Riani tak pernah menyangka akan dipertemukan dengan Irfan, pria yang dikaguminya lewat salah satu platform game online. Berawal dari saling bertukar no.ponsel dan saling mengirim pesan via Whatsapp, Riani akhirnya menyadari Irfan memenuhi hampir seb...
Aku selalu menganggap diri sebagai orang yang aneh, gadis aneh. Entah otak kananku yang overaktif atau daya cerna logikaku yang lambat. Aku selalu menyadari ketidaknormalan ini. Selalu. Tapi aku selalu membiarkan diriku berenang di dalam ketidakjelasan itu. Terbuai dengan imajinasi semu yang diciptakan oleh khayalanku? Atau ekspektasiku? Entahlah... Satu yang pasti, kebiasaan ini sungguh berbahaya untuk kesehatan mentalku. Hahahaha...
Hal ini sudah berlangsung sejak lama. Sejak SMA? Bahkan SMP? Terima kasih pada sisi imjanitif pada otakku yang overactive, hal ini tidak bisa berubah. Tapi kurasa, aku mulai terbiasa. Terbiasa menghadapi kefanaan imajinasiku ini dan dampak psikis yang dihasilkannya. Jika dulu, ketika imajinasi liarku yang berawal dari obsesi dan ekspektasi terhadap sesuatu atau seseorang tidak dapat terealisasi seperti fatwah imajinasiku, maka korban terparah yang mendapatkan dampaknya adalah moodku atau psikisku. Curiga, paranoid, overthinking, itu semua adalah efek samping yang dihasilkannya.
Itu terus berlangsung bertahun-tahun hingga ke titik hal ini sungguh menyiksaku. Tapi layaknya fase pertumbuhan/perkembangan pada bakteri, setelah tiba di fase klimaks dan stay di fase stationer, maka akan ada fase penurunan. Begitupula dengan dampak negatif dari kebiasaan burukku ini.
Jadi dulu jika ekspektasiku terhadap suatu objek utamanya seseorang tidak terpenuhi maka hal itu akan menjadi beban untuk psikisku. Sekarang hal itu tidak terlalu menggangguku lagi. Aku seakan telah memiliki imun, telah terbiasa dengam miskordinasi antara ekspektasiku dan realitanya. Jadi ketika ketidaksesuaian itu telah ketahuan, maka aku akan berkata dengan mudahnya " sudah kuduga". Bahkan terkadang aku sudah bisa memprediksikan ketidaksesuaian ini jauh sebelumnya dan hanya berkata " berimajinasi saja sesukamu. Toh itu tak dilarang. Hal ini tak akan jadi kenyataan tapi yah... setidaknya terasa nyata di imajinasiku." Dan aku pun menimkatinya.
Aku tau ini kebiasaan bodoh, tak berfaedah. Tapi maubagaimana lagi? Otakku memang tercipta dengan keadaan seperti ini. Jadikuputuskan untuk menghargai mahakarya otakku tapi juga menghormati pentingnyalogika di sisi lain otakku. Maka kutuangkanlah mahakarya ini dalam bentuktulisan. Dimana imajinasi ini akan berubah menjadi kisah menarik untuk dibacatapi pengingat bagi diriku bahwa ini hanya kisah FIKTIF belaka. Aku tau akuterdengar naif berharap terlihat tak semenyedihkan itu tapi aku inginmengatakan tidak ada unsur harapan dari kisah ini ataupun jika memang ada kadarnyasangatlah kecil. Karena yang dapat kupelajari dari kebiasaan anehku ini,semuanya akan terasa berat dan berakhir sakit jika aku mulai menanamkan harapandi sana. Berharap hal ini, kegilaan ini, menjadi kenyataan.
Pemeran Utama. (Bayangin aja yah) lol
Riani Aulia Ramadhani (Luna)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Irfan Prasetya Rahim
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Waktu Gondrong
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sekarang
Pratama Yudha
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.