Pintu tertutup, Nathan menyandarkan tubuhnya disana tanpa melepaskan tangannya dari gagang pintu. Beberapa detik kemudian ia berjalan menuju ranjang kasurnya yang berada tak jauh darisana. Nathan melepaskan jaket hitam yang ia kenakan dan menyimpan nya dengan asal diatas ranjang. Kebiasaan yang tak pernah berubah darinya sejak dulu.
Laki-laki itu terduduk disisi ranjang sambil menatap ke sekeliling kamar nya. Tak ada yang berubah dari kamarnya sejak beberapa tahun yang lalu. Hanya beberapa barangnya saja yang berpindah tempat. Selain itu, semuanya masih sama.
Puas menatap kamarnya, Nathan segera bangkit menuju kamar mandi. Tak lupa ia melipir dulu mendekati lemari pakaian nya. Mengambil kaos polos warna navy blue dan celana training serta pakaian dalamnya yang lain. Niatnya Nathan akan mandi saat ini. Setelah hampir seharian beraktivitas diluar rumah, membuat badannya terasa sangat lengket dan bau.
Setelah mengambil barang yang diperlukan, Nathan segera masuk kedalam kamar mandi. Menutup pintu lalu mulai menggantungkan handuk dan pakaian nya dibelakang pintu kamar mandi. Lalu tubuhnya bergerak untuk melepaskan pakaian nya satu persatu dan segera untuk membasuh dirinya dengan air.Setelah sibuk dengan kegiatan membersihkan dirinya. Dua puluh menit kemudian Nathan segera keluar dari kamar mandi dengan keadaan lebih fresh. Rambutnya yang masih meneteskan air, kaos yang sedikit basah dibeberapa bagian dan handuk basah yang ia pegang. Langkah kakinya berjalan menuju balkon kamar, menyimpan handuk basah yang baru ia pakai diluar . Barulah setelah menyimpan handuknya, Nathan masuk kembali ke dalam kamar. Tak lupa ia menutup pintu yang terhubung langsung pada balkon .
Nathan duduk dikursi, berhadapan dengan meja belajar nya yang rapi. Diatas meja nya hanya tergeletak satu buah laptop berlogo buah, beberapa buku yang tertumpuk disudut kanan meja , kumpulan pensil dan pulpen serta beberapa spidol yang disatukan dalam tempat nya disudut kiri dengan beberapa barang kecil seperti jam tangan, case ponsel, satu buah frame foto dan barang kecil lainnya. Dinding nya pun tak kosong, terdapat banyak sticky note berbagai warna dan bentuk yang tertempel disana.
Dengan satu tangannya Nathan membuka laptopnya dan segera menyalahkan benda tersebut. Satu tangannya lagi sibuk menyisir rambut yang masih basah dengan sela jari-jari tangannya. Setelah menunggu beberapa menit, layar laptop itu menampilkan sebuah aplikasi Microsoft Word yang dimana halaman utamanya memuat sebuah judul.AZALEA, satu judul dengan font times new roman yang terpampang jelas dengan ukuran yang lumayan besar. Nathan menggulir ke halaman selanjutnya. Seperti sebuah buku digital, disana terdapat daftar halaman dan segala yang terdapat dalam buku pada umumnya.
Yah, sekedar informasi saja. Jika akhir-akhir ini Nathan tengah senang menulis. Menulis hal-hal yang ia sukai dan tidak ia sukai. Merintis menjadi seorang novelis, mungkin.Mengapa harus Azalea?
"Sebab gue pengen semua yang datang dan pergi itu selembut bunga Azalea, "
"Bunga sederhana yang bisa ditemukan disetiap jalan, bunga yang mampu tumbuh berdampingan dengan rumput liar namun tetap mampu mempertahankan kesederhanaan dan kecantikannya, "
"Azalea itu unik. Lembut namun mampu bersaing dengan kerasnya alam, sederhana namun terlihat mewah dengan jutaan keindahan penuh makna, "
"Gue pengen setiap kisah memiliki sisi seperti Azalea, yang pergi dengan pamit tanpa sebuah rasa penyesalan. Dengan langkah nya yang ringan, seringan bunga Azalea. Sederhana.
Sesederhana cinta tentang kita"
Saat Nathan tengah membaca tulisan nya, tiba-tiba saja terdengar bunyi ponsel yang langsung mengalihkan fokusnya. Ia bangkit dari tempat duduknya menuju meja disamping ranjang kasurnya, tempat dimana ponselnya berada. Ternyata satu panggilan masuk dari Budi. Segera Nathan menggeser icon hijau dan mendekatkan ponsel itu ke telinga nya.
"Apa? "
"Lagi ngapain lo? Gue ganggu gak? "
"Bayi bajang aja tau kalau telpon dari lo itu selalu menganggu. Gue gak lagi ngapa ngapain, " Dengusan keras langsung terdengar ke telinga Budi, lewat panggilannya. Sejenak Budi tertawa pelan dari sebrang telepon.
"Oh gitu, gue nelpon cuman mau ngabarin lo tentang pernikahan gue. Sekalian mau curhat "
"Gue lagi males denger suara rombeng lo, besok aja. Curhat curhat kayak mamah dedeh lo! "
"Jahat banget lo sama temen sendiri! "
"Lo buta apa gimana? Ini udah malem, besok aja lah"
"Mending sekarang, kalau di besok besok takutnya gue lupa" Kekeh Budi yang ingin mengobrol dengan Nathan saat ini juga.
"Gak mau tau, kalau mau ngobrol sama gue mending besok aja. Bye! "
Klik!
Nathan langsung memutus panggilan telepon nya.Menatap layar ponselnya yang masih menyala dengan ekspresi yang sedikit mengesalkan. "Sorry Bud, gue lagi gak mood ngomong. Salah sendiri nelpon malem malem, gue kira calon istri tau-tau nya calon mimi peri, " Ucap Nathan yang bermonolog.______________________________
_________Jika ada typo langsung kasih tau yak ><
Jangan lupa untuk Vote & Comment, Follow juga 😌 Kalau perlu share juga ke temen temen kalian yang suka dengan cerita yang semacam ini.TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika Luka [Lengkap] ✔
Teen Fiction| Sequel Unperfect couple➖ Bisa baca dulu , Bisa dibaca terpisah | -o0o- Tentang bagaimana takdir kembali menyatukan dua hati. Tentang dua luka yang saling merindu dan tentang makna cinta yang tak pernah ada. .