01 : Bisik-bisik tetangga.

3.5K 113 9
                                    

~Azalea Sundara lee~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


~Azalea Sundara lee~

🌻

'Cinta itu bukan luka, tapi cinta adalah kebijaksanaan antara mempertahankan dan melepaskan'

______________________
_______


Tengah hari adalah waktu yang paling dihindari oleh orang-orang. Selain suhu yang panas, mereka enggan untuk ber basah-basahan dengan keringat. Banyak dari mereka yang lebih memilih untuk berteduh, entah didalam ruangan ataupun dibawah pohon rimbun yang menyejukkan.
Langkah ringan Nathan membawanya kesalah satu tempat yang terletak tak jauh darinya. Cuaca panas membuatnya harus sedikit mempercepat langkah kakinya. Dan tempat yang akan ia tuju adalah sebuah tempat duduk dibawah pohon rindang.

Seorang gadis juga tengah duduk disana. Sepertinya ia tengah membaca buku, terlihat dari gestur kepalanya yang tengah menunduk. Beberapa kali angin menerpa nya, membuat rambutnya sedikit berantakan. Membuatnya harus menyelipkan rambutnya kebelakang telinga. Nathan tahu siapa dia, lantas cepat menghampiri nya.
"Lea, " Panggil Nathan.

Orang yang dipanggil pun langsung menengok kearahnya. Nathan duduk tepat disamping nya. Dengan senyum ramah ia menyapanya.

"Lo gak ada kelas Le?, "

"Nanti 1 jam lagi kak, " Jawabnya dengan suara yang lembut.

"Oh ya! Bentar" Nathan membuka tas yang ia bawa. Mengeluarkan sebuah buku dari sana. "Nih, buku buat lo"

Lea menatap sekilas buku itu sebelum ia mengambilnya. "Identity karya Daud Antonius?, "

"Iya, kayak nya itu cocok buat anak jurusan psikolog kayak lo"

Lea tersenyum manis, "terimakasih kak, "

"Yoi, sama-sama. "

"Kok kakak bisa dapat buku ini? Darimana?, "

"Tadi gue ke toko buku, nah kebetulan banget liat buku kayak gitu. Gue iseng liat, dan tiba-tiba gue keinget lo kayaknya bukunya bagus buat lo. Yaudah deh gue ambil" Jelasnya Nathan membuat Lea tersenyum dan ber'oh' ria.

"Yaudah gue pergi dulu, bentar lagi ada kelas. " Ucap Nathan yang langsung berdiri.

"Iya kak, sekali lagi makasih bukunya. "

Nathan tersenyum lalu mengangguk kan kepalanya. Setelah itu ia berjalan pergi. Meninggalkan Lea yang masih menatap nya, memperhatikan Nathan hingga punggung tegap itu menghilang oleh jarak.

Sekali lagi Lea menatap buku yang diberikan oleh Nathan. Buku dengan sampul hitam dan biru yang mencolok. Beberapa kali ia membolak-balikan buku itu, melihat isinya lalu menutupnya. Lea tersenyum.

"Itu Lea kan? Anak anak lagi banyak banget yang gosipin dia"

"Emang nya kenapa? "

"Katanya dia deketin senior yang udah punya tunangan"

"Anjir, dia mau jadi pelakor gitu? "

"Itu bukan berita baru kali, sejak dia masuk ke kampus juga udah ngedeketin senior, padahal dia tahu kalo senior kita udah punya tunangan"

"Pelakor kelas kakap kek nya"

"Btw, katanya dia ngaku kalau dia anak yatim-piatu, padahal bokap nyokap nya masih ada"

"Dibuang kali, "

Seketika bisik bisik itu membuat senyum Lea luntur seketika. Ucapan ucapan pahit yang selalu menghantam nya hingga ke ulu hati. Harusnya ia kenal dengan segala ucapan itu. Tapi, namanya juga manusia yang sangat rapuh. Karna yang paling tajam itu bukan pedang atau samurai tapi itu adalah lisan.
Lea merapikan buku-buku nya. Memasukannya kedalam tasnya, lalu bergegas pergi darisana. Ia sudah cukup muak dengan ocehan mereka disini.

🌺

"

Lo mutusin Riska Bud? Anjer kenapa? " Teriak Satya heboh. Membuat semua orang yang berada dikantin menatap kearahnya. Satya menjadi kikuk sendiri setelah ditatap puluhan pasang mata. "Hehe maap maap, "

"Berisik sih lo! " Nathan melemparkan sendok tepat ke kepala Satya. Membuatnya mengaduh kesakitan.

"Gue kaget njer! Gak nyangka banget! "

"Bosen gue pacaran sama cewek yang kerjaan nya cuman benerin make up doang. Kepanasan dikit ngeluh make up nya luntur, tiap hari pasti lipstik nya baru, mana alis nya kek ulet bulu lagi! Hih anjer geli gue, " Cerutu Budi dengan kesal.

"Salah lo sendiri, macarin cewek gak ada yang bener! " Timpal Nathan.

"Gaya lo jadi fakboy, pacaran sana sini. Tau nya cewek lo kagak ada yang berakhlak kan" Ledek Satya.

"Iri bilang boss! " Sinis Budi pada Satya.

"Gelud ayok? " Satya menantang Budi dengan menunjuk wajah Budi dengan garpu yang ia pegang.

"Ayok! Siapa takut! "

"Udah geblek! Ribut mulu kerjaan lo berdua,mending makan! " Seru Nathan yang sudah bosan melihat Satya dan Budi yang terus bertengkar.


Satya dan Budi memilih untuk kembali memakan makanannya. Menuruti ucapan Nathan yang memang benar adanya. Nathan menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua sahabatnya yang masih saja suka bertengkar. Bahkan disaat mereka sudah menjadi mahasiswa.

"By the way anyway busway ya Nath, apakabar lo sama Lea? " Tanya Budi disela sela mengunyah nya.

"Gak kenapa-kenapa. Di cuman junior gue,"

"Lea kan suka sama lo, lo gak ngerasa kalo lo itu ngasih harapan sama dia?" Sahut Satya membuat Nathan menghentikan gerakannya.

"Denger yah, urusan gue suka atau nggak sama seseorang itu urusan hati sama Tuhan. Gue gak tahu, pokoknya gue itu senior dan dia junior. Gak lebih! Hal yang perlu kalian catet di otak udang kalian itu gue udah punya tunangan . Siapa tunangan gue? "

"Azzyra" Jawab Budi dan Satya kompak.

"Nah, itu tahu! "

"Ya tahu lah onta! Kita kan dateng ke acara lo" Kesal Budi setengah berteriak.

"Santai elah, "

Satya lebih memilih untuk kembali menghabiskan semangkuk bakso nya daripada harus meladeni Budi dan Nathan lagi. Ia masih lapar, dan untuk urusan menghujat itu butuh tenaga. Biarlah mereka berdua beradu mulut yang penting ia kenyang.



________________

See you next Part👋🌺

Vote👇

Senandika Luka [Lengkap] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang