Luna berdiskusi dengan Ilham yang kali ini duduk di kursi, memeluk sebuah gitar akustik. Seorang temannya yang tadi mengiring Ilham bernyanyi dengan jimbe ikut mendengarkan. Mereka sedang menyesuaikan kunci suara Luna dengan lagu mereka. Sesaat kemudian, Ilham mengangguk dan Luna mengaktifkan micnya. Tak ada sepatah kata yang Luna sampaikan saat Ilham mulai memetik gitarnya dengan tempo medium, jari-jarinya menari di atas senar gitar dan menghasilkan melodi yang familiar. Suara tepukan jimbe yang selaras dan tidak berusaha mendominasi, membuat intro lagi sudah terdengar menyenangkan. Kutatap Luna yang malah sibuk menatap permainan gitar Ilham dan tak menatap ke arah kami sekalipun. Dia malu. Ilham mengetuk gitar tiga gali dan mengangguk pada Luna. Luna pun mulai bersenandung verse pertama lagu D'Cinamon – Kuyakin Cinta.
Benar seperti dugaanku selama ini, suara gadis itu memang indah. Dia bernyanyi dengan porsi yang pas, tak berlebihan dan juga tidak kurang. Luna mungkin tidak menyadarinya karena dia sibuk menatap gitar Ilham dibandingkan ke arah penonton, tapi sesaat dia mulai menyanyikan bagian reff, semua pengunjung lain mulai menatap ke arah panggung dan tersenyum. Beberapa dari mereka mulai jamming mengikuti tempo lagu.
Luna akhirnya melirik ke arah kami saat Nana bersorak ramai menarik semua perhatian penonton Luna. Luna tertawa di antara jeda verse lagu. Pertunjukan mereka menarik perhatian semua pengunjung bukan hanya karena suara Luna yang merdu tapi permainan gitar Ilham yang memukau dan iringan jimbe temannya saling melengkapi. Luna mulai berani mengangkat kepala dan tersenyum ke arah kami.
Aku tak bisa melepaskan pandanganku sedetikpun darinya. Senyuman manisnya, gerakan kepalanya, jentikan jarinya dan semua detail gerakannya begitu menarik perhatianku. Bahkan aku terlambat tersadar bahwa gadis itu akan segera mengakhiri lagunya itu karena terlalu larut dalam semua pesona yang gadis itu tunjukan pada kami.
Tepuk tangan terdengar dari segala penjuru kafe tapi jerit Nana dan junior-junior Luna membuat meja kami paling heboh. Perhatian malah teralihkan pada Nana yang menepuk tangan dengan keras dan bergumam 'bravo' beberapa kali. Dia mencoba bersiul dengan jari tapi gagal, jadi dia meniru suara siulan dengan mulutnya yang justru terdengar aneh. Kami tertawa ngakak, Luna sendiri pun tertawa di atas panggung.
Saat Luna ingin beranjak dari panggung, Ilham menahannya. Luna kembali duduk di kursinya setelah mengangguk perlahan. Setelah berdiskusi beberapa saat, Ilham berdiri dan duduk kembali di balik sebuah electric piano. Si pemain jimbe turun dari panggung dan menyeruput kopinya di meja tak jauh dari panggung. Ilham beberapa kali menekan beberapa toots dan memainkan beberapa nada random di piano sambil dengan seksama mendengarkan suara Luna. Ilham mengangguk kemudian memberi jeda sesaat untuk memulai intro ragu. Denting piano mulai menyapa kami. Melodinya familiar tapi aku tak yakin apa judul lagu ini.
"Ini lagu favorite Oma kalau kami karaoke."bisik Ara seakan tak mau suaranya mengganggu keintiman dentingan pioano Ilham. Aku semakin penasaran dengan lagu ini . Berbeda dengan lagu pertama, vibe lagu ini lebih sendu apalagi dengan hanya adanya dentingan piano yang terdengar. Luna yang sedari tadi memejamkan mata, meresapi melodi piano kemudian membuka matanya perlahan dan mulai bernyanyi.
Luna membuka lagu dengan nada rendah yang terdengar jelas. Aku tau lagu ini, ini lagu yang dinyanyikan oleh John Legend tapi aku masih tak yakin dengan judulnya, tapi siapa yang peduli dengan judul lagu, keindahan suara Luna semakin jelas terdengar dengan hanya suara dentingan pianto yang mengiringinya. Dia menggenggam mic dengan kedua tangan berusaha mendalami lagu. Sama sepertiku, semua orang terdiam dan tidak mengeluarkan suara menyaksikan pertunjukan ini. Seakan kami tidak ingin menodai lagi ini dengan suara-suara sumbang yang tak perlu.
Aku merinding ketika Luna mulai menyanyikan bagian reff. Nada tingginya yang semakin lama semakin merendah membuat rambut di tangan ku berdiri. Saat itu pula aku menyadari ini adalah lagu milik John Legend- All of Me. Mata Luna tak lagi terfokus pada piano Firman melainkan pada lampu taman yang ada jauh di sisi pagar kafe. Sesekali dia memejamkan mata ketika harus menadakan satu kata dengan nafas yang panjang. Seluruh tubuhku terasa merileks tapi aku bisa merasakan aliran emosi yang jelas pada setiap intonasi suara gadis itu. Permainan piano Ilham sangat serasi dengan suara nyanyian Luna. Gadis itu terlihat berkilau di sana. Aku lagi-lagi tak bisa memalihkan pandangan darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario
RomanceRiani tak pernah menyangka akan dipertemukan dengan Irfan, pria yang dikaguminya lewat salah satu platform game online. Berawal dari saling bertukar no.ponsel dan saling mengirim pesan via Whatsapp, Riani akhirnya menyadari Irfan memenuhi hampir seb...