25 : Rencana

585 56 5
                                    

❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




      Tenang, satu kata yang bisa menggambarkan hatinya saat ini. Dengan hembusan angin lembut diwajahnya serta tubuhnya. Sinar mentari yang perlahan menguning, menghadirkan udara hangat yang menyapa. Benar, senja selalu menghadirkan kenyamanan. Pantas saja banyak orang yang begitu menggilai waktu senja.
     Azzyra tampak begitu nyaman dalam posisinya. Berbaring diatas rerumputan yang cukup bersih dengan paha Nathan yang ia jadikan sebagai bantalan kepalanya. Kulit nya yang putih pucat,nampak sedikit kekuningan karena sinar matahari. Bibirnya yang pucat sedikit tertarik di kedua sudutnya. Menampilkan sebuah senyuman kecil. Sementara Nathan yang duduk selonjoran dengan tubuh yang disandarkan kebatang pohon rindang yang ada dibelakangnya. Nathan menundukkan kepalanya. Menatap wajah damai Azzyra yang terpejam. Ia tersenyum dengan satu tangan yang membelai lembut puncak kepala Azzyra.

     Sudah hampir lima belas menit mereka berdua bertahan dengan posisi tersebut. Halaman belakang rumah Azzyra memang tempat yang menyenangkan. Apalagi dengan banyak renovasi disetiap sisi nya. Membuat nya semakin nyaman untuk ditempati. Pohon pohon rindang yang tertanam dibeberapa titik yang salah satunya dijadikan sebagai sandaran Nathan. Kolam ikan berukuran sedang yang berada dipojok kanan di dekat pintu. Dan beberapa tanaman hias yang ada disana.

"Ra, " Panggil Nathan dengan pelan.

    Perlahan Azzyra membuka kedua kelopak matanya. Menatap lurus keatas yang langsung bertatapan dengan Nathan. "Hmm, "

"Budi bulan depan udah mau nikah, " Azzyra menautkan kedua alisnya. "Terus? "

Nathan berdecak sebal, ia membuang wajahnya kesamping, "Kita kapan Yang? "

"Kapan apa? "

"Nikah yang, masa kalah sama si Budi"

     Azzyra memutar bola matanya malas, beberapa detik kemudian ia kembali menutup matanya yang langsung dihadiahi dengusan kasar dari Nathan.

"Budi kan nikah karna insiden, emang harus disegerakan. Kalau kita kan enggak, ya tenang aja. Bisa nanti nanti "

"Berarti kalau kita bikin insiden, kamu mau dong nikah cepet? "

"Sembarangan! " Protes Azzyra yang juga mencubit pinggang Nathan cukup keras.

"Sakit yang, " Mengusap pinggangnya.

"Makanya jangan ngomong sembarangan gitu, amit-amit! "

    Nathan kembali mendengus. Padahal niat nya hanya bercanda, tapi ia malah mendapatkan cubitan keras dari pacarnya itu.

     Setelahnya, keduanya tak lagi berbicara. Azzyra yang kembali menutup matanya menikmati keadaan. Juga Nathan yang menatap lurus kearah depan. Sedikit mendongak melihat langit yang mulai berwarna kuning kemerah-merahan. Membayangkan hal-hal yang mungkin terjadi. Baik dimasa lalu maupun masa depan.

"Nath,, " Panggil Azzyra pelan. Tak mendapatkan respon, Azzyra membuka matanya melihat Nathan yang mengabaikan nya dan masih menatap langit tanpa memperdulikan nya. Azzyra menghela nafas, "Sayang, " Panggil Azzyra sekali lagi.

"Apa, " Jawab Nathan sedikit ketus tanpa mengalihkan pandangannya.

"Liat sini dong, " Pinta Azzyra sedikit memaksa dengan mengalihkan wajah Nathan menggunakan tangan nya.

"Apa, "

"Jangan marah, jangan kesel"

"Enggak, siapa yang bilang? "

"Kamu, "

"Fitnah, " Sanggah Nathan.

"Kamu gak bisa bohong Nathan, kamu lagi kesel sama aku" Ucap Azzyra yang mengerti Nathan. Tidak sepenuhnya.

"Iya aku kesel, "

"Aku minta maaf, "

Nathan menaikan sebelah alisnya, "buat apa? "

"Udah bikin kamu kesel, "

"Gapapa, "

    Azzyra terdiam. Sejenak ia memandangi Nathan dengan teliti. Hingga manik mata keduanya bertabrakan, tak ada kebohongan ataupun kekesalan disana. Hanya ada tatapan hangat yang Nathan tunjukkan untuknya.

     Perlahan Azzyra bangkit dari posisi nya. Dibantu Nathan dengan hati-hati. Azzyra menggeser duduknya mendekati Nathan, duduk tepat disamping laki-laki itu. Setelah Azzyra mengganti posisinya dan duduk disamping Nathan. Tak ada hal apapun yang gadis itu katakan. Ia hanya diam sambil menatap Nathan. Membuat Nathan mengernyit kebingungan. "Kenapa Ra? "

"Kamu ganteng, " Ceplos Azzyra.
     Nathan tergelak begitu mendengar ucapan Nathan. Ia tertawa ringan hingga matanya hampir menutup ketika tertawa dengan lebar seperti itu.

"Kenapa ketawa? "

"Kamu baru nyadar kalau pacar kamu ini ganteng? " Azzyra mengangguk kecil, Nathan menjadi gemas sendiri dengan tingkah Azzyra kali ini. Nathan mencubit kecil kedua pipi Azzyra yang tirus itu. "Aku ini udah dari lahir ganteng yang, masa kamu baru nyadar sih? "

"Kurangin kepedean nya, baru ganteng gitu aja bangga"

"Harus bangga lah sayang, mau ganteng ataupun enggak, sempurna atau engga, putih atau hitam, kita harus bangga dengan apapun yang kita miliki. Jangan merasa malu atau hina dengan diri kita, sebab kalau bukan kita yang mencintai diri kita sendiri. Siapa lagi? " Bijak Nathan yang membuat Azzyra kehilangan kata-kata nya.

    Hingga akhirnya Azzyra memilih untuk memeluk Nathan dari samping. "Makin sayang deh, " Ucap Azzyra begitu memeluk Nathan.

"Yang, apa rencana kamu dimasa depan? " Tanya Nathan tiba-tiba. Membuat Azzyra mengendurkan pelukan nya.

"Rencana?, maksudnya? "

"Iya rencana, keinginan kamu nanti "

Azzyra melepaskan pelukan nya, kemudian menatap Nathan seolah tengah berpikir sesuatu. "Hmm, aku pengen punya toko bunga "

"Toko bunga? " Ucap Nathan  mengulang keinginan Azzyra. "Kamu gak pengen kuliah? " Azzyra menggeleng.

"Keinginan aku buat kuliah udah pupus Nath, lagian aku udah lama banget gak belajar kayaknya IQ aku udah turun hampir empat puluh persen. Udah gak mau, "

"Suka sembarangan kamu kalau ngomong, enggak mungkin lah IQ kamu turun segitu banyaknya. Mustahil, "

"Ya gimana?, aku pengen nya buka toko bunga yang cantik bukan kuliah " Azzyra cemberut. Membuat Nathan gemas dengan menangkup wajah Azzyra dengan kedua tangannya. "Kenapa harus toko bunga? "

"Ada deh, " Ucap Azzyra dengan senyum jahil nya yang tak bisa Nathan artikan.

    Nathan melepaskan tangkupan tangannya. Membawa Azzyra dalam pelukan nya. Menikmati waktu berdua dengan menyaksikan langit senja yang begitu indah.
    Sebenarnya Nathan masih penasaran dengan maksud dari keinginan Azzyra yang ingin membuka toko bunga. Namun berusaha ia acuhkan. Biarkan saja, biar waktu yang menjawab. Biar Azzyra sendiri yang menjawab pertanyaan Nathan dengan sendirinya, tanpa ia paksa.



______________________________
_______

Pendapat kalian gimana tentang chap ini??

Adakah yang baper? Wk kalo Ra sih baper sendiri 🤣

Jangan lupa Vote & Comment yah!!
Share juga ke teman-teman kalian 😊

TBC⬇🔜

Senandika Luka [Lengkap] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang