39 | Semangat dan Harapan

298 34 19
                                    

Oke, kurang dari 5 part lagi. Azalea akan tamat😌

Siapkah berpisah dengan Nathan dan Azzyra?

Thankyou
And
Happy Reading



Instagram : @hraa_124

    Sepi , sunyi sendiri. Menikmati keheningan nyatanya malah semakin mengingatkan kita akan hal hal yang tidak ingin kita tahu. Sepi bukan berarti tenang, lebih tepatnya sepi yang memenjarakan. Seolah akan mendapatkan ketenangan yang ternyata hanya kekosongan.

    Azzyra menghela nafas berat. Berkali-kali air matanya lolos begitu saja. Menciptakan jalan panjang dan basah yang  menyakitkan. Ia menutup kedua matanya. Seakan menikmati rasa sesak dalam dadanya. Kali ini, untuk pertama kalinya Azzyra merasakan lelah yang teramat sangat. Sempat ia memilih untuk menyerah. Namun keinginannya untuk tetap hidup kembali ada setelah nama seseorang digaungkan padanya.

    Azzyra bersumpah demi apapun, bahwa ia sudah sangat lelah. Ia ingin menyerah. Namun takdir tak memperbolehkan nya. Masih ada orang-orang yang berharap akan hidup nya. Dan Azzyra tidak ingin membuat mereka semuanya kecewa.

Nathan,

   Mengingat nama itu semakin membuat Azzyra terluka. Ada beban tersendiri untuk nya saat mengingat nama itu. Laki-laki yang rela memperjuangkan dengan keras, laki-laki yang hancur karena kepergian. Bagaimana mungkin Azzyra sanggup meninggalkan nya? Dan bagaimana hancurnya Azzyra jika laki-laki itu pergi dari hidupnya. Air mata Azzyra kembali mengucur deras.

    Hingga tangan seseorang datang lalu memeluk nya. Memberikan rasa hangat di tengah dinginnya malam. "Jangan sedih terus, kamu harus kuat! "

  Azzyra menggeleng lemah. Menundukkan pandangannya menatap sepasang kaki yang tampak lebih kurus dari kemarin.

"Hey, jangan mudah menyerah gitu aja! Abang yakin, kalau kamu bisa ngelewatin ini semua. " Azzyra mendongak, menolehkan kepalanya ke arah Ziko. Tatapan lembut dan hangat serta senyum yang menguatkan. Membuat Azzyra semakin kecewa dengan dirinya sendiri.

Perlahan tangan Ziko menyentuh pipi Azzyra. Menghapus jejak air mata yang tertinggal disana. "Kalau kamu menyerah gitu aja dengan keadaan, itu artinya kamu akan membuat abang lebih kecewa. Nathan juga akan kecewa, malah abang yakin dia akan lebih hancur dari abang. Kamu mau melihat orang-orang yang menyayangimu kecewa? " Azzyra menggeleng sebagai jawaban.

"Untuk alasan itulah kamu harus tetap bertahan. Setidaknya sampai Tuhan benar-benar memberikan sesuatu yang mutlak. Dan sebelum waktu itu tiba, abang mohon sama kamu untuk berusaha bertahan. Apapun yang terjadi, " Azzyra kembali memberikan jawaban dengan bahasa tubuhnya. Mengangguk pelan dan kemudian melingkar kan tangannya ke pinggang Ziko. Memeluk satu-satunya keluarga yang ia punya.

"Nathan, " Sebut Azzyra dengan lirih.

"Dia udah baik-baik aja, tadi abang sama Lea sempat liat dia ke ruangannya. Gapapa, Nathan bukan kecelakaan parah. Dia hanya jatuh dari tangga dan luka dibeberapa bagian, " Perasaan Azzyra lebih terasa lega . Mendengar bahwa Nathan akan baik-baik saja.

"Besok, kita jenguk Nathan yah. Kebetulan ruangan dia gak jauh dari sini" Azzyra hanya mengangguk lemah.

   Jujur, setelah mendengar kabar Nathan yang dalam keadaan baik-baik saja dan kalimat-kalimat dari Ziko yang menyadarkan nya. Membuat Azzyra lebih baik dari sebelumnya. Memberinya semangat dan harapan agar mau bertahan lebih lama. Sedikit sulit memang saat memberikan semangat dan harapan pada seseorang yang dalam dirinya sudah ingin menyerah. Bukan karena sakit fisik yang ia derita. Tapi mental yang sudah jatuh ke tempat terbawah dalam dirinya.

    Pagi ini, seperti ucapan Ziko semalam. Ia dan Azzyra tengah bersiap untuk menjenguk Nathan di ruangannya. Sejak tadi Azzyra sudah duduk dikursi roda dengan pakaian rumah sakit dan tiang selang infus yang berada di samping nya. Azzyra lebih semangat hari ini. Sementara Ziko sibuk mengurus panggilan telepon nya. Membatalkan beberapa rencana kantornya. Dan itu semua demi Azzyra. Hanya untuk Azzyra.
 

  Pagi ini pula, Laras tidak datang ke rumah sakit. Karena tidak diperbolehkan oleh Ziko. Azzyra memaklumi nya. Toh, Laras juga tengah hamil besar dan tidak memungkinkan untuk datang ke rumah sakit seorang diri.

"Udah siap? " Tanya Ziko yang entah sejak kapan sudah berdiri dibelakangnya memegang kursi roda. Azzyra tersenyum lalu mengangguk singkat. Sejak tadi ia memang sudah siap.

    Ziko segera mendorong kursi roda yang dinaiki Azzyra dengan hati-hati. Begitupun Azzyra yang memegang tiang selang infus nya. Keduanya keluar dari ruang rawat Azzyra. Berjalan menuju lift yang ada diujung lorong untuk turun ke lantai yang ada dibawahnya. Tempat Nathan dirawat.

    Pagi-pagi sekali, Ziko sudah mendengar kabar dari Lea bahwa Nathan sudah sadar dari pingsannya. Membuat siapapun yang mendengar kabar ini bahagia. Apalagi Azzyra, dia sangat bahagia.

    Setelah tiba , pintu lift perlahan terbuka. Memperlihatkan lorong panjang yang ujungnya memiliki pertigaan. Ziko segera mendorong kursi roda Azzyra. Membawa Azzyra mendekat kearah ruang rawat Nathan. Dari kejauhan mereka berdua sudah bisa melihat kedua orangtua dari Nathan. Rio dan Risa. Namun, saat keduanya semakin dekat. Azzyra bisa melihat dengan jelas jika Risa tengah menangis. Entah apa yang membuat nya menangis seperti itu. Dan hal ini membuat Azzyra kembali diserang rasa khawatir yang berlebihan.


Udah bisa nebak gimana endingnya cerita Azalea ini?

Yang mikirnya Nathan sama Lea siapa?

Yang berfikir cerita ini bakal fokus sama Lea siapa?

Semoga kalian gak penasaran ya😂

Jangan lupa untuk selalu menghargai karya orang lain yah!

Senandika Luka [Lengkap] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang