak salah menyampaikan hasil evaluasi.
"Keberatan!" Ustadz Amru mengangkat tangannya.
"Keberatan!" Ustadzah Rida juga mengangkat tangannya.
Protes keberatan itu diikuti oleh Mahmud dan Ustadzah Dian. Nata menatap keempat orang yang keberatan akan penilaian tersebut, lalu ikut mengangkat tangan karena keberatan dengan penilaian yang ia dengar. Ustadz Galih menatap Nata sambil mengerenyitkan keningnya. Ia tak mengerti mengapa Nata juga ikut mengangkat tangannya seperti keempat orang yang keberatan.
"Silahkan duduk Akh Galih dan tidak usah diteruskan penyampaian evaluasinya," pinta Nata.
Galih pun duduk kembali di tempatnya.
"Bagaimana bisa ada satu pembimbing dan empat orang dari tim penilai yang hasil penilaiannya sangat berbeda? Akh Amru, Ukhti Rida dan Ukhti Dian berada di dalam satu tim yang sama dengan anda Akh Galih, tapi kenapa mereka bertiga bisa keberatan dengan hasil evaluasi yang anda lakukan? Apakah ada hal yang anda tidak suka dari siswa khusus ini?" tanya Nata.
"Kenyataannya memang demikian Akh Nata, siswa khusus ini memang sangat tidak fasih dan sangat kesulitan dalam mengingat huruf hijaiyyah. Saya belum melihat ada perkembangan sama sekali dari siswa tersebut selama dua minggu ini," jawab Ustadz Galih.
"Keberatan!" kali ini Ustadzah Rida menekan kata-katanya.
Nata menatap ke arah Ustadzah Rida.
"Perkembangan Akh Yoga sangat signifikan. Apa yang diajari oleh Akh Mahmud dapat ditangkap dengan cepat olehnya. Pelafalannya pun fasih, dia juga sudah bisa membedakan huruf-huruf hijaiyyah sekarang. Jadi saya sangat keberatan kalau Akh Galih mengatakan bahwa tidak ada perkembangan pada Akh Yoga. Sebagai tim penilai dan tenaga pengajar, saya merasa tersinggung dengan penilaian seperti itu terhadap siswa!" tegas Ustadzah Rida yang sudah jauh lebih senior dibanding Ustadz Galih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Qadarullah
Spiritual[COMPLETED] Menerima setiap takdir yang Allah berikan bukanlah perkara mudah bagi setiap manusia di dunia ini. Namun itulah yang dilakukan oleh Nata, sebagaimana yang selalu diajarkan oleh Ummi dan Almarhum Abinya sedari kecil. Namun ketika akhirnya...