36 | Tukar Cerita.

314 36 32
                                    

Kenapa harus cepat ke capai sih 30komen nya( jadi harus up cepet dehh, Tapi gapapa deh Ra jadi seneng bacanya heheh

Buat yang kemarin komen, smpai spam. Kamu enggak freak kok😊 malahan kamu itu readers panutan, tau caranya mengapresiasi karya seseorang. Terimakasih yah🙏🙂.
     Untuk silent readers ku yang lain, yuk bergerak! Jangan terus jadi sider, sesekali mengapresiasi karya seseorang itu harus loh:') 

   Semoga kalian tetap sehat, banyak rezeki dan kebahagiaan juga.

Instagram : @hraa_124

   Karena puncak dari segala rasa sakit adalah sebuah tangis. Ketika rasa sakit itu menghujam, kamu dapat menahan suara mu. Ketika rasa sakit itu hadir, kamu mampu meredam nya. Meski kepalamu seakan ingin meledak detik itu. Namun saat rasa sakit itu sudah tak mampu kamu paksa bertahan, maka jalan satu-satunya untuk meluapkan rasa sakit itu hanya dengan tangis. Dengan tangis memang tidak mengubah apapun. Tidak memberikan sesuatu yang kamu inginkan. Tapi dengan tangis, bisa membuatmu meredam rasa sakit. Memberikan rasa lega yang amat kamu butuhkan.

     Terkadang apa yang kita butuhkan selalu tidak selaras dengan apa yang kita dapatkan. Tapi percayalah, itu adalah hal terbaik yang mungkin Tuhan beri untuk kita. Untuk itulah rasa sabar hadir dan ikhlas sebagai penawar. Agar kamu mampu menjadi pribadi yang lebih baik dari yang lain. Agar semua dendam bisa terselesaikan. Meski hanya segelintir orang yang mampu melakukan nya. Seperti Azzyra juga Lea.

"Kak, boleh Lea bantu kakak? " Azzyra menatap Lea. Menunggu kalimat selanjutnya dari bibir gadis itu. "Bisakah kakak membagi kisah suka dan duka kakak dengan Lea?, "

  Melihat perubahan raut wajah Azzyra, membuat Lea sedikit khawatir. Tentu saja, mana ada orang yang suka rela berbagi kisahnya dengan orang baru. Apalagi kisah suka dan duka nya. Untuk itu, cepat-cepat Lea meluruskan kata-kata nya. Agar tak menimbulkan pertanyaan baru. "Maksud Lea, kita bertukar cerita. Barangkali dengan kita saling bertukar cerita bisa membuat beban kakak sedikit terangkat, begitupun dengan Lea. Mungkin Lea ini orang baru, tapi Lea bisa menjaga rahasia dengan baik. Kalaupun kakak menolak, kakak bisa bercerita dengan Kak Nathan nantinya. " Tutur Lea dengan keraguan.

"Kakak gak mungkin buat nolak perbuatan baik seseorang, " Azzyra tersenyum hangat.

    Lea ikut tersenyum, perasaan lega langsung hinggap dalam hatinya. Sejak tadi, jantung nya berdebar tak menentu. Banyak ketakutan dan rasa malu yang menghantui nya. Tapi mendengar ucapan lembut dari Azzyra dan senyum hangat nya, sedikit dari beban dalam hatinya terangkat.

"Nah, sekarang mau siapa dulu yang cerita? Kamu apa kakak? "

"Terserah kakak aja, " Jawaban Lea tentu membuat Azzyra bingung sendiri. Niatnya bertanya untuk menentukan pilihan, malah mendapatkan jawaban yang justru semakin membuatnya bingung. "Yaudah, kamu dulu! " Putus Azzyra.

  Lea mengangguk kecil, lalu membenarkan posisi duduknya. Sempat Lea terdiam beberapa saat lalu menghela nafasnya gusar. Ia sempat berbicara bahwa dirinya bingung harus bercerita apa dan darimana.

"Lea sebenarnya masih punya orangtua yang lengkap, Papah dan Mama masih ada. Hanya saja mereka sudah berpisah sejak Lea masih kecil. Mama pergi ke Rusia, bersama dengan suami barunya. " Azzyra terhenyak mendengar nya. Seperti dirinya dimasa lalu.

"Lea tinggal bersama Papah. Tapi itu dulu, sebelum akhirnya Papah mengirim Lea ke kota ini dan menyuruh Lea tinggal di apartment sendirian. Awalnya Lea takut, karena saat itu Lea masih SMA dan belum mengenal siapapun di kota. Sampai akhirnya Lea ketemu sama Kak Nathan. Lea gak tau kalau dari pertemuan itu, Lea bisa ikut masuk kedalam kehidupannya kak Nathan. Mengenal Kak Azzyra, Kak Satya, Kak Budi dan yang lainnya. Dan Lea benar-benar bersyukur bisa bertemu dengan kalian semua. "Suara Lea bergetar. Sementara Azzyra bingung harus merespon apa. Yang bisa ia lakukan hanyalah mendengarkan semuanya dengan baik dan mengusap lengan Lea dengan pelan.

  Lea mendongak, menatap Azzyra dengan senyuman yang dipaksakan. " Tapi sekarang, keadaan udah berubah. Lea bisa kumpul lagi sama Papah dan ada seseorang yang benar-benar menjaga Lea. "

"Kamu memaafkan Papah kamu gitu aja? "

Lea mengangguk samar, "kalau kakak gimana? " Tanya Lea yang mengalihkan pembicaraan dari pertanyaan tadi.

"Gak tau kenapa, akhir-akhir ini kakak sering ngerasain sesak yang sakitnya itu bener-bener sakit. Sampai mau bicara aja susah. Sebelum kakak ada dirumah sakit ini, awalnya kakak cuman sesak biasa. Sampai akhirnya sesak itu kayak mau ngebunuh , sakit banget. Padahal aku gak punya riwayat sakit jantung atau apapun yang berhubungan dengan organ jantung dan paru-paru. "

"Mungkin kakak belum sepenuhnya melupakan dan ikhlas tentang kejadian yang menimpa kakak, " Potong Lea di tengah kalimat Azzyra. Memangkas cerita Azzyra dan membuat Azzyra menatap Lea dengan kening yang berkerut.

"Maaf sudah memotong cerita kakak, " Sesal Lea.

"Enggak kok, malahan kakak mau nanya sesuatu sama kamu. Maksud dari melupakan dan ikhlas itu apa? Memangnya kenapa? " 

    Benar, ada begitu banyak pertanyaan yang mengendap dalam kepala Azzyra. Tentang permasalahan, gejolak hatinya, memaafkan, ikhlas dan seluruh lukanya. Terlalu banyak menampung pertanyaan dalam kepalanya. Hingga rasanya, kepala Azzyra merasakan pening. Lea terdiam, menatap kearah lain dengan durasi waktu yang cukup lama. Sebelum akhirnya kembali membuka suara.

"Kadang, rasa sakit yang ada dalam tubuh kita berasal dari setiap marah yang tak termaafkan. "

"Maksudnya? "

"Rasa sesak itu ada karena kita belum memaafkan sesuatu yang sudah melukai kita, memendam dan menahannya seorang diri. Mungkin seseorang atau kakak pernah merasakan sesak yang teramat sakit tanpa sebab. Dan sering kali menyalahkan mood diri kita sendiri. Padahal, sejatinya alam bawah sadar kita sudah terluka cukup parah. Mendorong rasa sakit itu keluar, berharap kita bisa melupakan nya. "

"Banyak orang yang berkata, lebih baik sakit karena teiris pisau daripada sakit hati. Sakit karena berdarah itu nyata dan ada obatnya, tapi sakit hati itu tidak nyata dan sulit mendapatkan obatnya. Jika kita tidak mengikhlaskan apa yang terjadi pada kita. Memahami diri kita sendiri dan mulai merubah mindset kita perihal luka. Mustahil luka itu akan menghilang, "

     Azzyra terdiam. Berusaha mencerna ucapan Lea dengan sebaik mungkin. Memaksanya mengerti.

    Dalam hatinya, Azzyra menertawakan dirinya sendiri. Merasa miris dengan dirinya sendiri. Benarkah dengan apa yang dikatakan Lea? Benarkah ia masih belum bisa memaafkan apa yang telah terjadi padanya?. Sulit dipercaya jika itu memang iya. Setelah bertahun-tahun yang lalu rasa sakit itu pergi kemudian kembali hadir dengan membawa ribuan luka yang baru. Menambah beban Azzyra. Menambah ruang luka yang begitu besarnya.
    Jika benar ia belum bisa memaafkan semuanya, jika benar jika ia belum bisa melupakan semuanya. Maka mulai sejak saat ini, ia akan menata nya. Kembali berjuang untuk hatinya. Agar hatinya sembuh, agar hatinya tidak semakin terluka lebih parah lagi. Dan Azzyra yakin, ia bisa melakukan nya.

▪▪▪


25 komen untuk part selanjutnya 😄

Jangan lupa Vote juga yah. Mampir yuk ke cerita Ra yang lainnya!

Senandika Luka [Lengkap] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang