24 : Gak jadi.

594 44 8
                                    

    

   Kali ini Lea hanya duduk gelisah di tempat nya. Mendengarkan obrolan teman-temannya yang begitu antusias dalam bercerita. Sejak obrolan tentang dirinya dan marga Lee terputus karena ketidaknyamanannya. Berakhir lah ia dengan rasa canggung yang begitu mengganggu nya. Berdebat dengan dirinya sendiri dan mempertanyakan apapun yang begitu mengusik hatinya. Hanya dirinya dan hatinya yang berbicara. Bukan dengan orang-orang yang berada di hadapan nya.
     Memang, tak ada yang membahas lagi mengenai dirinya. Namun, itu membuat Lea sedikit cemas. Bagaimana jika yang lainnya akan mengetahui fakta Ayahnya yang lain. Lea belum siap untuk memeberikan pengakuan apapun hingga saat ini. Dirinya terlalu takut pada hal hal yang menyangkut keluarga. Terutama Ayahnya.

    Sementara ditempat nya Nathan hanya sesekali tertawa lalu meminum minuman nya. Menikmati kegiatan mengobrol mereka. Meskipun sesekali Nathan akan mendengus dan memekik saat tak terima dengan lelucon yang dilontarkan oleh Budi. Sebenarnya mereka tak tahu sedang mengobrol kan apa. Tujuan pembicaraan ini tidak jelas. Hanya mengingat dan membicarakan masa lalu saat mereka SMA , lalu mengejek salah satu diantara mereka jika ada hal memalukan yang pernah mereka lakukan. Tapi, setidaknya pembicaraan ini cukup menghibur bagi mereka.
    Sesekali mereka berempat melirik Lea dan bertanya padanya apakah dia baik-baik saja atau tidak. Dan Kea hanya membalasnya dengan nya anggukan kecil serta senyum yang dipaksakan. Dan jawaban kecil darinya berhasil mengusik Nathan juga Satya yang duduk saling bersisian disamping Lea.

▪▪▪

    Hari ini perasaannya benar-benar buruk. Sejak tadi hanya gelisah, sesak juga ragu yang Lea rasakan. Entah apa yang terjadi padanya hari ini. Ia juga tak mengerti dengan hatinya.
    Sesekali Lea memejamkan matanya dan menghirup oksigen dalam-dalam. Berusaha menetralisir perasaan gelisah dalam hatinya. Tangannya terasa dingin dan basah, meskipun sudah ia genggam agar terasa hangat. Mungkin karena AC mobil yang menyala terlalu dingin.

    Semuanya itu tak lepas dari penglihatan Satya yang duduk disamping nya, dikursi kemudi. Beberapa kali ia menoleh pada Lea hendak menanyakan sesuatu. Namun, selalu terhenti di mulut nya saja. Saat melihat Lea yang memejamkan matanya dengan tenang dan menyadarkan tubuh nya kebelakang. Membuat Satya harus mengalah untuk membiarkan Lea dengan keadaannya. Sekedar menenangkan diri mungkin.

    Tak ada perubahan yang signifikan dengan hubungan keduanya. Yang berbeda hanyalah Satya yang lebih perhatian pada Lea. Lebih banyak bertanya tentang perasaan Lea, keadaannya dan basa-basi lainnya yang berpotensi untuk mengakrabkan keduanya.Sementara Lea, gadis itu tidak menunjukkan perubahan sikap apapun. Ia masih seperti yang kemarin.
     Keduanya sepakat untuk tidak memberitahu pada siapapun soal kedekatan mereka. Terlebih hubungan keduanya masih sebatas teman. Satya yang berusaha untuk meyakinkan Lea, dan Lea yang berusaha untuk yakin pada Satya. Keduanya sama-sama tengah berusaha. Meski nyatanya Satya yang lebih banyak berusaha.

"Kak, boleh mampir ke restaurant dulu gak? " Akhirnya Lea membuka suaranya. Dia menatap canggung kearah Satya yang menoleh padanya sebentar lalu kembali fokus kedepan.

"Boleh, mau ke restaurant mana? "

"Emm, yang dideket perempatan aja kak"

    Satya mengangguk pelan, yang langsung mengiyakan permintaan Lea tanpa banyak bertanya lagi.

"Kak, " Panggil Lea lagi.

"Apa? "

Lea sempat terdiam selama beberapa detik. Ada sesuatu yang ingin Lea sampai kan, namun ia urungkan karena merasa tak enak. "Enggak, gapapa"

    Lagi-lagi Satya mengangguk. Membiarkan Lea dengan keresahan nya, sampai gadis itu bisa menceritakan semuanya dengan sendirinya.

__________________________
_______

Adakah yang ingin disampaikan??

Kalian pengen cerita ini tamat dalam berapa part? 30? 40?

Oh ya, yang mau gabung ke grup whatsapp nya Nara bisa komen yah 👌

Senandika Luka [Lengkap] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang