Aku berjalan melewati gerbang sekolah. Yaa, saat ini aku tiba di area sekolah. Baru saja ku lihat motor beat berwarna pink melewati ku. Pemiliknya segera memparkirkan motor tersebut pada halaman parkir lalu berlari ke arah ku.
"Lele!!" teriaknya gemas lalu langsung merangkul ku.
Aku tersenyum heran kepadanya. Tak biasanya anak ini datang awal dan berlari gemas layaknya anak kecil yang girang dibelikan es krim oleh ibu nya.
"Kenapa?"
"Gak apa-apa" jawabnya sumringah. Mendadak ekspresinya berubah kaget saat melihat sepasang murid yang dikenalnya berangkat bersama "Kapan ya gue begitu?"
Aku mengamati dalam-dalam si penumpang lalu terkejut saat mengetahuinya "itu kan Mara. Sama siapa tuh?"
Lelaki itu membuka helm nya dan membuat Liora teriak kaget.
"AAA"
Aku sontak menutup mulutnya, hampir saja seluruh murid yang berada di sekitar menjadikan kami objek utama.
"Shutt" peringatku lalu Liora mengangguk dan diam.
"Itu bukannya Mars?" kaget Liora.
"Iya"
"Tapi kok sama Mara? Jangan-Jangan" ucap Liora mengada-ngada namun di jeda.
"Udah! Kalo lo penasaran kenapa Mars bisa sama Mara, tanya aja langsung sama mereka. Leya gak mau ikutan salah paham" jelas ku lalu Liora mengangguk lemas.
Aku dan Liora berpencar ke kelas masing-masing. Yaa seperti yang kalian tahu, kedua sahabat ku ini adalah anak ips. Aku mendudukan tubuh ku di bangku dan mengeluarkan handpone dari saku.
"Aleya!" panggil Mara membuat ku menoleh.
"Iya?"
"Boleh cerita sedikit gak?"
"Boleh. Cerita apa?"
Mara menengok sebentar ke arah Mars lalu kembali fokus padaku "Sebenernyaa-"
"Assalamualaikum anak-anak" sapa guru mata pelajaran pertama.
"Waalaikumsalam" jawab semua murid.
Mara menunda ceritanya dan kembali duduk di bangkunya. Sedangkan aku seakan mematung mendengarkan betapa membosankan nya pelajaran fisika yang di jelaskan guru.
Kedua tangan ku di lipat di atas meja. Mata ku seakan-akan meminta untuk di pejam kan. Angin yang menyelinap masuk lewat sela-sela jendela membuat sempurna nya alasan untuk tidur.
Aku menunduk dan menidurkan kepala ku diatas tangan yang ku lipat sembari menatap Arga. Orang yang ku tatap masih fokus menatap ke depan memperhatikan guru sambil mencatat materi, dia tak peduli dengan hal di sekitarnya termasuk aku. Perlahan mata ku tak kuat untuk terus membuka, aku memejamkan mata sebentar lalu kembali membuka nya.
"Aku tidur sebentar" ucapku berharap ada yang mendengar dan membangun kan ku ketika guru mendekat.
brakk!
Aku sontak kaget saat mendengar suara yang nyaring itu dan terbangun. Detak jantung ku berdegup sangat cepat. Betapa malu nya aku ketika saat ini yang ada di hadapanku adalah guru killer.
"Maaf pak" ucapku dan yang lainnya masih menertawaiku.
"Cukup ketawa nya! Kamu cuci muka sekarang" titah Pak Ari.
"Baik Pak" jawabku lalu berjalan menuju toilet.
"Yang lain ada yang mengantuk? Kalau ada yang ngantuk cuci muka sekarang! Kalau tidak mau silahkan keluar dari pelajaran saya" Peringat Pak Ari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelah Dilatih Rasa [END]
Teen FictionJika kamu jatuh hati, jatuh lah pada hati yang akan memberimu ruang. Memendam rasa sendiri sudah menjadi hal yang biasa bagi Aleya. Terlebih dirinya tau bahwa seseorang yang ia titipi hatinya tak akan pernah mengizinkan gadis itu menitipkan hatinya...