BAB 6

114 12 0
                                    

"Sorry genks, tadi narik dulu di ATM, makanya lama." Sapaku saat aku dan Luna berjalan menuju meja dimana Tama & Sam duduk saling berhadapan. Aku menarik kursi di samping Sam dan Luna di samping Tama. Aku tersenyum ketika mendapati Luna masih tak mengeluarkan suara di hadapanku sejak di parkiran warung tadi. Tak kusangka dia mempunyai sisi manis ini dibalik kusupelan dan penuh perhitungannya. Seperti sebuah insting, aku langsung mengarahkan pandanganku pada Tama yang tengah menatapku dengan ekspresi tak terbaca. Aku balas menatapnya tenang tapi suara Sam membuyarkan tatapan kami.

"Luna gak makan?"tanya Sam ketika pesanan telah diantar ke meja kami. Tiga piring nasi campur dan segelas milo dingin untuk Luna.

"Tidak kak. Masih kenyang. Tadi pagi sarapan di rumah." Jawabnya tersenyum dan mengaduk-aduk milonya dengan sedotan. Jelas sekali dia menolak bertemu pandang denganku. Dia memilih menatap Sam atau Tama yang sedang berbincang atau kembali menatap buih di atas milonya. Aku tersenyum, kuaduk nasi di atas piringku dan baru kusadari porsi nasi ini sangat besar. Maksudku aku suka makan tapi porsi nasi campur ini jauh lebih banyak dari porsi nasi campur yang umum kutemukan di Garut. Kulirik Tama dan dia memasang ekspresi yang tidak jauh berbeda denganku. Sam tertawa.

"Inilah penyebab mengapa Luna akan makan di kantin kampus jika bersama teman perempuannya dan makan di sini jika bersama teman laki-lakinya. Porsi di sini sangat banyak apalagi jika dibandingkan porsi makanan di Jawa."jelas Sam. Tama melirik Luna meminta klarifikasi dan gadis itu tertawa serta mengangguk.

"Saya selalu pesan nasinya dikurangi setengah, Kak. Karena ga bisa dihabisin kalau full porsi." Jelasnya menangkap makna tatapan Tama.

"Harga seporsinya?"tanyaku. Luna akhirnya berani menatapku walau ekspresinya nya masih merefleksikan sedikit rasa malu.

"Lebih murah, A. Di kudapan harga makanan paling murah 15 ribu. Nasi campur Aa sekarang harganya cuma 10 ribu doang."jelasnya.

"Nasi ayam, tapi kalau mesannya nasi campur ikan harganya cuma 8 ribu."tambah Sam sambil menyendoki nasinya lahap. Wah Hebat. Bagi pria yang umumnya lebih mengutamakan kuantitas dibandingkan kualitas jika menyangkut makanan, makan di sini memang pilihan yang lebih baik. Jika melihat Si Lidah sensitif, Tama, makan dengan santai seperti itu artinya rasanya juga lumayan. Aku mulai menyendoki nasiku dan memakannya. Rasanya benar sesuai ekspektasiku.

Kami sibuk mengunyah nasi masing-masing sehingga tak ada yang membuka pembicaraan. Kulirik gelas berisi air yang diletakkan Luna di dekat piringku. Ketika kuangkat kepala untuk melihatnya lebih jelas, gelas kedua telah diletakannya di sebelah piring Tama. Tama menggumamkan terimakasih ketika gadis itu menuang air di gelas ketiga untuk Sam. Perhatian kecil Luna ini entah membuatku terasa hangat dan aku percaya kedua pria ini pun merasakannya. Luna tersenyum malu-malu dan cepat mengalihkan pandangannya pada gelas Milo setelah tatapan kami tak sengaja bertemu, dia terdiam.

Tak kusangka nasi campur porsi besar ini habis tak tersisa. Tama pun menghabiskan jatahnya dan mulai menyulut Marlboronya dengan korek. Sam telah lebih dulu menghisap rokoknya. Setelah menghabiskan segelas air yang Luna siapkan sekaligus, aku meraih Marlboro Tama yang ada di tengah meja bersama koreknya. Kami bertiga yang paham manner dasar ketika merokok di dekat seorang wanita non perokok berusaha sebisa mungkin menjauhkan asap rokok kami dari Luna. Tama yang kidal, mengapit rokoknya dengan jari-jari tangan kanannnya dan membuang asap rokok ke jendela. Sam melakukan hal yang tak jauh berbea. Aku yang duduk berhadapan dengan Luna, mengapit rokokku di sisi kanan kursi dan menghela asapku kesegalah arah kecuali kearahnya. Melihat gadis ini tetap tenang walaupun dikeliling pria-pria perokok, dia pasti akrab dengan banyak perokok sebelumnya.

"Oh iya. Kak Sam di KORPALA didiksar tahun berapa Kak?"tanya Luna memecah keheningan di antara kami.

"2011 – 2012, Lun. Kenapa?" jawab Sam dan sekaligus bertanya penasaran.

SkenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang