WYBM || BAGIAN 40

3.4K 480 172
                                    

Kamu itu seperti teka-teki, apa yang tertebak, belum tentu itu jawabannya.--Velibra Mikayna.

****

Skenario Tuhan itu memang lucu, bisa membuat bahagia juga sedih dalam waktu yang sama.

Velibra pikir, usai kejadian tempo hari, itu membuat Panji menjadi lebih dekat dengannya, mengingat jika perlahan Rayi juga sudah bisa mulai menerima Panji.

Namun, apa yang Velibra pikirkan tidaklah seperti apa kenyataannya sekarang, Panji menjauh. Sikapnya semakin dingin, Velibra bingung. Apakah ada salah? Apa Panji marah? Jika iya, apa alasannya?

Beberapa hari ini, Rayi juga lebih sibuk dengan Vero. Perlahan, lelaki itu mulai luluh dengan Vero, Petrick juga sudah merelakan Vero untuk Rayi. Bahkan, dirinya kini sudah punya pacar, berkat bantuan dari Agus dan Theo.

"Vey, makan sayang, Mama udah masakin makanan kesukaan kamu tuh," kata Rachel.

Velibra yang tengah melamun menatap ke luar jendela hanya diam saja.

"Vey?" Panggil Rachel sambil mengusap kepala Velibra.

"Eh iya Ma? Kenapa?" Tanya Velibra.

Rachel tersenyum. "Makan sana, Mama udah masakin makanan kesukaan kamu," balas Rachel.

"Iya, nanti Vey makan," kata Velibra.

"Kamu ini kenapa sih hmm? Kok beberapa hari ini, Mama lihat kamu murung terus. Yeppo aja sampai nggak kamu urus," kata Rachel.

"Vey gapapa kok Ma, cuma agak stres sama tugas sekolah aja," alibi Velibra. Ia tidak mungkin menceritakan alasan yang sesungguhnya.

"Bener?" Tanya Rachel.

Velibra mengangguk. "Iya Ma," balasnya.

"Yaudah kalau gitu. Mama turun dulu, kalau ada apa-apa. Bilang sama Mama," kata Rachel.

"Iya," balas Velibra dengan senyum tipisnya.

Sebenarnya, sangat ingin Velibra bercerita. Ia butuh solusi, namun satu sisi ia juga berpikir. Memangnya ada hubungan apa Velibra dengan Panji? Jika Panji berubah itu juga bukan urusan Velibra untuk tahu apa alasannya. Bukannya sedari awal Panji sudah bersikap ketus pada Velibra?

Tapi...

Kenapa harus memberi perhatian? Kenapa harus bilang sayang, jika endingnya menghilang?

Ini hati, bukan terminal.

"VELIBRAA!! YUHU PEYY!!" Teriakan Septian terdengar begitu nyaring di telinga Velibra. Lelaki itu berteriak di depan rumahnya.

"Apaan sih tu anak, berisik banget!" Kesal Velibra yang akhirnya memilih membanting tubuhnya diatas kasur.

***

"Lo ngapain sih bawa-bawa gue kesini?" Tanya Velibra tak bersahabat.

Ia merasa risih saat Septian bersikekeh untuk mengajak Velibra pergi makan di sebuah cafe.

"Mau ngajakin makan lah," balas Septian.

"Gue males pergi tahu nggak!?" Ketus Velibra.

Will You Be Mine?? (Completed ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang