11 : Dukungan🌺

1.2K 53 2
                                    


'Sebuah percaya tidak harus memiliki tolak ukur. Jika kamu yakin, maka teruslah percaya'

❤✨

👋


"Kamu pulang ke rumah abang aja yah? Biar ada Laras yang nemenin kamu, " Saran Ziko yang tengah mengemasi barang-barang Azzyra.

    Hari ini Azzyra dibolehkan untuk pulang. Setelah berminggu-minggu dirawat dirumah sakit. Azzyra terlihat senang dengan kepulangannya, maka dari itu ia tak henti-hentinya menebarkan senyuman nya.
     Nathan sedang ada jam kuliah, jadi dia tak bisa menemani nya. Tak apa, Azzyra mengerti dengan hal itu. Nathan adalah mahasiswa tingkat akhir yang akan menyelesaikan skripsinya, jadi ia mengerti betapa sibuknya Nathan dengan urusannya. Lagi pula masih ada Ziko yang bisa meluangkan waktunya. Sekedar menjemputnya.

     Azzyra duduk disisi ranjang yang sebentar lagi takkan ia tempati. Sambil mengamati Ziko dihadapannya. Azzyra menggelengkan kepalanya pelan sebagai respon. "Aku pengen pulang ke rumah, lagian cuma dirumah itu yang bisa bikin aku nyaman. Rasanya Mama sama Oma ada disana, "

Ziko menghentikan gerakan tangannya yang tengah menutup resleting tas. Ia menolehkan kepalanya menghadap Azzyra. Perempuan itu tersenyum dengan hangat.

"Tapi abang takut kalau kamu tinggal disana sendirian, kalau nanti ada apa-apa gimana? Abang khawatir Ra, "

"Ada Asisten rumah tangga kan dirumah, tenang aja kalau ada apa-apa pasti aku langsung hubungi abang, jangan khawatir. "

"Kamu yakin? " Tanya Ziko memastikan.

"Aku yakin, "

      Ziko mengalah, sifat keras kepala Azzyra masih ada dan melekat dalam dirinya. Mungkin hanya beberapa sifat saja yang berubah, tapi tak semuanya. Ziko ikut tersenyum menatap Azzyra. Ketegaran adiknya itu sangat Ziko kagumi. Sesakit apapun yang Azzyra rasakan, ia tak pernah memperlihatkannya. Hanya garis senyum yang selalu ia tunjukkan padanya.
     Ziko tau bagaimana sakitnya hidup Azzyra, setelah kepergian orangtua, kepergian Oma Dira dan penyakitnya. Ziko kagum sekaligus bangga padanya. Ia telah tumbuh menjadi perempuan tegar dan kuat.

"Ingat ini Ra, kamu adalah satu-satunya keluarga yang abang punya. Setelah kepergian Oma, abang gak punya siapapun selain kamu. Jadi tolong, tetap ada dan berusaha agar bisa disisi abang. Abang juga akan berusaha ra, mengusahakan yang terbaik agar kamu sembuh dan tetap ada disisi abang. Abang akan berjuang buat kamu, "

     Hati Azzyra seperti tercubit dengan  ucapan Ziko. Azzyra terenyuh mendengarnya, terlihat dari tatapan mata Azzyra yang berkaca-kaca sekalipun bibirnya yang tersenyum. "Akan aku usahakan bang, "

"Zyra, Kak Ziko! Ayo makan dulu, ini Laras beliin, " Seru Laras yang baru masuk.

     Azzyra dan Ziko langsung menoleh kearah Laras yang baru datang dengan membawa dua kantung kresek di tangan nya. Mereka berdua menatap Laras dalam diam, membuat Laras terasa canggung karena ditatap seperti itu. "Kenapa? Ada yang salah? " Tanya Laras.

   Azzyra tersenyum geli dan menggelengkan kepalanya. "Gak ada apa-apa. "

"Kamu dari kantin? Beli apa? " Ziko berjalan mendekati Laras dan mengambil alih kantung kresek yang dipegang oleh Laras.

"Heem, beliin kakak sama Zyra sarapan" Ucapan Laras.

"Lain kali gak usah, jarak dari sini ke kantin itu jauh. Kalau kamu kecapean gimana? "

"Jangan lebay kak, "

"Bukan lebay Ras, Bang Ziko khawatir sama kamu juga kandungan kamu. " Sahut Azzyra.

"Iya ya, Laras minta maaf"

"Yaudah sini, kita makan sama-sama. " Ajak Ziko.

    Laras mengangguk, kemudian ia mendekati Azzyra. Membantunya berjalan agar bisa duduk bersama disofa. Setelah mendudukkan Azzyra, Laras pun ikut duduk disamping nya.
Ziko menata makanan dimeja, ia memisahkan bubur yang akan dimakan Azzyra dan nasi goreng yang akan dimakan olehnya dan juga Laras.

****

     Azzyra menatap keluar jendela mobil. Menikmati pemandangan jalanan ibukota yang tetap sama. Mobil pribadi, motor maupun angkutan umum berseliweran kesana-kemari. Menciptakan kemacetan yang tak dapat dihindari. Laras yang duduk disamping nya tiba-tiba saja menggenggam tangannya pelan.
     Azzyra menoleh dan menatapnya. Laras tersenyum padanya.

"Gue harap lo tetap ada diantara kita sebagai keluarga untuk waktu yang lama, "

"Jangan terlalu berharap ras, lo tahu kalau takdir gak sebaik itu. "

"Tapi Tuhan tau apa yang terbaik untuk hamba-Nya. "

"Gue cuma minta dukungan dari lo, bang Ziko dan Nathan. Selain kalian gue gak punya siapapun lagi. Disisa hidup gue, gue cuma mau liat kalian bahagia. Meski akhirnya gue yang akan menciptakan luka dengan kepergian gue, " Lirih Azzyra. Meskipun begitu, ia tetap tersenyum. Berusaha terlihat baik-baik saja.

"Kita udah jadi keluarga, udah sepantasnya gue dukung lo dan selalu ada buat lo. Lo sahabat sekaligus adik terbaik buat gue, "

     Laras memeluk Azzyra dari samping. Dengan senang hati Azzyra membalas pelukannya. Yah, mereka selalu mendukung dan berada disisinya. Azzyra sangat sangat bersyukur akan hal itu. Meskipun nantinya ia akan tetap pergi dan meninggalkan mereka yang telah menyayanginya dengan tulus.

Jangan lupa follow gaesss✨Vote & Comment nya ditunggu❤🌺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa follow gaesss✨
Vote & Comment nya ditunggu❤🌺

Senandika Luka [Lengkap] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang