34 | Rasa Sakit

364 42 5
                                    

Notifikasi ku kosong yah🙂 coba spam komen dan Vote nya dong, jangan sider mulu. Lama-lama wp ku error karna sepi notifikasi ((.

Sekalian nanya deh,
NARA akan di bukukan, seneng gak? Gimana tanggapan kalian?

Tulis pendapat kalian dikolom komentar yah🙂

Instagram : @hraa_124

   Meski seluruh rasa sakit sudah termaafkan, meski seluruh sesak sudah dilepaskan dan meski seluruh luka telah terobati. Jika tanpa kata ikhlas dan rela, semuanya hanya omong kosong belaka. Tak ada dendam yang benar-benar hilang , selain mengikhlaskan semuanya begitu saja. Tanpa tapi dan syarat.

    Seperti halnya luka kecil yang perlahan akan menggunung. Bukan sengaja untuk dipupuk agar menggunung, namun karna tertahan dan ditahan.

    Azzyra mengakui nya. Luka yang selama ini ia lenyapkan, nyatanya masih ada dan terasa. Sakit yang ia singkirkan nyatanya masih menganga tak bisa ia tutup. Serta sesak yang ia lepas ternyata hanya menjinak sementara. Setelahnya, semuanya kembali kambuh. Menghampiri dan menggerogoti. Azzyra lupa, kapan terakhir kali ia mencari tenang. Saat ini ia hanya berasumsi, bahwa semuanya akan membaik. Dengan sendirinya. Meski pada kenyataannya, itu hanya menunda. Menunda bencana dalam hatinya.

   Detik ini, sesak itu masih ada. Bahkan terasa lebih menyakitkan. Rasanya dadanya seakan ingin meledak saat itu juga. Dengan gemetar, Azzyra menekan dadanya berulang kali. Berharap rasa sesak nya menguap. Meski hanya untuk sebentar saja. Air matanya sudah tak bisa dibendung lagi. Mengalir begitu saja melewati pipinya.
    Dalam ruang sempit yang tertata rapi. Azzyra mendudukkan dirinya sendiri diatas ranjang kasurnya. Seorang diri dengan menahan sesaknya. Dengan satu tangan menahan beban tubuhnya dan yang satunya lagi menekan nekan dadanya dengan kuat.

   Percayalah, rasa sakit ini terasa amat sangat menyakitkan. Sesak dalam dada yang sudah tak tertahankan. Bahkan untuk menghirup oksigen pun rasanya terlalu menyakitkan.

    Dalam kesendirian nya yang ditelan rasa sakit, Azzyra menangis. Meluapkan seluruh rasa sakitnya melalui air mata. Hingga tiba-tiba, pintu kamar terbuka dengan cepat. Memperlihatkan seorang laki-laki gagah dengan setelan jas hitamnya. Kelopak mata yang sedikit menghitam juga garis wajah lelah serta khawatir begitu kentara untuk dilihat. Nafasnya terpenggal-penggal dengan dengan dada serta bahu nya yang naik turun dengan cepat. Rambutnya pun terlihat sudah tak beraturan lagi.

    Azzyra langsung mendongak, melihat siapa yang datang. Ia sudah tidak punya tenaga lagi untuk berdiri, bahkan untuk menyapa pun rasanya terlalu sulit.

    Ziko langsung bergerak mendekati Azzyra. Dengan langkah lebar dan cepatnya. Ziko langsung berjongkok dihadapan Azzyra. Mengusap punggung rapuhnya pelan, penuh dengan rasa khawatir. Perlahan, Ziko berpindah tempat. Menggeser sedikit tubuh Azzyra ke tengah ranjang. Memberikan space padanya untuk duduk disamping Azzyra.

"Bang, " Lirih Azzyra dengan suara lemahnya. Melirik singkat Ziko yang kemudian langsung menunduk dalam.

"Ra, kamu kuat! Please kamu harus bertahan, "

    Dalam rengkuhan Ziko, Azzyra sudah tidak bisa menahan nya. Semuanya kembali tumpah ruah dengan sendirinya. Termasuk cengkraman Azzyra yang terasa kuat pada jas yang Ziko kenakan.

     Nafas Azzyra terputus-putus, rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Bahkan tangannya yang menekan dadanya pun terasa sudah mati rasa. Meskipun ia memejamkan matanya dengan kuat, berharap semuanya menghilang . Tetap saja semuanya sia-sia. Dalam pertarungan melawan dirinya sendiri, Azzyra merasa lemah. Melawan rasa sakit nya saja seakan dunia ini hancur didepan matanya.
   Tiba-tiba Azzyra merasakan sesuatu yang hangat mengalir dari hidungnya. Terasa panas dan perih. Dengan perasaan panik dan gemetar, Azzyra langsung menyentuh bagian bawah di hidungnya. Cairan kental mulai ia rasakan mengalir dari lubang hidung. Semakin lama terasa semakin banyak dan menyakitkan. Ia mengangkat tangannya, dimana cairan merah pekat menempel disana. Menembus sela-sela jari tangannya. Membuat rasa takutnya semakin menjadi.

   Tangis Azzyra langsung pecah saat melihatnya. Ziko langsung mengambil sapu tangan yang ada dalam saku jas nya. Mengelap tangan serta hidung Azzyra dengan pelan. Panik? Tentu saja. Kakak mana yang tidak merasa khawatir dan panik melihat adiknya terluka? Semuanya pasti akan melakukan hal yang sama seperti yang Ziko lakukan.

  Hati Ziko terasa teriris melihat adiknya dalam keadaan yang hancur seperti ini. Dalam tangisan nya yang memilukan hati, Ziko mendekap nya. Memeluknya dengan erat, sangat erat.

Dengan sisa air mata yang menggenang dipelupuk matanya,Ziko mengurai rambut Azzyra yang menghalangi sebagian wajahnya. Mengelus pipinya lembut.

"Ra, kuat please!" Azzyra menggeleng sebagai jawabannya. Seketika Ziko menegang, tidak menyangka dengan jawaban yang sudah ua dapatkan. Perihal sakit, mungkin ya itu bisa menghancurkan. Tapi perihal semangat dan usaha, Azzyra tidak boleh kalah.

   Beberapa detik setelahnya, Ziko merasakan tubuh Azzyra semakin berat. Cengkraman tangan Azzyra di jas nya pun terlepas. Tangis serta suara lirih nya tak terdengar lagi. Semuanya berhenti, bersama dengan senyap yang langsung menyerbu hadir.

Bagaimana perasaan kalian saat ini?
Pastinya Ra berharap kalian baik dan sehat) perasaan kalian juga yah🙂 tetap semangat dan bahagia.

Jangan lupa untuk mampir ke cerita Ra yang lainnya. Ada "Grigah" dan "Incredible of Chance "

Semoga kalian suka.
Thankyou.

Senandika Luka [Lengkap] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang