40. Dua keluarga (End)

262 11 10
                                    

"Dia yang dulu sempat ingin ku benci, ternyata dia yang hadir membawa hati"
- LDR

Seluruh murid berhamburan keluar dari lapangan. Baru saja mereka di perintah untuk balik kanan bubar upacara. Beberapa banyak yang berlari menyerobot membuat suara teriakan dari para siswi melengkung terdengar di tangga penghubung lantai satu dan dua dekat kantin.

Akhirnya. Setelah macet kecil yang membuat sumpek dan tenggorokan kering. Aku mendudukan tubuh ku di bangku tempat duduk ku. Menyenderkan punggung pada senderan bangku. Aku meneguk air putih yang sengaja ku bawa pada botol minum. Biasa nya botol itu akan menghabis sendiri jika ditaruh sembarangan di atas meja. Ya tahu lah anak laki-laki suka sembarangan minum air botol yang nganggur.

Lelaki di sebelah ku ini masih nampak tenang. Keringat yang sudah beberapa tetes jatuh pada wajah nya. Aku memberikan sebuah tisu padanya namun dengan cepat dirampas oleh Riko.

"Bagi Le, gerah banget" ujar Riko mendadak.

"Ke perpus yuk Rik" ajak Mars seraja mengipas wajah nya dengan topi.

"Ngapain bego? Masih pagi udah belajar lagi aja lu" sahut Gilang yang kemudian mengambil tisu yang dipegang Riko.

"Riweh lu" sosor Riko.

"Ngadem lah. Murni banget oon nya berdua" ujar Mars jengkel lalu mengambil selembar tisu tanpa ijin.

"Ikutt" teriak Gilang lalu disusul Riko.

"Nih Le, tisunya. Makasih btw"

Aku menggeleng memaklumi tingkah mereka lalu kembali menyodorkan tisu itu pada Arga.

"Thanks" singkat lelaki itu.

Aku menarik sedikit garis senyum "iya"

Tak lama sebuah notifikasi masuk dari handpone. Benda yang tadi ku letakan di atas meja bergetar menandakan ada sebuah pesan atau pemberitahuan yang masuk. Aku mengambil benda pipih itu. Menggeser bagian menu lalu mencari aplikasi dengan logo bulat berwarna hijau dengan gambar telepon berwarna putih.

Pulang nya di antar
Terbaca 08.17

Aku menoleh ke arah nya. Ia yang masih datar tanpa mengeskpresikan apapun. Lelaki dingin itu pacar ku. Memang aku pun masih tak menyangka. Benar-benar tak menyangka.

"Le, anterin ke ruang guru yuk. Disuruh bu Pia ngambil tugas" ujar Mara.

"Oke"

-LDR-

Aku berjalan kecil seraja melihat ke sekeliling. Arena parkiran sekolah saat ini telah sepi. Menyisakan kendaraan pribadi para guru dan murid yang masih berada di area sekolah.

Arga menatap ku heran dari dekat motornya. Lelaki itu memang lebih dahulu tiba disana. Pasalnya langkah ku ini sangat pelan dan tidak menghasilkan bunyi.

"Kenapa?" tanya Arga heran saat aku telah sampai di sebelahnya.

Aku menutup mulut ku dengan jari telunjuk "shutt"

Raut lelaki itu semakin jelas. Tatapan herannya semakin terlihat.

"Nanti ada yang liat" ucapku pelan-pelan hampir berbisik.

Lelaki dingin itu menarik satu sudut bibirnya. Ia terkekeh pelan hampir tidak terlihat.

"Emang kenapa hmm?"

Aku menatap nya polos "nanti ada yang liat, terus aku digosipin"

"Nanti gini nyenyenye" ujar ku main-main dengan bentuk bibir dibuat-buat.

Lelah Dilatih Rasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang