13 : Kesalahan 🌺

1K 59 4
                                    


'Banyak sekali harapan yang dipatahkan hari ini, semoga hari esok harapan itu bisa menguap menjadi nyata'

-
-
-
-

🌺

       


      Pagi telah datang, menggantikan tugas malam yang telah berakhir. Menghadirkan udara dingin dikala itu. Membuat siapa saja enggan untuk beranjak dari kasur dan selimut nya yang hangat.
     Sama seperti Lea yang masih bergelung di bawah selimut tebal miliknya. Rasanya matanya itu tidak mau dibuka dan hanya ingin menutup melanjutkan mimpi indah nya. Tapi, Tiba-tiba saja Lea segera membuka matanya dan langsung memposisikan dirinya untuk duduk.

     Hari ini ada jam kuliah dan ia harus segera bersiap agar tidak telat. Lea menghela nafas pelan, ia masih mengantuk dan harus memaksa dirinya untuk bersiap. Beberapa kali ia terlihat menguap dan mengucek matanya. Selama beberapa menit ini, Lea hanya duduk di atas ranjangnya. Mengumpulkan tenaga sebelum ia beranjak dari kasur nyanya dan melaksanakan aktivitas pagi seperti biasanya.

     Satu jam telah berlalu,,,,
Kini Lea sudah bersiap dengan pakaian hariannya dan juga tas selempang biru cerah yang tergantung dibahu kanannya. Lea mematut dirinya didepan cermin. Ia tersenyum menyemangati dirinya sendiri.
   Tidak ingin membuang waktu nya lebih lama. Lea segera bergegas pergi. Tak lupa Lea mengunci kamarnya sebelum pergi.

***

     Lea turun dari angkutan umum, tak lupa ia membayar ongkosnya lebih dulu. Setelah membayar, Lea segera melangkah kan kakinya dengan cepat menuju gedung fakultas nya.

"Dara,,, "

    Suara berat seseorang berhasil menghentikan langkahnya. Tepat ketika akan memasuki gedung.
   Lea mengenal suara itu. Suara yang sudah sangat ia hafal. Tiba-tiba saja jantung nya berdebar tidak karuan.

"Dara, " Panggil nya pelan.

"Iya? Ada apa? " Jawab Lea sambil membalikkan badannya.

    Terlihat seorang laki-laki paruh baya tengah berdiri di hadapan nya. Laki-laki berjas hitam yang berwibawa dengan wajah hangatnya tersenyum kearah Lea.

"Dara, Ayah,, "

"Dara lagi buru-buru , sebaiknya temui Dara nanti" Ucap Lea yang memalingkan wajah nya.

"Tapi Dara, Ayah mau bicara penting! "

"Dara gak bisa! " Kekeh nya.

    Laki-laki yang dipanggil Ayah olehnya hanya menatap  Lea dengan senyum yang sangat dipaksakan. Terlihat dari mata nya yang sayu dan redup.

"Baiklah, tapi nanti jam 4 sore Ayah tunggu di caffe biasa. Ayah harap kamu datang, Ayah tau kamu selalu menepati janji" Menepuk kepala Lea dengan lembut.

     Laki-laki itu segera pergi dari sana, diikuti seorang bodyguard dibelakang nya. Lea hanya menatap punggung laki-laki itu dalam diam. Tak ada niat dalam dirinya untuk memanggil ataupun menghentikan laki-laki yang ia panggil sebagai Ayah.Semakin jauh jarak Ayah nya, semakin buram pula pandangan Lea ketika melihat nya.
    Lea segera mengusap wajahnya dengan cepat. Ia segera melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana. Baginya, kelas yang akan berlangsung beberapa menit lagi lebih penting daripada kejadian yang baru saja terjadi.

***

"

Gue udah pernah bilang sama lo Bud, jangan pernah mainin cewek. Mereka beda! mereka bakal punya luka fisik dan batin! Bakal ada jejak yang bikin mereka malu! Lo mikir kesana gak Anjing! " Teriak Satya yang sudah sangat kesal. Satya meremas rambutnya kesal.

Sementara dihadapan nya, Budi hanya diam dengan kepala nya yang terus menunduk dalam. Keadaan nya tentu tidak baik-baik saja. Dengan sudut bibir yang berdarah, pipi yang lebam dan pakaian yang lusuh. Dan pelakunya adalah Nathan. Laki-laki yang tengah duduk tak jauh dari posisi nya.

     Ya, mereka sedang berada dirumah Nathan. Lebih tepatnya kamar pribadinya. Awalnya mereka, Budi dan Satya datang hanya untuk bermain. Namun, tiba-tiba saja keadaan berubah menjadi menyeramkan saat Nathan meminjam ponsel Budi untuk bermain game. Sebuah pesan masuk, yang bertuliskan meminta sebuah pertanggungjawaban. Tentu saja Nathan menuntut sebuah penjelasan dari Budi terhadap pesan yang baru saja masuk.
     Dan semuanya terjadi begitu saja. Nathan marah dan memukuli Budi serta Satya yang tak ada habisnya mengumpat serta meneriaki nya.

"Jawab bego! Gimana pertanggungjawaban lo! "
    Seperti nya kesabaran seorang Satya sudah habis untuk menghadapi Budi. Tindakan nya kali ini sudah sangat keterlaluan dan melampaui batas.

"Lo tau? Se brengsek nya gue sebagai cowok, gue gak pernah ada niatan buat ngerusak cewek. Pikiran buat ngelakuin pasti ada, tapi gue mikir Bud. Kalau nanti mereka rusak dan hamil, apa gue sanggup tanggungjawab? Apa gue sanggup nanggung kebencian cewek gue sendiri?. Kita emang rusak dalam pergaulan. Tapi kita gak rusak dalam pendidikan dan moral. " Ujar Nathan dengan tenang.

"Gue gak tau lagi harus ngomong apa sama lo. Intinya gue kecewa banget sama kelakuan lo yang gak berpendidikan ini! "

"Gue salah! Gue tau kalau gue salah! Tapi gue gak sadar udah ngerusak anak orang Sat! Gue gak tau kalau bakal ada kejadian kayak gini! " Budi sudah terlihat frustasi. Matanya sembab dan wajah nya dipenuhi luka. Sudut bibir nya yang belum kering dan masih mengeluarkan darah terasa sangat perih saat ia berteriak. Pukulan Nathan tak main-main untuk nya.

"Lo harus tanggungjawab secepatnya, dan bilang ke orangtua nya" Saran Nathan

"Gue gak berani, "

"Heh Babi! Lo bilang gak berani? Keberanian lo kemana? Digondol monyet? Ngerusak anak orang aja berani, giliran kayak gini aja gak berani! "

"Berisik Sat! " Peringat Nathan pada Satya.

     Nathan mengerti dengan perasaan Budi. Menyesal, takut, bingung, marah, sedih, semuanya bercampur menjadi satu. Perasaannya tengah kalut dan buntu. Budi sedang membutuhkan sosok yang bisa memberi nya saran, bukan menyalahkan nya. 

"Permisi, " Ucap seorang perempuan muda yang membuka pintu kamar Nathan.

"Sini Lea, masuk"

    Lea tersenyum dan segera masuk. Mendekati Nathan serta yang lainnya. Lea memilih untuk duduk di samping Satya yang bersisian juga dengan Nathan.
    Pertama kali Lea menatap Budi, gadis itu langsung menatap nya dengan ekspresi kaget. Yang ternyata terbaca oleh Nathan.

"Dia gapapa, cuman tadi gue pukul dikit. Gak akan terlalu lama sakitnya"
Lea mengangguk pelan mendengar ucapan Nathan.

"Gue tadi udah jelasin garis besarnya sama lo Le, gue harap lo cukup pinter buat langsung ngerti. Dan gue minta bantuan sama lo untuk ngobrol sama Budi , setidaknya lo bisa ngasih sedikit saran yang berguna buat dia. " Ucap Nathan menyampaikan maksud dan tujuan nya pada Lea.

"Iya kak, aku ngerti."
    Nathan tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya pelan. "Yaudah, kalo gitu Gue sama Satya nunggu diluar aja. Di balkon sana, lo ngobrol aja sama Budi kalau ada apa-apa langsung bilang oke? " Nathan menunjuk pintu balkon kamarnya yang terbuka lebar.

"Iya kak, "

    Setelah nya Nathan dan Satya berdiri lalu berjalan menjauhi Lea dan Budi. Memberikan mereka berdua ruang untuk mengobrol. Setidaknya Budi bisa terbuka pada Lea dan mungkin Lea sebagai seorang perempuan bisa memberi saran yang baik untuk Budi.

  Mereka harap setelah kejadian ini, akan ada banyak hikmah yang bisa mereka ambil. Semoga saja.










_____________________________
_______

Jangan lupa Follow IG nya✔
Vote
Komen 🌺

Senandika Luka [Lengkap] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang