32 | Nyaman

318 37 3
                                    

Entahlah, cerita ini akan gimana akhirnya. Ra belum tau cerita ini akan dibawa kemana akhirnya, yang Ra pikirkan saat ini hanyalah menulis dan menulis. Ngebiarin semuanya gitu aja kayak air yang mengalir.

Untuk itu Ra minta doa dan suport nya dari kalian semua untuk kelancaran menulis cerita dari Azalea ini 🙂 dan "Terimakasih" Untuk kalian yang sudah mau bertahan dengan kisah mereka, mau membaca dan mau mensupport)

Terimakasih juga untuk diri sendiri dan kalian, tentunya. Karena sudah mampu bertahan sejauh ini ditahun 2020 . Tahun yang sangat menguji kita, semoga diri sendiri dan kalian semua sehat serta selalu ada dalam lindungan-Nya. Aamiin,,,

Thankyou ❤



   

I

nstagram : @hraa_124

"Setelah kamu menyelesaikan pendidikan kuliah, Papah harap kamu mau bekerja di kantor. Mengambil alih pekerjaan Papah, kamu mengerti kan bagaimana keadaan papah sekarang?, " Mau tak mau Lea mengangguk menanggapi pertanyaan dari sang Papah. Tidak ingin membahas lebih lanjut lagi.

    Dimulai sejak kemarin malam, Lea memutuskan untuk kembali tinggal bersama dengan Jin-young dirumah besar yang berada cukup jauh dari tempatnya kuliah. Ini memang bukan murni dari keinginannya, hanya saja ia tak mungkin membiarkan Papah nya begitu saja. Setelah kejadian kemarin malam, saat Papah nya menjelaskan apa yang terjadi padanya belakang ini. Lea merasa bersalah dan sedikit kecewa. Hingga akhirnya, dengan keadaan sedikit terdesak ia memutuskan untuk kembali tinggal dirumah lamanya.

    Lea masih seperti biasanya, dingin dan irit bicara. Butuh waktu agar ia bisa kembali seperti dulu lagi pada Papahnya. Ini pun sudah Lea usahakan semampunya agar bisa bersikap lebih baik padanya. Meskipun masih terkesan dingin.

"Kemana El? " Tanya Lea yang baru teringat dengan sahabatnya itu. Dari kemarin malam laki-laki jangkung itu tidak terlihat sama sekali. Menimbulkan tanda tanya untuk nya.

"Dia mengambil cuti satu minggu, katanya ada persiapan pernikahan dirumahnya "

   Yah, Lea baru ingat. Adik dari El akan segera menikah diakhir bulan ini. Tentunya El harus membantu untuk kelancaran acaranya. Ketidakhadiran laki-laki itu dirumahnya semakin menambah daftar panjang ketidaknyamanan Lea dirumahnya sendiri. Aneh memang, tapi itulah yang dirasakan olehnya.

   Saat Lea hendak menyuapkan sendok terakhir sarapan miliknya, tiba-tiba saja ponselnya yang berada disamping piring makan, bergetar. Membuat nya langsung menoleh dan mengambil ponsel tersebut. Satu notifikasi pesan muncul.

Kak Satya
'Aku udah didepan, '

    Hampir saja Lea tersedak oleh makanan yang tengah ia kunyah. Tidak menyangka Satya akan menjemputnya hingga ke rumahnya yang lama. Pagi tadi, dirinya memang memberi kabar jika tengah berada di kediaman nya yang lama dan memberikan alamatnya pada Satya. Tapi ia tidak tahu jika Satya akan datang kesana.

     Tidak ingin membuat Satya menunggu, Lea segera menghabiskan segelas air putih yang ada di atas meja. Dengan buru-buru ia merapihkan tas yang akan ia bawa dan langsung berpamitan pada sang Papah. Langkahnya yang cepat dan terkesan buru-buru. Mengabaikan sapaan dari beberapa pelayanan dan anak buah Papahnya. Lea menggerutu dalam hati, sudah sejauh ini ia melangkah tapi belum mencapai gerbang rumahnya. Jangankan gerbang rumah, pintu nya saja ia belum menemukannya. Salahkan Papahnya dan arsitek yang membangun rumah dengan seluas ini. Mempersulit nya yang sedang terburu-buru.

"Darimana dulu? Kok kayak yang habis lari, " Tanya Satya begitu Lea masuk kedalam mobilnya.

   Keadaanya tidak begitu baik. Dengan nafas pendek yang memburu, keringat yang menetes di dahi serta pelipis dan tubuhnya yang langsung bersandar ke punggung kursi mobil. Lea menggeleng sebagai jawaban, ia belum bisa menjawab apapun saat dirinya masih terengah-engah dengan nafas yang pendek.

   Satya mengerti, akhirnya ia memutuskan untuk segera melajukan mobilnya. Karena waktu dan juga jarak tempuh yang lumayan jauh.

▪▪▪

"Yang, minggu depan kan Budi mau nikah. Kamu mau datang? " Tanya Nathan. Azzyra hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Nanti datang nya mau bareng sama aku apa Laras? "

    Azzyra mendengus, merasa tengah dengan Nathan yang terus mengajukan pertanyaan padanya. Padahal dirinya tengah makan, tapi sepertinya Nathan tidak memperdulikan itu. Membuat Azzyra menatapnya dengan malas. "Jangan banyak nanya dulu Nath, aku lagi makan. Bisa nunggu sebentar? "

   Nathan terdiam sebentar, berfikir dahulu sebelum memberikan jawaban. Membuat Azzyra gemas sendiri. Sebelum membuat perasaan Azzyra berubah menjadi marah padanya, Nathan langsung mengangguk dan tersenyum. Membiarkan Azzyra menyelesaikan kegiatan makanan nya.

     Nathan itu jahil. Baik dari jaman dulu sampai sekarang, sifat jahilnya itu tidak akan hilang dalam dirinya. Terbukti dari tingkah lakunya yang terus mengusik Azzyra sejak pagi. Entah itu mencolek pipi serta pinggang nya , mengikutinya kemanapun, bahkan sekarang saat ia tengah makan pun Nathan tetap mengganggu nya. Dan itu membuat Azzyra sangat kesal dan jengkel.

     Aneh, tiba-tiba saja Azzyra merasa ada sesuatu yang berubah secara cepat dirumahnya. Yang sebelumnya bising kini malah menjadi hening. Tanpa suara. Membuat kening Azzyra mengkerut penuh tanda tanya.
      Setelah Azzyra menyimpan piring kotor dan mencuci tangan di dapur. Ia tak mendapati keberadaan Nathan di meja mrka makan. Seingatnya, Laki-laki tadi masih ada disana saat ia pergi ke dapur. Azzyra mengedikkan bahunya, mungkin Nathan menunggu nya diruang tamu bagian depan.

    Dan benar saja, Nathan sudah duduk tenang disofa. Bersandar ke sandaran sofa sambil memejamkan mata. Azzyra tersenyum simpul, berjalan mendekat padanya.

    Merasa ada sesuatu yang berat yang menempati sofa disamping nya. Membuat Nathan sedikit terusik dan mulai membuka matanya. Hal yang pertama ia lihat adalah Azzyra dan senyumnya yang ia sukai. Senyum yang dengan sengaja Azzyra tularkan hingga Nathan pun ikut tersenyum dibuatnya. "Kenapa kamu cantik banget sih, "

   Iris mata Azzyra bergerak kekiri dan kanan, seperti sedang berfikir sesuatu. Sebenarnya ia bingung harus merespon seperti apa. "Takdir, mungkin" Ragu, Azzyra menjawab.

   Nathan menangkup wajah Azzyra dengan kedua tangannya. Membuat Azzyra hanya bisa menatap tepat padanya. Memfokuskan semuanya padanya. Dan dengan gerakan tiba-tiba, Nathan menarik tubuh Azzyra. Membawa perempuan itu pada tubuhnya. Memeluk nya dengan erat, menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Azzyra. Menghirup dalam dalam aroma tubuh dari Azzyra.

    Azzyra sedikit kaget juga bingung dengan perilaku Nathan kali ini. Yang Azzyra tahu, Nathan tak pernah seperti ini sebelumnya. Yang awalnya menjengkelkan dengan sifat jahilnya dan berakhir dengan sifat manja nya yang seperti ini.

    Hembusan nafas Nathan terasa dingin di kulitnya. Terasa geli. Tidak tahan dengan posisinya yang terus seperti itu. Akhirnya Azzyra mendorong tubuh Nathan dengan kedua tangannya. Memberi jarak diantara keduanya.

"Kenapa? " Tanya Azzyra.

Nathan menggeleng pelan, "cuman pengen meluk kamu, " Jawabnya manja.

"Apasih, tiba-tiba jadi begini. Aneh banget" Cibir Azzyra yang mendapat dengusan halus dari Nathan.

    Lama mereka berdua bertatapan. Saling menatap satu sama lainnya. Berusaha menyelam ke dalam perasaan masing-masing. Sampai akhirnya Azzyra memutuskan kontak mata dengan Nathan. Mengalihkan pandangan ke arah lain. Menatap layar televisi mati yang ada dihadapannya. Sementara Nathan, Lagi-lagi menarik tubuh Azzyra. Memeluknya dari samping dan kembali menyembunyikan wajahnya di ceruk lehernya. Mungkin untuk saat ini, dalam posisi memeluk dari samping adalah posisi yang sangat amat nyaman untuk nya sendiri.

TBC 🔜

Senandika Luka [Lengkap] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang