36. Sedikit kata

134 11 6
                                    

"Seperti sebuah lampu yang menerangi kegelapan. Begitulah kehadiran mu di dalam hidup ku"
- LDR

PENILAIAN AKHIR SEMESTER
PERINGKAT 10 : ALEYA NADHIFA HUSNA

"Aww Aleya congrats babe!!" teriakan bahagia itu datang dari gadis berambut pendek agak coklat.

Aku memeluknya singkat "congrats juga Mara urutan lima loh"

"Baru segitu aja udah bangga" sindir Vania yang saat itu lewat bersama Letta.

"Ya biarin dong. Namanya juga usaha sendiri wajar kalau bangga!! Emang lu urutan berapa Van? Masuk 20 juga enggak kan?" ketus Mara terang-terangan di depan papan mading yang saat itu tengah ramai.

"Gua yang urutan tiga aja gak sombong tuh" sahut Rena yang kebetulan lewat.

Mara mengepalkan tangannya "terus yang barusan lo omongin apa?"

"Baru juga peringkat ulangan. Tunggu aja semester depan pas ujian. Lo berdua masuk papan peringkat atau enggak" ketus Rena.

"Yaudah sih, liat nanti" ujar Mara membela.

Aku mencoba menenangkan Mara "Mar, udah Mara"

"Pinter kalo hati nya gak baik buat apa?" ketus Vania lagi.

"Mulut lo pengen gue sumpel pake mading ya?" kesal Mara yang masih ku tahan.

"Aduh takut aduh" ujar Vania pura-pura dengan ekspresi yang sangat menjengkelkan untuk dilihat.

"Lagian beruntung kali, kita kan masuk kelas unggulan. Lah kalian?" ketus Mara dengan pandangan menantang pada Vania dan Rena yang masih diam.

"Kelas gue juga unggulan kali. Gak kelas lo doang!" sarkas Rena dengan cepat.

Mara menepuk-nepuk dahi nya "oh iya lupa, aduh amnesia mendadak" ujar nya main-main.

"Mungkin aja kan yang kali ini ada kesalahan hitung skor?" lanjut Rena meremehkan.

"Gak ada yang salah. Gua yang liat sendiri itu bener" bela Arga yang baru saja datang dengan Mars disampingnya.

"A-Arga?" kejut Rena. Ia buru-buru mendekati Arga "Arga, peringkat aku turun jadi ketiga"

"Ya kalau turun, belajar lah yang rajin" ujar Arga terdengar agak cuek.

"Aku takut dapat komplain dari keluarga. Bisa-bisa nya Mars diurutan kedua" balas Rena meminta perhatian.

"Bisa. Lo tau sendiri kan Mars pinter" bela Arga dan Mars tersenyum.

"Sorry nih Ren, bukan apa-apa" ujar Mars dengan senyumnya dan Rena membalas senyuman.

"Congrats nih Le, asik dah" puji Mars melihat ke arahku yang masih diam memperhatikan.

"Thanks bro" jawabku santai.

"Kamu gak mau ucapin ke aku, Ar?" tanya Rena membuat seluruh orang yang ada disitu ikut melihat ke arahnya.

"Selamat" singkat Arga dan Rena mengaitkan tangannya pada lengan Arga. Menaruh kepalanya singkat pada bahu Arga.

Bola mata ku yang tadinya berbinar mendadak sendu. Melihat pemandangan yang jelas tidak ku harapkan. Dan lelaki itu sama sekali tidak terganggu dengan Rena. Membuat lubuk hati didalam sana semakin yakin bahwa laki-laki itu hanya main-main.

"Mar, ke kelas yuk" ajak ku pada Mara.

"Congrats Al" ujar Arga sebelum aku berhasil melangkahkan kaki.

Namun aku tidak memperdulikannya. Justru badanku semakin cepat berbalik dan menjauh dari tempat keramaian itu.

"Lo udah lakuin yang terbaik" ucap Arga samar ku dengar.

Lelah Dilatih Rasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang