WYBM || BAGIAN 59

2.6K 431 192
                                    

tenanglah, ini tidak akan lama. Biarlah badai untuk saat ini, setelahnya. Akan ku beri kamu pelangi.--Panji.

***

Lelah.

Mungkin itu kata yang dapat menggambarkan keadaan Septian saat ini. Tidak hanya Septian, tapi juga Rayi, Theo, dan Alfa.

Pencarian hari ini cukup menguras pikiran mereka dalam hal bernalar. Untunglah ada Alfa si juara OSN, otaknya begitu berguna dengan nalar-nalar yang berhasil ia tangkap dan simpulkan.

Besok, mereka akan kembali mencari bukti. Sekedar mengawasi Maureta.

Padahal, mereka ada janji dengan gebetan, ah bukan. Hanya Rayi dan Theo saja. Tapi, demi Velibra, semuanya dibatalkan.

"Panji," panggil Septian.

Lelaki itu tengah menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Menatap Panji yang diam menatap lurus ke luar jendela.

"Weh, udah malem ini, kerasukan kunti mampus lo," kata Septian berjalan mendekat.

Panji nampak tak acuh. "Mau tau hasil penyelidikan hari ini nggak?" Tanya Septian.

Panji menoleh. "Apa?" tanyanya.

Septian kemudian duduk di samping Panji. "Pusing gue anjir, nalar mulu dari tadi," balas Septian.

"Kenapa emang? Kesimpulan hari ini?" tanya Panji.

"Anak yang ada di perut Reta itu, bukan anak lo. Dia udah hamil duluan sebelum perkemahan," balas Septian.

Panji mendelik saking terkejudnya.

"Anjing! Bener kan kata gue, gue itu dijebak!" katanya penuh emosi.

"Ya tapi ini masih dugaan sementara aja dari kita. Besok mau lanjut cari lagi," kata Septian.

"Gue ikut ya?" kata Panji.

"Nggak usah, ribet kalau ngajak lo. Emosi ntar lo yang ada," kata Septian menolak mentah-mentah.

Panji mencebik kesal. "Gue janji nggak akan emosi," kata Panji.

"Wes, kandani rausah yo rausah!" ujar Septian dengan logat Jawa nya.

"Terserah lo aja, yang penting. Semuanya harus jelas sebelum acara pertunangan," kata Panji.

"Iya-iya, bawel bener lo jadi orang," kata Septian.

"Lo seharian di kamar nggak suntuk?" tanya Septian.

"Nggak, kerjaan gue cuma tidur," balas Panji.

"Anjim! Mending lo ngepet dah, biar ada kerjaan. Yang jagain lilinnya biar gue aja," kata Septian.

Panji sontak menoyor kepala Septian. "Otak lo nggak ada benernya!" ketus Panji.

"Pergi lo dari kamar gue!" usirnya.

"Dih, udah dibantu. Malah ngusir, oke fine, gue mau jajan nasgor di depan komplek," kata Septian.

"Nggak peduli," balas Panji tak acuh.

Will You Be Mine?? (Completed ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang