37. Hal yang mengejutkan

163 10 3
                                    

"Yang terlihat baik-baik saja belum tentu benar-benar baik"
- LDR

Seperti hari biasanya. Kaki ku ini akan melangkah cepat melewati koridor. Kadang kala aku merasa banyak mata yang memperhatikan dan membuat risih saja. Tapi hari ini aku merasa ada banyak aura positif yang mengelilingi ku. Tak sedikit juga yang mengucapkan selamat atas pencapaian ku itu. Memang belum ada apa-apa nya, tapi aku sudah bersyukur.

Kadang sesuatu yang menurut mu kecil untuk alasan bahagia. Bisa saja besar di mata orang yang berbeda. Jangan jadikan alasan bahagia mu sebagai tolak ukur kebahagiaan orang lain. Jadi, jangan anggap remeh alasan kebahagian seseorang. Karena berawal dari hal kecil, semua itu bisa tercipta.

"Aleya!!" teriakan cempreng itu. Aku sangat mengenal nya. Aku menoleh ke arah asal suara itu.

Liora berlari gemas lalu memelukku "kangen ritual sebelum masuk kelas"

Aku tersenyum menatap nya "dasar ya"

"Kenapa lialiat gitu?" tanya Liora heran saat melihat kedua bola mata ku menyapu pandang ke sekeliling.

"Letta sama Vania-"

"Gue gak sama mereka lagi" potong Liora cepat.

"Kenapa?"

"Abisnya nyebelin. Gak ada lagi kelas Ips dua yang rame karena ketawa, sekarang adanya rame gara-gara ghibahin lu. Tuh centernya si Vania" jelas Liora pelan seraya melihat ke sekitar karena takut ada yang dengar.

"Letta?"

"Ya gitu, Letta juga ikutan. Tapi lo masih percaya kan kalau Letta tuh cuman kecewa doang?"

Aku mengangguk "selalu percaya"

"Lo tau sendiri Vania banyak disegani disini. Dia kan mantan pacar ketua geng di Angkasa, kalo ada yang main-main. Bisa habis" ucap Liora dramatis seraya melakukan gerakan memotong leher.

Aku menggeleng takjub "bener sih"

"Oh iya, Lio ada praktek abis ini. Jadi see you soon!!" ujar Liora terburu-buru.

"See you!!" balas ku.

"Dorr selamat pagi!!" sapa Mars tiba-tiba mengageti di depanku.

Aku mengerjapkan mata cepat "hmm iya"

"Kaget ya? Tumben sendiri aja?" tanya Mars berjalan mundur.

"Emang biasa nya sendiri, Mars" jawab ku santai.

"Aleya" panggil Mars pelan.

"Gua sadar kok lu gak suka gua. Tapi bisa kan sampai kapanpun itu kita akan selalu jadi sahabat?" tanya Mars membuat ku kaget di tempat.

"Just special friend. Anggap itu aja gua udah seneng banget" ujar Mars dengan senyum tulus nya yang semakin membuat ku tak tega dengan lelaki itu. Tapi bagaimana pun perasaan tetap tidak bisa di bohongi.

"Mars" panggil ku dan lelaki di sebelah ku ini mendeham.

"Lo akan selalu gue sayang sampai kapan pun" ujar ku melihat ke arah lelaki itu yang jalan menunduk.

"Jangan pernah canggung sama gua apapun itu" ucap Mars seperti  sebuah pesan.

"Iya Mars, perempuan yang suatu saat bisa sama Mars pasti beruntung banget. Dapetin lelaki baik kaya lo" ujar ku mencoba mengambil alih suasana.

"Andai orang itu lo" ujar Mars serius lalu tak lama terkekeh "gua bercanda kok"

Aku tahu. Aku tahu apa yang disembunyikannya. Aku tahu betul rasa itu. Lelaki ini masih saja menutupinya. Ia selalu bisa tersenyum dengan siapapun. Pantas saja pesona nya melejit walau ia terbilang murid baru di SMA Angkasa.

Lelah Dilatih Rasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang