21. Dibalik tenda

106 16 2
                                    

"Mencintai itu punya efek samping. Sakit hati salah satunya"
- Aleya Nadhifa

Aku mendudukkan tubuhku disebuah karpet lantai. Aku sedang berada dirumah megah yang luas berdominasi warna putih. Tidak banyak yang lalu lalang karena rumah ini sepi. Aku, Mara, Mars dan Arga kini tengah kerja kelompok di rumah Mara.

"Diminum dong minumannya jangan dianggurin aja" ucap Mara saat tiba ditempat kami berkumpul.

"Makasih" jawab Arga.

"Gak usah repot-repot kali" ujarku lalu melihat Mars yang dengan enaknya meminum segelas sirup.

"Enak ini sirup rasa apa?" tanya Mars seraya menaruh gelas yang sudah kosong tanpa isi.

Mara terkekeh "bilang aja mau lagi. Ambil aja"

Mars cengengesan "bercanda gue" ia kemudian meminum segelas sirup lagi.

"Gak usah tegang gitu kali. Pada diem-diem bae" lanjut Mars saat candaannya yang tadi garing.

"Gini nih, ciri-ciri orang gak ada akhlak. Murni banget bukan imitasi recehnya" aku terkekeh.

Mereka terkekeh sebentar. Namun Arga masih diam dengan konsep yang tengah menjadi pusat perhatiannya. Lelaki itu mengabaikan candaan yang sejak tadi kami uraikan.

"Andai Letta sama Liora gak lagi marah. Pasti seru kalau mereka ikut kesini" ucapku pelan namun bisa didengar semua.

Mara menepuk bahuku "bukan salah lo. Jangan marah juga sama Mars, kan dia gak salah"

Aku mengangguk "gue kekanakan"

"Gak gitu"

"Lo gak usah canggung sama gue Le. Anggap aja kita teman kaya sebelumnya. Gue cuman utarain apa yang gue rasa jadi gak usah ngerasa bersalah. Karena emang lo gak salah" ujar Mars memotong kalimat dari Mara.

"kita gak bisa nentuin mau suka dimana atau kapan dan sama siapa. Semua terjadi tiba-tiba" lanjutnya.

Aku menatap Mars semakin merasa bersalah. Namun mulutku tetap enggan berbicara. Aku takut hanya akan menyakitinya. Aku takut aku melalukan kesalahan yang membuat kami menjauh. Salahkah sikapku?

"Mereka akan sadar pada waktunya. Biar waktu yang menjelaskan!!" nasihat Mara.

"Satu lagi!! Bukan berarti biar waktu yang menjelaskan terus lo jadi diem aja ngebiarin mereka berspektif salah tentang lo! Gak salah ko kalau lo membela diri lo. Gak salah kalau lo ngebantah omongan orang. Itu hak lo!" jelas Mara membuat ku tersenyum tulus padanya.

Aku memeluk Mara yang duduknya memang bersebelahan dengan ku "gue beruntung punya temen baik kaya lo semua"

"Arga?!" panggil ku saat melepas pelukan pada Mara.

"hmm"

"Maaf ya kalau aku terlalu maksa. Tapi aku gak salah kan kalau berjuang? Kasih aku jalannya" ucapku pelan dan ragu.

-LDR-

"Udah mau pulang aja nih? Masih sore juga ah" keluh Mara saat kami bersiap meninggalkan rumahnya.

"Mau hujan Mar. By the way makasih ya udah mau nampung orang kaya kita" ucapku seraya mengenakan helm.

"Orang kaya kalian tuh orang kaya gimana?" tanya Mara pura-pura tidak tahu.

"Orang-orangan" sahut Mars lalu semuanya terkekeh.

"Jadi Leya pulang sama siapa?" tanya aku seraya melihat ke arah Arga. Namun cowok itu masih diam menatao lurus kedepan.

Lelah Dilatih Rasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang