Lampu mobil yang menerangi pagar padam ketika kumatikan mesin mobil. Luna turun dari mobil dan menarik pagar garasi dengan sekuat tenaga. Aku tertawa kecil. Kugandeng daypacknya dan kujinjing tas tangannya keluar dari mobil. Luna melepaskan sepatunya dan merapikannya dan sepatuku di sisi tangga kecil teras ketika tanganku sibuk memutar kenop pintu depan.
"Assalamualaikum..., Mah?"panggilku berjalan memasuki ruang tamu. Luna masih berdiri di ambang pintu saat kuberi dia kode untuk masuk. Ibuku menjawab salam dan muncul dari ruang tengah. Dia tersenyum bukan padaku melainkan pada gadis yang berdiri di bibir pintu. Tangan halusnya menarik Luna masuk ke dalam rumah.
"Jangan malu-malu, Nak. Sini masuk."Luna tersenyum malu dan mencium tangan Ibuku. Ibuku membelai kepala Luna yang masih ada di tangannya, mengangkatnya perlahan agar dia bisa melihat wajah gadis itu lebih jelas. Luna masih tersenyum malu-malu tapi tetap terlihat manis di mataku. Ibuku membalas senyumannya dan menyentuh wajah Luna. Aku tak menyangka Ibuku akan menunjukkan perhatian sebesar ini pada gadis itu. Luna menatap ibuku dalam masih dengan senyuman lembut di wajahnya. Ibukupun menutup pintu dan menuntun Luna masuk ke ruang keluarga.
"Ini Riani , Mah. Yang Aa kunjungi di Makassar kemaren bareng Tama."kududukkan daypack Luna di kaki sofa. Luna tersenyum dan mengangguk.
"Maaf saya jadi repotin Tante dan A Irfan."gumam Luna malu-malu. Ibuku menggeleng dan membelai kepalanya lembut.
"Gak, ngerepotin kok. Tante malah senang ada gadis yang main ke sini. Tante tuh bosan lihat batangan mululu di rumah. Anak dua laki semua, teman anaknya main ke rumah juga laki semua."celoteh ibuku yang disambut tawa kecil Luna. Tiba-tiba teringat sesuatu Luna menarik tas jinjing yang kuletakkan tak jauh dari kakiku.
"Ini ada ole-ole dari kampung, Tante. Ada roti maros dan jalangkote."Luna mengeluarkan sekotak mika transparan berisi roti kotak besar yang dipotong kecil-kecil dan sekotak tupperware sedang yang berisi jalangkote tadi. Ibuku menerimanya sambil tersenyum lebar.
"Wah...makasih loh. Yuk kita makan bareng-bareng . Tante siapin dulu. Riani ke kamar aja. Nanti Aa yang antar."Luna mengangguk dan mengikutiku menuju kamar tamu. Setelah menyimpan barangnya di dekat kaki ranjang, dia buru-buru menyusul Ibu ke dapur. Aku ditinggal sendiri di kamarnya. Kududuk di sofa ruang tengah kemudian membaringkan diri setelah menyalakan TV. Kudengaar tawa kecil ibuku dan Luna dari arah dapur. Aku tersenyum ketika Luna keluar dengan senampan padat berisi sepiring jalangkote panas lengkap dengan sausnya, sepiring roti, segelas kopi untukku dan dua gelas air putih untuknya dan Ibuku.
"Wah...makan enak."girangku ingin mengambil sepotong jalangkote tapi segera ditepis oleh ibuku.
"Cuci tanga dulu, A."kata Ibuku. Luna menahan tawa. Aku terkekeh dan melompat ke dapur untuk mencuci tangan.
"Jalangkote ini mirip panada ya, Ri. Enak."Luna mengangguk.
"Kulitnya aja yang beda, Tante. Panada pakai ragi tapi ini gak pake ragi."jelas Luna. "Cara makannya begini."Luna mengambil satu potong jalangkote, memotong bagian kecil di atasnya dengan jari dan menyendokkan saus encer berwarna merah jingga melalui lubang di atas tadi. Dia kemudian mengigitnya perlahan. Ibuku takjub, mengangguk dan menirunya. Luna mengangguk-angguk semangat ketika ibuku menirunya dengan sempurna.
"Enak loh, Ri. Ini Riani beli di mana?"Luna tersenyum dan menggeleng.
"Ibu yang buat, Tante."
"Wah...serius? Ibunya Riani jago masak. Riani bantuin juga?"tanya ibuku. Luna mengangguk.
"Iya, bantuin nyicip doang."Ibuku tertawa.
"Sampaikan terimakasih Tante buat Ibunya Riani. Bilang jalangkotenya enak!"Luna tersenyum dan mengangguk. Sesaat keberadaanku terasa transparan di sini. Mereka asyik bercerita mengenai rencana Ibuku memasak dodol khas Garut untuk Luna besok dan Luna bercerita bahwa dia pernah membuat dodol saat praktikum di Laboratorium sewaktu kuliah dulu dan membuatnya susah. Ibuku menggeleng-geleng, meyakinkannya bahwa membuat dodol garut itu mudah. Seakan tak kehabisan tema untuk dibahas, mereka terus bercakap dengan asyik dan tidak melibatkanku di dalamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario
RomanceRiani tak pernah menyangka akan dipertemukan dengan Irfan, pria yang dikaguminya lewat salah satu platform game online. Berawal dari saling bertukar no.ponsel dan saling mengirim pesan via Whatsapp, Riani akhirnya menyadari Irfan memenuhi hampir seb...