14. Aku suka kamu

130 18 2
                                    

"Kau membeku dalam penolakan yang kau buat dinding tebal untuk membatasi perasaanku"
- LDR

Aku melepas tas yang ku kenakan lalu menaruh nya di bangku. Menatap sebentar ke  samping. Di seberang ada Arga. Dengan sifat dinginnya dan mata yang sedang tertuju pada buku pelajaran.

andai kamu itu pohon yang pendek yang mudah ku gapai, namun kau terlalu tinggi untuk ku capai. Kamu dan aku terlalu berbeda.

Aku membuyarkan lamunan ku. Halu di pagi hari membuatku menggaruk pelipis yang tak gatal.

"Le anter ke kantin yuk! Belum sarapan, laper. Lagian bel masih lama" ajak Mara.

"Tumben belum sarapan, biasanya udah"

"Belum, tadi buru-buru takut telat"

"Yaudah ayuk"

-LDR-

"Lo suka ya sama Arga?"

Pertanyaan itu jelas mengusikku. Perempuan dengan wajah asli indonesia disebelah ku ini benar-benar menanyakan hal itu. Apakah ia tahu?

Aku menoleh. Menatap nya dengan tatapan bertanya bagaimana ia bisa tahu.

"Gue bisa liat di mata lo. Tatapan tulus. Gue juga perempuan, ngerti lah hal kayak gitu" ucap Mara.

Aku diam, memikirkan jawaban. "Mudah banget ya ketebak?"

"Sebenernya mudah. Cuman tergantung" kata Mara namun mengambang.

"Tergantung?"

"Tergantung mereka paham atau enggak, banyak orang yang gak peka tuh gitu tuh. Gak paham sama sorot mata, padahal mata punya banyak cerita" jelas Mara. Perempuan itu sukses membuat ku kagum padanya.

"Lo bijak banget, Leya jadi minder"

Mara terkekeh pelan hampir tidak terlihat "Lo baik banget, gue yang minder"

"Kapan lo mau ngaku sama dia? Sebenernya gue udah tau dari lama. Cuman mau diem dulu, pengen liat seberapa berani lo" ucap Mara.

Aku menaikkan bahu "gak tau"

"Kok gak tau? Gue saranin secepatnya," ucap nya menyarankan.

"Mau nya sih gitu. Tapi sejak tiga tahun lalu, perasaan takut ditolak selalu nyelimutin diri" jelas ku agak ragu dengan apa yang ku katakan.

"Gak salah kalau ditolak. Semua orang juga pernah dapat penolakan. Yang salah itu rasa takut lo" ucap Mara.

Kami sampai dikantin. Kantin pukul segini memang masih sepi. Baru beberapa kedai juga yang buka. Mungkin hanya beberapa anak yang terbilang jarang sarapan dan nakal yang sudah pagi-pagi begini duduk nongkrong santai menunggu jam pelajaran atau mungkin tidak hadir jam pelajaran. Entahlah.

"Gue beli nasi bentar ya" pamitnya.

Tak lama Mara kembali dengan sepiring nasi goreng dengan telor ceplok juga segelas air putih.

"Mau?"

Aku menggeleng sebagai jawaban.

"Jadi gimana? Jadi ngaku ke Arga?"

Lelah Dilatih Rasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang