Bukankah titik tertinggi dari mencintai itu adalah mengikhlaskan? Aku sangat mencintaimu, aku akan membuktikan itu. Bahagia selalu ya, meskipun tanpa aku.--Velibra Mikayna.
***
Semuanya hancur, tatanan masa depan Panji hancur dalam sekejap mata. Tanpa ia sangka, Maureta dan keluarganya datang meminta pertanggungjawaban.
Mendengar ucapan Leon tadi, membuat Panji menangis. Sungguh, lelaki itu menangis. Bagaimana jika Velibra tahu? Sejujurnya Panji masih ragu, itu anaknya atau bukan.
Sebenarnya Panji bisa membuktikannya, tapi pikirannya buntu. Bahkan sekedar berpikir saja dirinya tak mampu. Pikirannya penuh dengan Velibra dan acara pertunangannya dengan Maureta.
Dalam hening malam, di sudut kamar. Lelaki itu menangis.
Septian tahu, baik Panji maupun Velibra. Keduanya pasti akan saling terpuruk. Ia juga tahu, jika Rachel dan Bima tahu tentang ini. Velibra akan dilarang keras untuk mendekati Panji. Termasuk Rayi dan Theo, keduanya juga akan semakin mengawasi Velibra agar tidak bertemu lagi dengan Panji.
Septian ingin membantu, tapi membantu yang bagaimana? Sejenak lelaki itu berpikir, sampai akhirnya terlintas satu ide dalam benaknya.
Mungkin mencari tahu fakta adalah cara membantu yang paling benar.
"Tan, Tian mau ke rumah Vey dulu," katanya.
"Ini udah malem. Besok aja, Vey juga butuh istirahat," balas Saras.
Entahlah, sejak kejadian tadi. Baik Leon, Saras, juga Panji jadi lebih diam dan enggan bicara. Suasana rumah yang tadinya seru dengan aksi baku hantam Panji dan Septian, mendadak hilang.
"Sebentar aja Tan, ini juga masih jam delapan. Tian cuma mau pinjem catatan aja, Panji lagi nggak bisa diganggu soalnya," kata Septian meyakinkan.
"Hmm, yaudah. Hati-hati ya," kata Saras.
Septian mengangguk meng-iya kan. Lalu lelaki itu melangkah pergi untuk segera menemui Velibra.
Hanya sekedar memastikan, bahwa gadis itu baik-baik saja.
Tokk! Tokk! Tokk!
Septian mengetuk pintu rumah Velibra, cukup lama tak ada jawaban. Namun, menit setelahnya, nampak Rachel membukakan pintu.
Wanita itu tersenyum menatap Septian. "Tian? Tumben malem-malem kesini, ada perlu apa?" tanyanya ramah.
"Mau pinjem catatan sama Veli Tan, ada?" balas Septian.
"Ada, itu di kamar. Lagi main sama Yeppo, ada Laksi juga sih," kata Rachel.
"Sana kamu langsung susulin aja," lanjutnya.
"Oh, iya, makasih Tan," kata Septian ramah lalu masuk.
Septian membatin, dilihat dari sikap Rachel padanya. Itu tandanya, baik Rachel maupun Velibra belum tahu tentang masalah ini. Semoga saja, Septian tidak ingin melihat orang yang ia sayang terpuruk dalam kenyataan.
"Veli, ini gue Tian. Boleh masuk?" kata Septian begitu tiba di depan pintu kamar Velibra.
"Masuk aja," terdengar sahutan dari dalam sana. Barulah Septian masuk.
![](https://img.wattpad.com/cover/206408156-288-k900260.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Be Mine?? (Completed ✔)
Roman pour AdolescentsSequel Bad Girl vs Cold Ketos! ========= Bagi Velibra, mendapatkan pacar itu adalah hal yang mudah. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Mempunyai pacar adalah hal yang mustahil baginya. Bagaimana tidak, sepupu-sepupunya menjaga ketat pergaulan Ve...