"Tunggu dulu."Luna tiba-tiba berhenti di depan kami bertiga sebelum memasuki lift.
"Teman saya ini agak sedikit unik jadi ada baiknya saya peringati kalian sejak awal."lanjutnya sambil tersenyum penuh arti yang membuat kami bertiga bingung.
"Kalian pasti suka, tenang aja. Hanya saja mungkin cukup mengagetkan."Luna melangkah masuk ke dalam lift dengan tawa. Kami bertiga masih heran tapi tak ada yang mempertanyakannya.
"Omaaaaa....."jerit dua orang gadis berjilbab saat kami memasuki loby hotel. Mereka berdua berlari dan memeluk Luna erat. Luna balas memeluk mereka tak kalah eratnya. Dia bergumam, 'akhirnya ketemu juga' perlahan. Luna pernah bercerita mengenai rasa irinya padaku karena aku bisa selalu bertemu dan berkumpul dengan teman dan karibku sedangkan dia tidak. Jarak dan kesempatan menghalangi mereka. Jadi aku bisa memahami kebahagian yang Luna rasakan ketika akhirnya bisa berkumpul dengan sahabatnya. Mereka berpelukan cukup lama hingga akhirnya berpisah. Mungkin mereka tersadar ada kami yang turut menyaksikan adegan ini.
"Oke ini teman-teman baru yang kuceritakan pada kalian. Silahkan berkenalan."Luna membuka perkenalan kami. Kedua gadis itu menatap kami satu per satu dan tersenyum manis. Gadis dengan mata jernih dan bersinar mengulurkan tangan lebih dahulu pada Sam.
"Saya Ara, Kak. Temannya Oma, eh Riani."gadis itu kemudian menyalami Tama dan Aku. Kami memperkenakan nama secara singkat satu per sat tiap kali Ara mengganti pasangan jabat tangannya. Setelah menjabat kami satu per satu, dia mundur dan tersenyum. Mata jernihnya berkilau bahkan hanya disinari cahaya redup lampu hotel. Matanya indah dan kudapati Sam masih melekatkan tatapannya pada gadis itu. Belum ada momen mengagetkan sejauh ini. Ara memperkenalkan dirinya dengan normal dan manis. Apakah Luna terlalu khawatir berlebihan?
Gadis kedua yang berkacamata dan bertubuh paling tinggi samampai di antara mereka maju. Senyuman tak pernah pudar sedari tadi dari wajahnya. Smiley eyesnya memperindah senyumannya. Dia menjulurkan tangannya padaku terlebih dahulu. Tak seperti Ara, dia menungguku memulai perkenalan diri terlebih dahulu. Kulirik Luna yang tersenyum lebar.
"Irfan dari Garut."
"Oh!!! Jadi ini si dodol Garut!!!"soraknya tiba-tiba mengagetkanku. Matanya menatapku dan Luna bergantian dengan aura hingar bingar di sekelilingnya. Luna membelalakan mata padanya, memberi kode? Dan gadis yang awalanya over exited itu berdehem sebentar dan menenangkan diri. Dia tersenyum kalem dan menatapku kembali.
"Nana. Salam kenal, Kak Irfan. Kalau Kakak jalan-jalan ke Pinrang dan hilang, sebut saja nama aku. Pasti Kakak akan baik-baik saja. Kepala geng motor di sini.."lanjutnya dengan bangga membuatku heran dan tak tau harus merespon apa. Sam tertawa.
"Nana kepala geng nya?"tanya Sam menyambut tangan Nana dan menggumamkan namanya.
"Bukan."jawabnya cepat dan tertawa. Sam ikut tertawa. Tiba-tiba keriuhan yang diciptakan gadis itu sirna dari wajahnya saat bertemu pandang dengan Tama. Dia kembali tenang. Tama yang bingung sempat agak ragu menyambut jabat tangannya.
"Pratama, panggil aja Tama."kata Tama akhirnya saat berjabat tangan dengan Nana.
"Perkenalkan, Kak Tama, Saya Nana, calon ibu dari anak-anakmu di masa depan."kata Nana perlahan dengan senyuman jahil di wajahnya. Aku dan Sam ngakak sejadi-jadinya. Sedangkan Tama yang menjadi objek candaan Nana membatu dan speechless tak tau harus merespon apa. Jadi ini peringatan yang Luna maksud. Aku melirik gadis itu dan dia hanya menggerakkan alis yang seakan berkata ' ini yang kumaksud'. Suasana menjadi lucu karena ekspresi heran Tama memperparahnya. Dia mengalami culture shock parah.
"Ih Kak Tama ga usah keget begitu. Aku tahu pesonaku menyilaukan."lanjut Nana lagi dan menarik tangannya. Aku dan Sam lagi-lagi tertawa. Gadis ini benar-benar unik sama seperti kata Luna. Wajahnya yang meneduhkan dan senyumannya yang manis membuat kami salah kaprah dan memprediksikan karakternya akan setenang dan semeneduhkan wajahnya. Nyatanya tidak. Karakternya mirip rasa permen nano nano yang mengagetkan lidah saat dikecap tetapi tetap membuatmu ketagihan untuk tetap mengisapnya. Tama yang masih syok akhirnya tertawa ketika Nana tertawa normal dan bergumam kalau dia hanya bercanda padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario
RomanceRiani tak pernah menyangka akan dipertemukan dengan Irfan, pria yang dikaguminya lewat salah satu platform game online. Berawal dari saling bertukar no.ponsel dan saling mengirim pesan via Whatsapp, Riani akhirnya menyadari Irfan memenuhi hampir seb...