Kuusap layar ponselku, menggeser foto-foto perjalanan A Irfan dan Kak Tama yang tersimpan di sana. Aku tersenyum sesekali ketika tiba-tiba teringat momen lucu saat gambar itu diambil dan termangu ketika foto selfie ku dan A Irfan yang diambil saat kami berkunjung di Pantai Losar tampil memenuhi layar ponselku. Rasa rindu tiba-tiba memenuhi dadaku. Aku menghela nafas berat.
Tiga hari yang lalu, aku dikagetkan oleh telepon dari Pak Adrian, dosen yang cukup akrab denganku karena aku telah menjadi asistennya di kampus atapun proyek luar kampus. Dia memintaku mempresentasikan jurnal penelitian yang kami garap beberapa waktu yang lalu di International Food Conference di mana Universitas Padjajaran Bandung berperan sebagai tuan rumah. Dia telah mewanti-wantiku beberapa kali sebelumnya bahwa akan ada seminar proceeding skala internasional dalam waktu dekat dan dia memintaku untuk mewakilinya dan sekaranglah saatnya. Dia telah membayar biaya pendaftaran sebagai salah satu presenter seminar, tiket pesawat pulang pergi dan sewa kamar hotel. Semua telah siap dan aku akan berangkat ke Bandung kamis besok.
Jika kabar ini kudapatkan tiga bulan yang lalu, aku akan segera mengabari A Irfan tentang rencana keberangkatan ku ini. Tapi sekarang entah mengapa keraguan melingkupiku. Tiga bulan berlalu dan tak ada yang berubah dari pola komuniasiku dan A Irfan sebelum dan setelah kami bertemu. Dia hanya mengirimi ku pesan WA saat dia mengajakku login di game. Tak ada telepon apalagi videocall. Tak ada yang berubah juga dari cara komunikasinya di dalam game kecuali kenyataan Kak Rion lebih sering menggoda kami berdua sebagai sepasang kekasih daripada sebelumnya. Baik aku dan A Irfan tak pernah merespon candaan Kak Rion itu. Selain itu tak ada lagi. Aku mencoba berpikiran positif bahwa dia mungkin tengah disibukkan oleh bisnisnya. Tapi pikiran itu tidak cukup membuatku tenang. Aku menghela nafas berat lagi.
Mungkin inilah cara A Irfan menunjukan jawabannya padaku. Menghindariku dan memperlakukanku seakan tak terjadi apa-apa di antara kami dan memang kenyataannya memang tidak ada apa-apa di antara kami. Apa yang aku harapkan darinya? Aku tersenyum pahit menatap gelang manik hitam yang melingkar di pergelangan tangan kananku. Kumantapkan diri dan menarik keputusan, aku tak perlu mengabari rencanaku ke Bandung. Kubenamkan wajah di balik bantal kepala.
Tiba-tiba sebuah notifikasi masuk di ponselku. Ada email yang masuk. Alis kananku terangkat ketika menyadari itu bukan e-mail kiriman Youtube, Mendeley, Online shop, ataupun Classroom. Melainkan e-mail pribadi yang dikirim perseorangan. Aku terduduk seketika ketika menyadari alamat email pengirim terasa tak asing. irrahim@gmail.com. Buru-buru kubuka email itu.
Irfan Prasetya Rahim 2 minutes ago
To me
Assalamualaikum, Wr.Wb. Luna, ini Aa. Aa kirimin foto-foto di kamera Aa pas main ke sana. Maaf baru kirim sekarang. Aa akhi-akhir ini sibuk urusin pembeli ikan. Jadi proses editingnya lama. Karena ukuran file lumayan gede, kayaknya bakal diarahkan untuk didownlod via google drive. Jadi Aa saranain Luna download pakai laptop kalau ga mau hp Luna over capacity. ^_^ Semoga Luna suka hasil editan Aa
Dari Pria yang selalu menantikan skenario Indah Allah
Irfan
Sekonyong-konyong rasa lega meliputi diriku. Membuatku terasa meleleh dan tak bertulang. Buru-buru kumelompat ke meja laptop dan menyalakannya. Proses booting laptop yang biasanya tak menggangguku mulai membuatku sedikit jengkel. Kuketuk-ketuk meja tak sabaran menunggu jendela G-mail ku terbuka. Aku melongo ketika mendapati lampiran file Rar yang dikirim ke Google Drive mencapai 2 Gigabyte. Sebanyak itu kah foto-foto yang kami ambil saat itu? Aku tak keberatan dengan kapasitas file tapi dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mendownloadnya. Aku beristigfar dalam hati ketika menyadari rasa tak sabaran ini tak baik. Kuputuskan untuk mengambil wudhu dan sholat Isya menunggu unduhanku selesai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario
RomansaRiani tak pernah menyangka akan dipertemukan dengan Irfan, pria yang dikaguminya lewat salah satu platform game online. Berawal dari saling bertukar no.ponsel dan saling mengirim pesan via Whatsapp, Riani akhirnya menyadari Irfan memenuhi hampir seb...