Sebuah notifikasi instagram masuk di ponselku. Rasa ragu menghampiriku sesaat sebelum kubuka aplikasi itu di ponselku. Aku sedang berusaha mengindar dari semua orang yang kukenal di Garut. Kak Ian, Kak Romi, Kak Rion dan utamanya A Irfan. Setelah memblock nomor ponsel dan akun sosisal media mereka, aku berharap aku tak perlu melibatkan diri dalam hal yang ada kaitanya dengann A Irfan lagi. Atau setidaknya tidak dalam waktu dekat ini.
Hanya kontak Kak Tama yang masih aktif di ponselku karena aku telah berjanji akan menjadi 'baik-baik saja' selepasku meninggalkan Kota Bandung pagi itu. Lagi pula Kak Tama tak pernah menyinggung soal A Irfan atau apapun yang terjadi selama aku di Garut bulan lalu. Dia hanya menyempatkan diri menelponku setidaknya sekali seminggu. Menanyakan hal-hal random mengenai keseharianku di sini tapi aku tau Kak Tama hanya ingin memastikan bahwa aku memang benar sedang "baik-baik saja". Kuingat dengan jelas, Kak Sam telah menungguku di gerbang Departure Bandara Sultan Hasanuddin atas permintaan Kak Tama dan sepertinya atas permintaannya jugalah Kak Sam tak banyak bertanya tentang kunjunganku di Kota Garut.
Ada pesan pribadi masuk dari akun instagram yang tak kukenali siapa pemilik akunnya. Sesaat aku ragu untuk membukanya tapi rasa penasaran mendorongku untuk mengetuk icon pesawat kertas di sudut kanan atas ponselku.
"Assalamualaikum, Teh Riani. Ini Indra. Udah lama aku ga dengar kabar Teteh. Teteh sehat-sehat saja kan? Mama kangen banget sama Teh Riani."
Aku tersenyum lemah membaca pesan Indra. Maafkan aku dengan sikap pengecutku ini Indra sehingga aku telah membuatmu dan Ibumu khawatir. Kuketuk-ketuk layar ponseldu dengan kedua ibu jari mengetik balasan.
"Waalaikumsalam, Indra. Maaf saya sibuk sebulan ini dengan project penelitian dosen saya di kampus. Maaf belum sempat mengabari Indra dan Tante. Alhahamdulillah, saya sehat-sehat saja, Indra. Saya harap Indra sekeluarga juga tetap sehat. Saya juga kangen sama tante tapi karena suatu hal saya belum siap untuk menghubungi Tante dan Indra dalam waktu dengat ini. Insyallah kalau saya sudah lebih baik, saya akan hubungi Indra dan Tante lagi."
Ketikku lambat-lambat, memilih penggunaan kata yang tepat agar aku terlihat senetral mungkin dan tidak melibatkan kesedihanku pada A Irfan. Indra memang tidak menyinggung masalahku dan A Irfan tapi aku yakin dia pasti telah menyadarinya sejak awal atau mungkin saja malah A Irfan yang memintanya mencari tau kabar tentang diriku. Aku tak peduli. Setidaknya aku telah mengabari Indra dan Ibunya.
Aku tidak bisa berbohong bahwa hatiku masih teramat pedih dengan perpisahan kami ini. Semuanya begitu indah dan sempurna, seakan memang seharusnya seperti itu, seakan keberadaan A Irfan layaknya sebuah potongan puzzle yang sungguh pas mengisi kekosongan pada ruang puzzle milikku. Seakan aku merasa lengkap dan untuh karena keberadaannya. Namun hanya karena seorang gadis, puzzle yang setelah sekian lama kosong dan telah terisi itu, hancur berantakan. Meninggalkan bingkai kosong dengan potongan-potongan isinya yang hilang entah kemana. Setelah menumpahkan begitu bayak air mata saat dan ketika kutinggalkan kota Garut, kini hatiku terasa kosong. Sebuah bingkai puzzle yang kosong.
A Irfan berkali-kali mencoba menghubungiku lewat nomor ponsel baru ataupun e-mail. Tapi aku masih tak berani, tak bisa menghadapinya. Telepon masuk dengan nomor baru tak pernah kuangkat dan surat-surat emailnya tak pernah kubaca. Aku takut sekalinya kumembuka diri aku akan luluh dan kembali pada hubungan kami yang tak pasti itu. Toh kami juga tidak bisa bersatu. Jarak adalah hambatan nyata dalam hubungan ini. Untuk apa A Irfan mengorbankan banyak hal pada gadis di seberang pulau yang biasa-biasa saja sepertiku ini padahal dia memiliki gadis cantik yang mencintainya di sana. Aku terkekeh, menertawakan kebodohanku. Aku sudah menyadarinya jauh sebelum hubungan kami serumit ini. Bahwa aku tak seharusnya berekspektasi apa-apa padanya, bahwa fiksasiku padanya akan membuatku terjatuh semakin dalam dan tak akan pernah pulih lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario
RomanceRiani tak pernah menyangka akan dipertemukan dengan Irfan, pria yang dikaguminya lewat salah satu platform game online. Berawal dari saling bertukar no.ponsel dan saling mengirim pesan via Whatsapp, Riani akhirnya menyadari Irfan memenuhi hampir seb...