35 | Sebuah Maaf.

380 34 33
                                    

Buat kalian yang lagi gabut, hyu bisa liat liat instagramnya Ra. Disana ada gambar Visual atau cast dari cerita Ra loh, ada juga quotes quotes kecil dari kisah Nara.

Jangan lupa follow yah!

Instagram : @hraa_124

        waktu terasa begitu cepat berlalu. Bagi Azzyra yang menginginkan waktu berjalan dengan lambat. Perihal waktu, Azzyra tidak pernah benar-benar paham. Bagaimana bisa waktu memegang kendali atas semesta. Hingga cepat lambat nya waktu bisa mempengaruhi semuanya. Bahkan hatinya. Semuanya berubah dengan cepat mengikuti alur waktu yang terasa begitu cepat. Entah itu seseorang yang datang dan pergi, teman teman nya yang memilih untuk mengambil jalan yang berbeda dengan tujuan yang sama bedanya. Semuanya berubah, perlahan tapi pasti.

   Namun, satu hal yang sepertinya tak akan berubah. Satu-satunya yang tidak terpengaruh perubahan waktu juga kehidupan. Dan itu, adalah hatinya. Hatinya sudah seperti kaca yang terbentur ke lantai. Hancur berkeping-keping. Hingga rasanya terlalu sulit untuk ia susun menjadi kaca yang baru. Menata nya ulang sudah tentu bisa. Hanya saja, akankah bisa seperti semula?. Nyatanya, kaca yang sudah hancur berkeping-keping lalu ditata ulang hanya akan membuat nya semakin rapuh dan terlihat mengerikan.

   Membayangkan hancurnya ia sekarang, membuat Azzyra lagi lagi merasakan sesak didadanya. Membuat nya kembali tersiksa.

"Ra, kamu kenapa? " Panik Nathan yang langsung menggenggam tangan Azzyra yang terbebas dari selang infus.

   Azzyra hanya bisa menggeleng pelan. Sambil memegang dadanya yang terasa nyeri.

    Azzyra kembali lagi kesana. Rumah pesakitan yang selalu berbau obat menyengat dengan cat warna yang selalu itu-itu saja. Putih, pucat tanpa warna dan gairah. Sejujurnya ia ingin langsung pulang begitu sadar. Namun, dengan paksaan dari Nathan dan Ziko terutama Laras. Membuatnya harus bertahan disana sampai dokter mengatakan ia boleh pulang.

"Aku pengen pulang, " Nathan menggeleng tegas.

   Azzyra menatap Nathan dengan pandangan matanya yang sayu. Ia sudah bosan berada di tempat yang mengerikan ini. Terlalu sering berada di sana membuatnya memiliki ketakutan tersendiri.

     Azzyra bergerak, menurunkan tubuhnya agar bisa merebahkan diri lebih rendah lagi. Sudah cukup terlalu lama untuk ia duduk bersandar. Sampai-sampai membuat punggungnya terasa sedikit sakit. Nathan segera membantu Azzyra dengan menahan tubuh serta memperbaiki posisi bantalnya. Setelah selesai, Nathan kembali duduk dikursi kecil yang ada disamping ranjang Azzyra. Tempat semula ia duduk dan menunggu Azzyra siuman.

"Lea mana?"

"Gak tau, aku belum sempat ngabarin dia " Ucap Nathan. "Ada apa? " Lanjutnya

"Aku pengen ngobrol sama dia, "

"Yaudah, aku mau hubungin dia dulu. Siapa tau jadwalnya dia hari ini kosong, jadi bisa nemenin kamu" Ucap Nathan yang langsung mengeluarkan ponsel dan menghubungi Lea.

   Azzyra hanya diam sambil memperhatikan Nathan yang sedang menghubungi Azzyra. Menikmati setiap gerak bibirnya juga ekspresi wajahnya. Selang beberapa menit kemudian, Nathan selesai menghubungi Azzyra. Mengatakan bahwa gadis itu bersedia untuk datang menjenguk Azzyra. Dan hal itu tentu saja membuat Azzyra tersenyum lega.

   Ada begitu banyak hal yang ingin Azzyra ungkapkan. Namun selalu urung ia lakukan. Tidak ingin membuat beban bagi orang-orang yang berada di sekelilingnya. Bahkan ia merasa, sakitnya ini sudah terlalu menjadi beban. Bukan untuknya, tapi untuk orang-orang terdekatnya. Terutama Ziko dan Nathan.
     Barangkali berbincang dengan Lea bisa sedikit mengangkat gelisah nya. Ia tau, Lea adalah orang baru dihidupnya. Tapi tidak di hidup Nathan. Maka dari itulah, ia mempercayai Lea sebagai tempatnya bercerita. Itupun sesekali, hanya jika ia benar-benar ingin membagi kisah. Karna Azzyra tau, Lea sedikit tidak nyaman berada di dekat nya.

"

Nah Lea, tolong lo jaga Zyra sebentar. Gue mau kerumah Budi dulu, " Nathan mempersilahkan Lea duduk dikursi yang sempat ia duduki tadi.

"Iya kak, "

"Kalau gitu Ra, aku berangkat dulu yah! Le, kalau ada apa-apa langsung hubungi gue, " Sekali lagi Lea mengangguk sebagai jawaban.

   Nathan mengecup dahi Azzyra sebentar sebelum ia benar-benar pergi dari ruangan itu. Membiarkan Azzyra bersama dengan Lea disana.

    Setelah kepergian Nathan, belum ada tanda-tanda Azzyra akan memulai obrolan nya. Dan itu membuat Lea sedikit bingung harus bersikap seperti apa. Sampai akhirnya, Lea memutuskan untuk mengajak Azzyra mengobrol lebih dulu. "Gimana keadaan kakak? " Pertanyaan klise yang hanya sekedar basa basi.

"Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik aja" Lea merespon nya hanya dengan anggukan kecil juga senyum kecil.

"Lea, apa artinya memaafkan? " Tanya Azzyra, membuat Lea terdiam sejenak. Mencari suatu kalimat yang sederhana.

"Yang Lea tau dan Lea pelajari, Memaafkan itu adalah ketika kita bisa menerima, menerima bahwa kejadian-kejadian tersebut berada di luar kendali kita. Menerima bahwa memang hal itu terjadi telah digariskan oleh yang Maha Kuasa. Menerima bahwa itu semua adalah proses menuju kedewasaan. Menerima dan sanggup menghadapi rasa sakit itu dengan ikhlas, dan menyadari pada akhirnya kita akan baik-baik saja. Yang intinya, memaafkan adalah sebuah proses dimana kita bisa menerima segala sesuatu yang sudah terjadi. " Azzyra terdiam, berusaha mencerna dengan baik apa yang sudah dikatakan oleh Lea.

"Sebelum kakak memaafkan sesuatu, ada baiknya kakak harus mengerti  dan paham perihal rasa sakit yang kakak rasakan. Kakak harus tau, definisi sakitnya. Mengapa kakak perlu mendefinisikan rasa sakit nya? Karena kakak harus tahu jelas berapa harga dari maaf yang akan kita berikan. Bagi penerima maaf, maaf itu tentunya gratis. Namun bagi pemberi maaf, ada harga yang harus kakak bayar demi kebahagiaan kakak sendiri. Jadi kita harus tahu jelas takarannya. Memaafkan bukanlah satu event atau satu kejadian, melainkan sebuah proses berkesinambungan. Karena terkadang, ketika kita memaafkan seseorang, kita hanya mengatakannya secara lisan namun hati kita tidak berkomitmen untuk benar-benar memaafkan orang itu. " Lanjut nya,

    Azzyra hanya mampu menatap Lea tanpa suara. Tanpa kata yang tak bisa ia keluarkan begitu saja. "Kak, ada baiknya untuk kakak bisa memaafkan diri sendiri. Sebelum akhirnya memaafkan orang lain. "

"Ternyata memaafkan itu rumit yah, "

"Karna itulah, sebuah kata maaf memiliki harga yang tinggi. Kalaupun itu sederhana, tidak akan mungkin banyak manusia yang menaruh dendam dalam hatinya"

   Sesuatu bergemuruh dalam dadanya. Memberontak berusaha menolak segala pengertian yang telah dijelaskan oleh Lea. Membuat Azzyra harus memejamkan matanya dengan erat. Menghalau segala perasaan buruk yang mendekat padanya.

    Yah, sesulit dan serumit itulah memafkan. Pantas jika seluruh orang memiliki dendam yang tak berkesudahan. Jika memafkan itu semudah membalikkan telapak tangan, mungkin ia tidak akan berakhir seperti ini.

"Apa kamu bisa memaafkan seseorang Lea? " Pertanyaan yang terlontar dari bibir Azzyra. Nyatanya bukan hanya sebuah pertanyaan biasa. Kalimat kalimat penjelasan yang sejak tadi Lea ungkapkan, nyatanya berbanding terbalik dengan dirinya.

   Lea hanya terdiam membisu. Merasa kalah dengan pertanyaan yang begitu sederhana, namun membutuhkan jawaban yang begitu rumitnya.

     Azzyra menghela nafas dalam dalam. Memberikan pasokan oksigen lebih pada paru-paru nya. Melihat reaksi Lea yang hanya terdiam, membuat Azzyra mengerti satu hal. Semua orang memiliki dendam dalam hatinya. Meski mereka menanamkan secara tanpa sadar.



30 komen untuk lanjut ke part selanjutnya 👌🚀

Makanya ayo spam komen, biar cepet next dan kalian gak akan penasaran lagi sama kisah dari mereka ini.

Senandika Luka [Lengkap] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang