23 : Lee

580 44 5
                                    

"Sesuatu yang kamu anggap benar, bisa saja itu adalah kebenaran. Namun, mereka juga tidak salah jika menganggap itu adalah kesalahan. "
-




"Sombong lo, mentang mentang kuliah diluar negri. " Cibir Budi yang entah sejak kapan bergabung dengan mereka.

David yang mendengar cibiran dari salah satu temannya itu hanya mendengus tak suka. Ia lebih memilih untuk meminum jus nya daripada meladeni ucapan Budi.

"Bud, lo sirik? " Satya menepuk pelan bahu Budi. "Enggak lah, gue cuman ngebacot doang. Biar ada bahan obrolan aja"

"Gila, " Pekik David begitu mendengar alasan dari Budi.

    Ternyata Budi masih sama dengan orang yang ia kenal sejak masa SMA. sama-sama gila. David kira setelah hampir empat tahun mereka tidak bertemu akan ada banyak perubahan dari teman-temannya. Setidaknya pemikiran mereka yang mulai dewasa. Ternyata sama saja.
     Ada beberapa hal yang bisa David syukuri meskipun memiliki teman yang sedikit aneh. Mereka tulus dalam berteman dengan nya. Tanpa ada niat hanya memanfaatkan dirinya saja. Mereka apa adanya dan saling terbuka. Juga , mereka adalah orang yang sangat baik.

"Btw, si Nathan kemana sih? Lama bener ditungguin" Budi menggerakkan kepalanya ke segala arah berharap menemukan orang yang ia cari.

"Paling lagi jemput dulu Lea, sabar kenapa sih" Ucap Satya.

"Kebiasaan ngaret, "

"Lea? " Tanya David. Namanya sedikit asing untuknya, wajar saja dia tak pernah berkomunikasi dengan yang lain hingga tak pernah tau ada orang baru dalam lingkar pertemanan mereka.

"Iya, temen nya si Nathan. Temen kita juga sih, cewek, orangnya baik kok kita udah kenal hampir tiga atau empat tahun gitu kalo gak salah" Jelas Budi yang nampak sedikit kebingungan saat menentukan waktu.

"Tumben muji, biasanya juga ngehujat" Giliran Satya yang mencibir Budi.

    Bukan apa-apa, pasalnya baru kali ini Budi mengatakan jika Lea adalah orang baik. Bukan maksud mengatakan hal buruk, tapi Budi terkadang suka sedikit sensi jika membicarakan tentang Lea. Apalagi jika Lea selalu menjadi penyebab utama keterlambatan Nathan. Pekerjaan nya hanya menghujat orang sana-sini, jadi wajar jika Budi sangat jarang untuk memuji orang lain. Bahkan temannya sendiri.

"Sejak kapan cewek itu gabung sama kita? " David kembali bertanya mengenai Lea.

"Namanya Azalea, panggilannya Lea. Kita juga sebenarnya kurang tau gimana dia bisa gabung sama kita, yang jelas kita kenal dia itu dari Nathan. Waktu itu kita baru masuk semester pertama kuliah dan Lea masih SMA, katanya sih gara-gara bantuin si Nathan pas tuh anak mabuk gitu" Terang Satya.

"Udah dulu ghibah nya, tuh orang nya datang" Budi menunjuk kearah pintu caffe.

     Benar saja, beberapa detik kemudian Nathan muncul dari balik pintu bersama dengan Lea yang berjalan disamping nya. Nathan datang dengan tampilan casual nya yang hanya mengenakan t-shirt biru cerah yang dipadukan dengan celana levis biru tua dan sneakers hitam. Penampilan simple yang cocok dipakai dihari yang panas ini.
     Sementara Lea, ia juga tak kalah simplenya. Lea memadukan hoodie berwarna peach dengan black pants serta sneakers putih tak lupa tas selempang kecil berwarna hitam yang menggantung dibahu kanannya.

     Keduanya berjalan beriringan mendekati meja yang ditempati Satay, Budi dan David yang terletak paling pojok didekat kaca besar.

"Lama banget sih, kemana dulu? Keliling neraka? " Semprot Budi begitu Nathan dan Lea duduk di kursinya.

"Sorry, sorry. Gue telat banget, tadi ban mobil gue kempes. "

"Iya kak, maaf yah jadi nunggu lama" Ucap Lea ikut meminta maaf.

"Alesan lama lo, "

"Emang bener Budbud, " Kesal Nathan.

"Udahlah, gue haus mau pesen dulu" Putus Nathan yang kembali bangkit dari kursinya. "Lo mau pesen apa Le? Biar sekalian sama gue, " Tawar Nathan.

Lea tampak berpikir sebentar, sebelum akhirnya mengatakan pesanannya. "Ice dark choco aja satu kak, "

   Setelahnya Nathan segera pergi menuju meja pemesanan. Meninggalkan teman-temannya yang kembali memulai obrolan tanpa dirinya.

    Sebenarnya hanya Satya, Budi dan David yang mengobrol. Tidak dengan Lea. Ia sedikit tidak nyaman dan merasa canggung disana. Apalagi ada David yang notabene nya adalah orang baru untuknya. Sesekali Lea menjawab pertanyaan dari David dan Satya. Meskipun itu hanya dengan senyuman kecil ataupun anggukan.
    Ini bukan hal yang baru bagi Lea. Ia sering merasa tak nyaman ditengah keramaian seperti ini. Namun, sebisa mungkin ia bersikap biasa saja.

"Le, lo sakit? Daritadi diem aja" Tanya Satya yang merasa aneh dengan Lea akhir-akhir ini.

"Enggak kak, aku baik-baik aja"

"Oh ya, nama asli lo siapa? " Lea menoleh kearah David. "Azalea Sundara Lee, "

"Lee? Lo anaknya Pak Lee Jin-young pemilik perusahaan induk Toserba? " Tebak David.

    Seketika nafas Lea tercekat, siapa sangka orang yang duduk berhadapan dengannya mampu membuat dirinya terdiam begitu lama. Benar, itu adalah nama ayahnya. Dan tentang perusahaan itu, itu juga benar adanya. Namun, Lea tak menyangka jika waktu itu tiba. Seseorang yang akan mengatakan siapa dirinya dihadapan teman-temannya.
      Selama ini Lea tenang tenang saja dengan identitas dirinya yang jarang diketahui orang banyak. Apalagi marga Lee dalam dirinya yang menandakan ia adalah keturunan dari orang Korea. Orang-orang hanya mengetahui jika dirinya tinggal sendirian di negara ini. Selebihnya hanya desas-desus kecil yang acapkali terdengar meski tak sepenuhnya benar. Dan kali ini Lea bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin baginya untuk berbohong.

"Lea itu bener? Lo anaknya Jin-young?" Jerit Budi heboh yang semakin mendesak Lea untuk menjawabnya .

"Sorry kalau tebakan gue salah, soalnya setahu gue yang marga nya Lee itu ya dia, dan Pak Lee juga katanya punya satu Putri . "

"Le jawab elah, gue penasaran ini! " Desak Budi yang mendapat pukulan pelan di perutnya.

    Lea masih diam. Menatap mereka bertiga secara bergantian. Ragu-ragu, Lea menganggukan kepalanya dengan sangat pelan. Dengan ekspresi wajah yang kikuk Lea memaksakan senyum nya. Memancing pekikan keras dari Budi yang tak menyangka.

"Anjir Le, lo serius? Gak bohong? " Budi menatap Lea dengan tatapan tak percaya.

    Sama halnya dengan Budi, Satya juga kaget dengan pernyataan yang baru saja terungkap. Namun Satya lebih ke diam saja, daripada harus berteriak heboh seperti Budi.

"Jadi bener? " Tanya David memastikan lagi

    Belum sempat Lea menjawab pertanyaan David. Nathan sudah lebih dulu datang dengan sebuah nampan ditangannya. Menghentikan pembicaraan yang sempat heboh barusan.

"Makasih kak, " Ucap Lea kikuk saat Nathan meletakkan gelas minumannya.

" Your welcome, "

"Tadi ngomongin apaan sih? Kayaknya seru? " Nathan bertanya pada mereka dengan menatap nya satu persatu.

Lagi lagi Lea harus menahan nafasnya tanpa sadar.

___________________________
______

Jangan lupa untuk
Follow, Vote, Comment & Share.

Oninsta : @hraa_124

Senandika Luka [Lengkap] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang